Langit sudah mulai berganti warna, orang-orang pun sudah pulang dari kantor, pulang kerja. Di lain pihak, intensitas pekerjaan kami justru meningkat.
Aku dan Pirang duduk di atap gedung. Kami berdua sama-sama menggunakan teropong senapan untuk memperhatikan sumber dart gun penghilang pengendalian itu. Aku menggunakan magnum sniper rifle Lupus kaliber 8,58 mm yang sama seperti kemarin. Di lainpihak, Pirang hanya menggunakan senapan militer biasa dengan kaliber 7,62 mm.
Produksi dart gun penghilang pengendalian dilakukan di sebuah kawasan perumahan. Dari luar tidak tampak, tapi, dari informasi yang dimiliki Pirang, seluruh kawasan perumahan itu adalah satu pabrik, satu rumah untuk alat a, satu rumah alat b, satu rumah untuk perakitan, dan lain sebagainya.
Tadi siang, kami melewati kompleks perumahan itu beberapa kali. Di siang hari, orang lalu lalang di perumahan tidak terlalu banyak. Jarang sekali. Namun, ketika senja mulai merayap, frekuensi orang lalu lalang meningkat drastis.
Pakaian kami sama seperti ketika kami bertemu pertama kali, di ruang bawah tanah itu. Sambil mengamati, kami makan camilan dan menenggak beberapa bir yang kami beli di toserba sebelum ke sini. Kami berdua ternyata sama-sama tahan bir.
"Kamu terlihat lebih semangat ketika mendengar pabrik ini daripada saat menerima pekerjaan. Jangan-jangan pabrik ini adalah alasan sebenarnya kamu mengambil pekerjaan ini?"
"Hahaha, tentu saja tidak. Kebetulan saja pabrik ini ada di dalam misi ini."
Tapi, memang benar sih. Padahal pabrik ini, pabrik senjata penghilang pengendalian, adalah tujuan sampingan, entah kenapa aku merasa lebih bersemangat ketika mengamati pabrik ini daripada petinggi keluarga Ibrahim kemarin. Mungkin karena ini adalah hal baru? Ya, mungkin.
"Tapi, Pirang," aku membuka mulut. "Skala produksinya cukup besar, ya. Kalau melihat skalanya, menurutmu, seberapa besar kemungkinan semua anggota Keluarga Ibrahim memiliki dart gun itu?"
"Sangat besar, bahkan," Pirang menambahkan. "Ada kemungkinan mereka sudah berada pada level produksi peluru."
"Peluru penghilang pengendalian? Kalau benar demikian, Keluarga Ibrahim hanya tinggal tunggu waktu sebelum menjadi organisasi terbesar di negara ini."
"Di lain pihak, ada juga kemungkinan cara membuat senjata itu bocor, membuatnya menyebar di pasar gelap."
Kalau itu terjadi, aku ragu efeknya hanya akan terjadi di dalam negara ini. Dalam waktu singkat, peluru itu pasti akan menyebar ke luar negeri. Lalu, hanya tinggal menunggu waktu sebelum peluru itu meninggalkan pasar gelap, muncul ke permukaan.
"Tapi, kemungkinan peluru itu keluar organisasi masih belum tampak." Aku memberi pendapat. "Mungkin di masa depan, tapi masih jauh. Kalau mereka sudah cukup berhasil, pasti benda itu sudah mulai disebar, sebagai percobaan. Tapi, hingga saat ini, benda itu masih pada level rumor. Dengan kata lain, penggunaannya masih di lingkungan dalam."
"Oke, teruskan."
"Kamu mungkin berpikir barangnya belum tersebar karena belum ada kebocoran, karena integritas dan kesetiaan anggota. Namun, ada kemungkinan lain kenapa senjata itu belum bocor, yaitu belum layak beredar. Dari informasi yang beredar, dan yang dari kita dapatkan, senjata itu hanya menghilangkan pengendalian untuk sesaat.
"Nah, sesaat yang dimaksud ini berapa lama? Apakah beberapa menit? Atau detik? Atau hanya menghilangkan kemampuan saat itu juga? Detailnya belum diketahui. Dan, mungkin, ada keterbatasan lain yang tidak kita ketahui."
Pirang terdiam sejenak, tidak memberi respon. Aku menoleh sejenak, mengalihkan pandangan dari teropong senapan. Dia juga melepaskan pandangan dari teropong senapan, memegang dagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am No King Another Story: Lacuna
FantasiSpinoff "I am No King". Disarankan membaca cerita ini setelah membaca Arc 3 Act 1 main story. Lacuna merasa sudah terlalu lama berada di Bana'an dan berpikir sudah waktunya kembali ke kenyataan. Setelah meninggalkan Lugalgin, dia pun kembali mengela...