Ch 5 - Menguntungkan

36 6 0
                                    

"Jadi, Merah, menurutmu, apakah si Pirang akan berhasil dalam serangan ini?"

"Merah? Pirang? Kau memanggil kami dengan warna rambut kami?"

Saat ini, aku dan Merah duduk bersebelahan di sebuah bukit berjarak dua kilometer di barat kediaman keluarga Ibrahim. Keluarga Ibrahim memiliki sebuah rumah yang sangat besar, yang terdiri dari beberapa gedung yang berbeda dengan dinding yang mengelilingi. Kalau bangunan yang berdiri memiliki dinding batu dan tinggi, aku akan mengira rumah ini sebagai kastel. Untungnya bukan.

Tadi, ketika aku sudah bersiap dengan senapanku, magnum sniper rifle lupus, untuk mengamati serangan Pirang dari kejauhan, Merah mendatangiku. Tentu saja, aku menodongnya ketika dia muncul. Kini, tubuh merah sudah penuh dengan balutan perban, hasil konfrontasinya dengan Davic.

Ketika aku menanyakan alasannya, dia hanya berkata "aku hanya ingin melihat, mencari informasi. Ketika aku mencari-cari spot untuk mengamati, aku menemukan sosok seseorang. Tidak kukira itu kau.".

Dan, ya, aku pun mengizinkannya duduk di sebelah kiriku. Dia menggunakan senapan, magnum sniper rifle Wing-C, yang sama seperti sebelumnya.

"Pirang juga memanggilku Putih. Aku rasa tidak ada masalah, kan?"

Merah terdiam. Mulutnya sedikit terbuka, tapi tidak ada satu pun kata yang kunjung muncul. Akhirnya, dia memutuskan untuk kembali ke teleskop senapan.

"Menurutku, Pirang tidak akan berhasil."

"Ho, kamu juga memanggilnya Pirang ya."

"Tidak, aku tidak memanggilnya Pirang. Aku menggunakan panggilan Pirang setelah mendengarmu."

"Lalu, sebutan apa yang sebelumnya kamu gunakan untuk membedakan kami?"

Merah terdiam, tidak menjawab. Akhirnya sebuah respon muncul dari mulutnya, tapi bukan respon yang kuinginkan.

"Menurutku, dia tidak akan berhasil karena dia, atau kita, belum mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Seperti efek jika peluru itu mendarat di tubuh kita."

Dia mengalihkan pembicaraan, atau lebih tepatnya mengembalikan arah. Aku tidak akan protes. Aku akan membiarkannya.

Tidak kuduga. Ternyata, jalan pemikiran Merah mirip denganku. Kupikir dia kemarin menyerang karena berpikir informasi itu tidak penting. Atau mungkin, dia menyelinap berharap menemukan informasi itu di pabrik mereka? Ya, mungkin saja. Namun, dia terlalu terburu-buru. Baik kemarin, maupun sekarang.

"Apa kemarin kalian juga melakukan hal yang sama? Mengamatiku ketika menyerang?"

"Ya, kami melakukan hal yang sama."

"Dan kalian memutuskan untuk tidak menolongku?"

"Kenapa kami harus menolongmu? Kami hanya mencari informasi. Dan, sekarang, aku juga hanya akan menonton, tidak akan menolongnya." Aku mempertegas jawabanku.

Ya, aku tidak akan menolong Pirang, kecuali dia menelepon dan memberi penawaran yang menguntungkan. Kita lihat saja nanti.

Selain itu, aku ingin tahu cara bertarung Pirang, apakah dia tipe yang mengetuk pintu depan? Atau tipe yang menyusup dan menyerang dari dalam.

Blarr

Dan, sebuah ledakan terdengar, dan terlihat. Asap dan api membumbung tinggi, menyalakan malam. Pertanyaanku terjawab, dia adalah tipe yang mengetuk pintu depan. Aku bahkan harus mengalihkan pandangan dari teleskop senapan untuk sesaat.

"Dia bukan pengendali timah, kan?" Merah bertanya.

"Aku tidak yakin. Kau kan yang pengendali timah? Apa kau tidak merasakannya?"

I am No King Another Story: LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang