pukul 19.00 WIB malam ini aku diajak akbar untuk keluar rumah. Tidak jauh sih, hanya ke taman saja. Namun tempatnya cukup indah jika hanya sekedar melepas penat untuk duduk duduk disisi nya yang sudah ada kursi berdiri.
Suara motor berhenti tepat didepan rumahku. Kuyakin itu akbar dan itu terbukti. Aku langsung berpamitan kepada ibu dan berangkat menuju tempat yang sudah akbar bilang sebelumnya.
Kali ini aku menggunakan baju blousan yang panjangnya selutut. Rambutku diikat dan disisinya aku beri sentuhan kepangan kecil. Menggunakan sepatu ket hitam, dan tas soren kecil berwarna coklat.
Motorpun mulai digas dan aku menengok kearah rumah rayhan yang tidak ada rayhan dikaca jendela kamarnya.
Selama diperjalanan, aku diam saja. Menengok kekanan kekiri memandangi keadaan pemandangan kota yang begitu riuh dengan kendaraan.
Tibalah aku ditempat yang akbar bilang, kami awalnya berhenti disebuah pedagang kakilima dekat trotoar. Seorang bapak bapak yang menjual harumanis berwarna merah jambu. Aku disiruh duduk menunggu oleh akbar. Karena dia yang turun untuk membelikanku harumanis itu.
Cukup lama sih aku menunggu diatas motor ini. Mataku tidak begitu memperhatikan akbar aku hanya melihat kesana kemari dan terakhir aku melhat kearah kaca.
Dan dikaca itu, aku melihat dibelakangku ada akbar yang menggunakan jaket berleher biru, memegang sebuah harumanis ditangannya sambil tersenyum kearahku melalui kaca itu.
Akupun menoleh kearah belakang dan disitu aku hanya diam melihat mata akbar yang begitu bersinar. Senyum senyum kearah akbar dan akbarpun melakukan hal yang sama kepadaku.
Tiba-tiba bapak bapak penjual harumanis itu menepuk kami berdua, yang ternyata sudah daritadi memperhatikan kami berdua.
''aduh si eneng si aa, meuni romantis pisan. Jadi inget ke masa muda euy'' ujar bapak penjual harumanis itu
Aku begitu malu, dan langsung kuambil harumanis ditangan akbar. Sambil seidkit meledeknya.
''sini, ini buat gue kan?'' kataku sedikit meledek
''ish, apaan sih ini anak. Geer banget'' ujarnya sambil senyum
''lagian suruh siapa belinya satu'' ujarku
''ah udah ah kita kesana sekarang ya'' ujar akbar
''makasih pak'' ujarku kepada bapak penjual harummanis itu
Motor ini melaju lagi, akupun asyik memakan harumanis ini diatas motor. Dan akbar malah memperhatikan aku di kaca spion motor sambil nyengir nyengir gak jelas gitu.
''ngapain lo senyum senyum gitu?'' tanya aku
''gue lagi liat orang yang ada dikaca itu'' jawab akbar
''siapa?'' tanyaku
''gak tau deh aku gak kenal. Tapi keliatannya kaya bidadari yang dititip tuhan buat aku'' sambil melebarkan senyum
Aku tak menjawab, aku hanya senyum senyum sendiri saja.
Tibalah aku disebuah parkiran motor dan aku turun duluan disuruh nunggu disini.
Lalu kamipun berjalan jalan biasa ditaman ini, aku so asik makanin harumanis yang sudah sedikit kempes ini.
''duduk dulu yuk'' ujar akbar
Harumanis di genggamanku ini sudah habis, dan tiba-tiba si akbar ninggalin aku lagi.
''bentar ya, tunggu'' ujar akbar
Akupun menunggu sekitar 10 menit dikursi ini. Dan setelah aku kesal akupun menegokan kepalaku kearah kanan. Namun kesalnya hidungku terkena ice cream yang dipegang si akbar. Ternyata dari tadi dia sengaja lama lamain Cuma mau beli ice cream
''ish kabar apaan sih, idung guekan jadi kotor'' jarku
''biarin, mau idung lo kotor atau enggak, lo tetep cantik ko''
''apaan sih'' jawabku tersipu malu
''yaudah nih'' dia memberikan segenggem ice cream
'' makasih yah'' kataku sambil senyum senyum
Akupun asyik memakan ice cream disini. Aku sih gak nyadar ya, dari tadi si akbar merhatiin aku terus.
''ngapain liatin gue terus lo?'' ujarku sambil meledek dia
''rid, aku mau ngomong sesuatu''
''ngomong apa?''
Dia memegang tanganku
''rid, aku suka sama kamu''
Aku sedikit tak menyangka aku kira dia bercanda. Makannya aku lepasin tangannya dan dorong dia.
''hahaha bercanda lo gak lucu bar!'' ujarku sambil tertawa
''aku serius!rida liat aku''dia memegang kedua pipiku untuk melihat wajahnya
''kamu liat aku! Apa aku ini bercanda?''
Aku gak bisa jawab apa apa aku hanya diam kaku kaya batu
''rid, dari awal kita berantem, marahan, bencian, jijik buat ketemu. Aku sadar sekarang, ternyata dibalik semua itu aku jadi jatuh cinta sama kamu''
''terus?'' tanyaku dengan gugup
''kamu mau jadi pacar aku?''
Aku harus jawab apa? Aku juga suka sama akbar. Tapi aku bingung jawabnya. Disitu akupun menjawab
''iya''
Malam itu aku resmi jadian dengan akbar, seolah olah bintang bulan di langitpun ikut bahagia dan bertepuk tangan dihari yang bahagia ini.
"memang benar adanya. Cinta bisa datang dari arah mana saja. Bisa dari kebencian misalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Raihan
Teen Fiction"ketika berteman adalah pilihan, maka menjadi pasangan adalah rahasia tuhan" itu yang dikatakan oleh raihan kepada ridha. teman kecil yang sudah dianggap saudara oleh ridha ini justru menaruh hati padanya. namun, jika ridha justru mencintai orang la...