Di rumah dhiva

21 2 0
                                    

Hari-hariku semakin sepi tanpa rayhan yang aku kenal dulu. Dia benar benar berubah. Entah kenapa. Aku gak tau apa apa.

Biasanya jemput aku sekolah dan pulang bareng. Ngajak aku main sore, dan ngajak aku makan dimana aja. Bercanda di whatsaap dikantin disekolah, ya dimana aja.

Tapi semua itu gak ada lagi. Aku baru pertama kali dibentak oleh rayhan sepertikemarin. Semenjak aku dibentak kemarin aku tidak lagi bertegur sapa dengan rayhan. Justru dengan bdohnya aku justru samasepertinya yang memulai cuek cuekan.

Diperpustakaan, aku mencari novel terbaru kesukaanku yang baru aku baca di wattpad. Tapi sepertinya belum datang hari ini, kata pustakawan juga mungkin besok atau lusa baru diantarkan.

Yasudahlah, aku baca novelku yang belum selesai saja di salahsatu kursi perpustakaan ini. Bentuknya bulat dan dudukannya berwarna merah, terbuat dari stainless. Mejanya meja kayu, cukup nyaman aku berada di perpustakaan ini. Karena memang perpustakaan adalah tempat favorit aku setelah kelas, kantin, dan ruang seni.

Gara-gara bentakan rayhan kemarin kepadaku, aku jadi tidak fokus dalam segala hal. Seperti ada yang hilang dari diriku ini. Moodku hancur berkepanjangan kaya kereta. Namun bedanya, aku ga tau kapan moodku akan segera kembali.

Dak!!!!

Suara pukulan dari belakang mengagetkanku, trnyata itu akbar yang datang secara tiba-tiba.

''kamu kenapa sih bengong terus?'' tanya akbar

''ga kenapa kenapa'' jawabku sedikit kurang mood

''soal rayhan?'' tanya akbar

''mungkin, "

''emang dia kenapa?''

''dia berubah, dia makin dingin. Dia bukan rayhan yang aku kenal selama ini''

''yaudah sabar ajaya, kan masih ada aku disini''

Ridha, kamu adalah hadiah terindah tuhan untuku. Dan aku tidak mau kamu jauh dariku, itu alasanku mengapa aku melakukan ini

Dia memang bisa mengembalikan moodku kembali. Itulah alasanku mengapa aku masih mencintainya hingga detik ini.

Sepulang sekolah tiba, aku berada diparkiran untuk menunggu akbar mengeluarkan motornya dan akupun segera menaiki motornya sambil memakaikan helm.

Saat aku sedang menggunakan helm, motor rayhan melaju bersebelahan dengan motor akbar yang aku tumpangi ini. Matanya begitu natapku.begitupun aku menatapnya dengan raut yang cukup jutek. Sungguh, hal seperti ini adalah hal yang paling menyakitkan bagi persahabatan kami sebenarnya.

Akupun langsung memalingkan wajahku dan menahan air mata yang maksa banget pengen jatuh dari kelopak mata. Tapi sekali lagi aku kuat karena akbar bersamaku.

Tibalah aku dirumah, didepan sana tampak rayhan yang sedang menutup gerbang. Dan akupun segera bergegas menuju dalam rumah sambil terbawa kesal.

Malampun tiba,aku sedang duduk dijendela kamarku sambil memandangi langit sana. Gak ada apa apasih, masih sama sama gelap, masih ada satu bulan dan banyak bintang. Apa cobaya yang diliatin?

Aku Cuma ngehayal aja sambil nginget masa kecil aku yang begitu menyenangkan besama rayhan. Namun, seketika berubah entah kenapa rayhan jadi lebih dingn seperti sekarang ini.

Andai ada bintang jatuh yang mitosnya akan mengabulkan permintaan, aku akan meminta satu saja permintaan. Aku hanya ingin rayhan kembali seperti dulu. Namun apabila itutak bisa, aku hanya ingin rayhan selalu bahagia dan senang disetiap langkah kehidupannya.

Hai RaihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang