Ch 9 - Pembersihan Selesai

45 6 0
                                    

Beberapa ledakan muncul. Aku dan Sonya masih melepaskan tembakan demi tembakan.

"Hei, Lacuna, apa kamu yakin mau langsung meledakkannya? Apa kamu tidak mau tahu cara membuat senjata penghilang pengendalian itu?"

"Tidak, terima kasih," aku menjawab Sonya. "Aku sudah bilang kan Keluarga Ibrahim menjadi musuh karena senjata penghilang pengendalian itu? Apa kamu mau menjadi musuh semua mafia di negeri ini?"

"Ung, iya juga sih."

Sonya tidak melanjutkan sanggahannya. Perempuan ini suka bertanya, tapi kalau alasannya cukup masuk akal, dia akan berhenti bertanya. Aku suka jika muridku seperti ini. Pada bagian pabrik ini, tidak ada perubahan banyak dibandingkan kantor. Semuanya berjalan lancar seperti rencana.

Sebuah mobil menjemput kami dan membawa kami ke tempat selanjutnya, kediaman keluarga Ibrahim. Ketika kamu didukung oleh dua keluarga mafia besar di negara ini, Adams dan Anastasia, semuanya menjadi sangat mudah, seperti mobil ini. Sopirnya pun tidak mengatakan apapun, hanya diam, mengantar kami.

Sekarang, bagian paling sulit, kediaman keluarga Ibrahim. Meski aku dan Sonya sudah membunuh semua personil yang ada di kantor dan di pabrik, pasti ada satu atau dua orang Keluarga Ibrahim yang tidak berada di dua tempat itu. Dengan kata lain, informan yang posisinya tidak diketahui. Informan ini tidak memiliki kekuatan tempur, jadi tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Yang merepotkan dari informan ini adalah, mereka pasti sudah memberi laporan kepada kepala Keluarga Ibrahim. Oleh karena itu, keamanan kediaman Keluarga Ibrahim pasti menjadi sangat ketat saat ini. Namun, aku tidak terlalu peduli.

"Sonya, apa kamu ingat rencananya?"

"Ya!" Sonya mengangguk. "Sementara kamu menyerang dari depan, aku menyelinap, memasang jebakan di semua tempat. Ketika mereka berencana kabur, aku meledakkan tempat yang paling ramai, menutup jalan keluar, yang secara tidak langsung menggiring mereka padamu."

"Oke, bagus."

Akhirnya, aku turun tidak jauh dari kediaman keluarga Ibrahim. Karena aku akan mengetuk dari gerbang depan, aku tidak membawa magnum sniper rifle. Aku meninggalkannya di mobil dan menyuruh sopir menyimpannya hingga aku kembali.

Senjata yang kubawa? Hanya sebuah assault rifle AK-12, pita, dan benang. Untuk assault rifle, komposisinya adalah logam campuran, membuat benda ini tidak bisa dikendalikan oleh siapa pun. Jadi, untuk menggunakannya, hanya bisa dengan cara normal, tekan jari di pelatuk.

Untuk pita dan benang, terbuat dari perak. Pitanya tersebar di seluruh jaketku, terikat di sana-sini seperti sebuah bondage play. Untuk benangnya? Sebagian berada di jaket, sebagian lagi di rambutku, bercampur dengan wig.

Sebagai tambahan, aku juga mengenakan masker gas, memastikan tetap bisa bernafas lancar kalau ada racun atau asap. Ah, hampir lupa, aku juga membawa katana pemberian Lugalgin, tersarung rapi di pinggang kiri.

Baik, waktunya memulai serangan.

Blarr Blarr Blarr

Setelah aku menekan tombol pemicu di dalam jaket, beberapa ledakan muncul. Bagian yang meledak hanyalah tempat tinggal anggota dan gerbang depan.

Aku berlari, menembus asap dan api.

"APA?"

"AHH!"

"SI-AHH!"

Beberapa orang yang kebetulan berada di pintu depan langsung pergi ke dunia lain. Peluru demi peluru berpindah tempat, dari assault rifle di tanganku ke kepala atau dada mereka. Aku terus bergerak, berlari ke sana sini, mencari tempat berlindung, lalu melepaskan tembakan.

I am No King Another Story: LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang