Seventh

3.9K 683 48
                                    

Kim Seokjin bukannya tidak pernah memakan sereal, hanya saja baginya, sereal tidak pernah bisa membuat perutnya merasa puas. Berbeda dengan makanan yang dinilainya berat.

Seokjin terbiasa mengisi paginya dengan roti lapis daging, atau bound salad dengan potongan daging ayam, atau gimbap, bahkan bibimbap. Tidak lupa juga dengan segelas susu murni hangat, yang diperolehnya dari peternakan Kakek di samping rumah.

Makanya Seokjin sedikit heran, ketika esok paginya ia bangun terlampau siang, dan menemukan Namjoon sudah duduk manis di atas kursi, lengkap dengan koran dan semangkuk susu sereal dingin dihadapan.

Memangnya kenyang hanya makan begitu saja?

Dahi Seokjin berkerut.

"Ke mana yang lain?"

"Sudah pulang," Namjoon menjawab santai. Matanya asyik menekuri koran pagi yang belum lama diantarkan, padahal sereal yang termakan masih setengah sisanya.

Seokjin merasa tidak enak hati.

"Tidak sarapan ya berarti? Maaf, aku bangunnyaー"

"Duduklah dulu Seokjin-ssi, wajahmu kelihatan pucat begitu. Kau sedang tidak enak badan?" Pandangan Namjoon yang memindai tubuhnya dari atas ke bawah membuat Seokjin gelisah.

Jujur, Namjoon merasa takjub dengan dirinya sendiri maupun pria berambut pirang yang berdiri tidak jauh darinya.
Semalam adalah yang pertama kalinya Namjoon tidur seranjang dengan orang asing, dan bisa-bisanya ia tertidur begitu lelap. Seokjin pun sama saja. Menjadikan Namjoon segan untuk membangunkan pria manis tersebut, kala ia tidak sengaja terbangun lebih dulu, dan matahari ternyata sudah mulai merayap keluar dari tempat persembunyian.

Seokjin meremas tangannya, gugup. "T-tidak Namjoon-ah, hanya sajaーum, tadi begitu bangun, aku langsung berlari ke bawah. Ini pertama kalinya aku kesiangan seperti ini," keluh Seokjin setengah menyesal. Kepalanya sedikit pening, rasanya Namjoon benarーSeokjin butuh duduk.

"Mau kubuatkan sereal untukmu?"

Tawaran Namjoon menarik sebenarnya, kalau saja bukan sereal yang dimaksud. Maka Seokjin memilih untuk menggeleng, menumpukan siku di atas meja dan mulai memijat pelipis.

"Aku... kepikiran teman-temanmu."

"Mereka sudah makan sereal, Seokjin-ssi, kau tidak perlu cemas seperti itu," Namjoon tertawa ketika muram mulai mewarnai air muka Seokjin. "Dan kau tahu? Mereka sangat menyukai masakanmu semalam. Jeongguk apalagi. Bahkan ia menawarkan, jika kau ingin mempunyai penghasilan dengan menjadi juru masak di kedainya, kau bisa mendatanginya nanti sore," tambah Namjoon kemudian .

Informasi yang diterima membuat Seokjin melongo sesaat, pria itu tanpa sadar langsung menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk.

"Aku?"

Dilihatnya Namjoon mengangguk.

"Jadi juru masak?"

Tawa renyah Namjoon kembali terdengar.

"Maksudmu bekerja?"

"Ya semacam itu," jawab Namjoon. "Bekerja, dan kau akan mendapatkan uang yang bisa kau gunakan untuk membeli keperluanmu sendiri. Kau pernah bilang bahwa kau ingin bekerja, bukan?"

Manik hitam Seokjin mengerjapーmencoba mengumpulkan kesadaran.

Ia ditawari untuk bekerja, bukankah ini pertanda yang baik?

"Bagaimana? Kau bersedia?" Namjoon menjentikkan jari, persis dihadapan wajah Seokjin. "Ini kesempatan untukmu, namun aku tidak akan memaksa. Kalau kau bersedia, akan kuhubungi Jeongguk, dan kukatakan padanya, agar menunggumu nanti sore di kedai."

NATHALUCIAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang