3. Trouble

10.7K 1.3K 97
                                    

Begitu Jisoo masuk kedalam restoran, ia melihat Irene, salah satu pegawai Lisa sedang membersihkan meja. Ia berjalan menghampiri gadis itu.

"Irene-ah dimana Lisa?"

Gadis yang dipanggil itu menoleh. "Eoh? Ahh Lisa sedang didapur. Mengecek bahan makanan bersama Chef."

Jisoo mengangguk dan berjalan menuju dapur. Ia membuka pintu dapur dan melihat beberapa pegawai sedang menyiapkan alat-alat masaknya. Tatapan nya berhenti pada seorang gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai itu sedang berbicara dengan Chef restoran ini.

Jisoo berjalan mendekat dan Lisa menoleh kearahnya saat menyadari kehadiran kakak sepupunya itu.

"Ohh kau sudah datang. Ayo ikut keruangan ku, ada yang ingin ku bicarakan." Jisoo hanya mengangguk dan berjalan lebih dulu meninggalkan Lisa yang sedang berdiskusi sebentar dengan Chef nya.

Begitu Lisa masuk dia melihat Jisoo yang sedang duduk santai disofa nya dengan televisi yang mempertontonkan acara kartun hari ini.
Lisa duduk disamping Jisoo.

"Ada apa menyuruhku datang pagi-pagi kesini?"

Lisa termenung, memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikan ini pada Jisoo.

"Yahh Lalisa!!"

Lisa terkejut saat Jisoo memanggilnya keras. "Yahh jangan berteriak!"

"Kau saja yang tuli. Dipanggil pelan tidak menyaut."

Lisa tak menggubris kata-kata Jisoo, dia menatap Jisoo dengan wajah sedihnya. "Jisoo unnie.. Aku harus pulang ke Thailand hari ini juga."

"Ohh ya sudah." 1 detik. 2 detik. 3 detik. Jisoo masih mencerna ucapan Lisa, namun detik berikutnya matanya membulat. "KAU APA?"

"Berhenti berteriak Unnie!! Kubilang aku akan pulang ke Thailand. Orang tuaku menghubungiku karena ada sesuatu yang ingin mereka beritahukan padaku."

Punggung Jisoo langsung lemas, tubuhnya meluruh bersandar pada punggung sofa.

"Berapa lama kau disana?"

"Aku tidak tau unnie."

"Jangan lama-lama Lisa."

Lisa merasakan kesedihan Jisoo dari nada bicaranya. Lisa tersentuh karena merasa Jisoo seperti tidak rela ditinggalkan olehnya.

"Memangnya kenapa kalau aku lama disana Unnie?"

"Kau bodoh atau apa? Kalau kau tidak ada aku harus minta uang pada siapa? Aku tidak akan mungkin bisa bertahan sehari pun tanpa pergi ke station game."

Bagaikan terhunus pedang Goblin, harusnya Lisa tidak merasa tersentuh dengan nada sedih Jisoo, harusnya Lisa lebih peka dengan apa yang lebih dikhawatirkan Jisoo. Memang yang ada diotak manusia chikin itu hanya game, game, game dan chikin.

Lisa menghela nafas. "Aku akan menitipkan uang jajanmu pada Irene Unnie atau Yerim, nanti kau bisa memintanya pada mereka."

"Yahh kenapa tidak kau berikan langsung saja padaku?"

"Kau tidak bisa diandalkan. Jika aku memberikan semua uang itu padamu maka hari ini juga kau akan menghabiskan semuanya."

"Tidak akan. Aku akan menghematnya."

"Kau pikir aku percaya? Sudah, pokoknya aku akan menitipkannya pada Yerim atau Irene Unnie. Kau tingal minta saja pada mereka setiap harinya nanti."

Isshhh dasar Nalalisa, susah sekali membohonginya. Gumam Jisoo kesal dalam hati sebelum akhirnya mengangguk.

Our Story (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang