Thirtieth

2.5K 462 235
                                    

Napas Seokjin tercekat di pangkal tenggorokan. Kondisi Yoongi sendiri tidak jauh lebih baik dari Seokjin. Wajahnya semakin putih seperti kertas.

Yoongi menelan ludah yang terasa pahit.

"A-Ayah..."

"Kupikir apa yang kau katakan padaku tadi sangat berbanding terbalik dengan apa yang kau lakukan, Nak," ayah Yoongi mendesah kecewa. Keriput usia di wajahnya semakin tampak. Ia segera mendudukkan diri di kursi kayu, memandang anak semata wayangnya dengan alis terangkat sebelah. "Jadi mana yang benar, kau ingin mempertahankan Seokjin di sisimu atau tidak?"

"Ituー" Yoongi tidak berani berkata lebih lanjut. Memilih untuk bungkam, karena lelaki yang menjadi Ayahnya tersebut pasti sudah mengobrak-abrik isi pikiran Yoongi tanpa diminta. Kedua tangan Yoongi terbujur kaku di atas paha, Seokjin memandang Yoongi tidak enak hati.

"Paman, maaf jika aku lancang. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menguping, semuanya terdengar begitu saja saat aku berniat menemui kalian," jelas Seokjin, dan kepalanya menunduk lemas. "Aku kaget. Ini ada yang tidak beres, pikirku. Tentang asalku, tentang kejadian Paman Yunho, tentang teleportasi, tentang Seoul," lalu Seokjin terdiam, ingatannya melayang pada Namjoon di tempat lain. "Aku yang meminta Yoongi untuk jujur padaku. Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan selama ini."

Dehaman tiba-tiba dari ayah Yoongi membuat Seokjin berjengit kaget.

"Banyak hal yang perlu kau ketahui, Seokjin-ah. Tapi jangan lupa, ada juga hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kau ketahui. Ini demi kebaikanmu sendiri."

Seokjin lantas bungkam. Ia benci akan kebohongan, namun tidak bisa terang-terangan mengungkapkannya. Tidak ketika Seokjin merasa begitu banyak kebaikan yang telah diterima dari ayah Yoongi. Lelaki tua itu tak ubahnya seperti ayah kandungnya sendiri.

Seokjin menarik napas panjang, merasakan kering kerontang di setiap sudut paru-parunya. 

"Kalau begitu katakan padaku kalau ini hanya omong kosong, Paman. Bahwa aku adalah penduduk Nathalucian. Aku wargamu, cucu Kakek Kim. Aku dan Yoongi bahkan sudah bersahabat sejak dulu."

"Memintaku mengatakan ini omong kosong di saat kau sudah hampir mengetahui keseluruhan kisahmu?" Polesan senyum tipis terbayang di wajah sesepuh mereka, terlihat menahan geli. "Kau sendiri yang ingin tahu kebenarannya, Seokjin-ah. Aku hanya membantu Yoongi untuk menjelaskan, karena anak itu tidak berguna sama sekali."

Seokjin berusaha agar matanya tetap terbuka lebar. Guratan luka membayangi paras rupawan tersebut, Seokjin menghitung setiap napasnya untuk menjaga hati agar tidak meledak. Sudah jelas darimana Yoongi mendapatkan mulut pedasnya.

"Tapi... kenapa baru sekarang? Setelah belasan tahunーah tidak, bahkan lebih dari dua puluh tahun aku mengenal kalian. Dan tiba-tiba kau mengatakan bahwa aku hanyalah 'barang' bawaan."

Kata-kata Seokjin memukul pikiran Yoongi. Telak, dan membuat telinganya berdengung sakit. Keheningan lantas membentang di antara mereka, seakan bisa menjadi sebuah bom yang suatu saat bisa saja meledak oleh perkataan satu orang. Yoongi melihat bagaimana air muka Seokjin mengencang, aura abu-abu yang dikeluarkan tidak main-main pekatnya.

Seokjin tampak hancur. Hatinya yang berkata demikian. Yoongi tidak bisa berbuat banyak.

"Yang dikatakan Yoongi adalah benar. Sebelum kau, Yunho memang sudah terlebih dulu menjejaki Seoul, sampai akhirnya ia memperkenalkan khasiat garam buluh kepada kami. Kejadian itu sudah lebih dari dua puluh tahun lalu, tidak kusangka Nathalucian akan kembali diserang wabah yang membuat kami tidak bisa berkutik." 

Ayah Yoongi melipat kedua tangan di depan dada. 

"Kebenaran yang tidak bisa ditutupi lagi adalah, bahwa kau sebenarnya penduduk Seoul, yang saat itu diselamatkan oleh Yunho. Rumahmu mengalami kebakaran hebat. Yunho mendengar tangisan bayi dari lantai dua saat tengah melintas di keramaian, dan itu kau, Kim Seokjin. Dia memutuskan untuk membawamu kembali, melawan segala perkataanku untuk segera mengembalikanmu ke dunia asalmu, dan justru malah meminta ayahnya untuk merawatmu dengan baik sementara dia pergi entah ke mana. Padahal Yunho dan ayahnya sudah lama tidak berhubungan. Tapi demi mempertahankanmu, ia rela melakukannya."

NATHALUCIAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang