Thirthy-eighth

3K 437 215
                                    

Musim dingin yang belakangan mendadak muncul di Nathalucian selalu menjadi masalah besar bagi Min Yoongi. Portal yang sering dibuka-tutup sebelumnya menyebabkan ketidak-seimbangan iklim di Nathalucian, sehingga salju pun turun kian lebat dari waktu ke waktu. Akibatnya menyekop dan mengeruk salju jadi kebiasaan baru bagi Yoongi. Tidak ada yang lebih buruk dari musim dingin, kadar malas Yoongi meningkat sekian persen lebih dari biasanya.

Seperti pagi ini.

Yoongi menyeret langkah ke dapur, memasukkan sisa-sisa kayu bakar ke dalam tungku pemanas dan melepas hiking boots cokelatnya. Usai menyekop salju yang brengseknya makin menebal hingga menutupi jalan, sempat terbersit dalam pikiran untuk membelah kayu menjadi dua atau empat bagian, lalu menjualnya ke pasar. Pasti akan laris manis karena orang-orang banyak membutuhkannya demi menyalakan perapian. Namun sayang, dinginnya udara pagi membuat Yoongi berpikir dua kali untuk melakukannya.

Akhirnya dengan wajah tertekuk, pria berhelai mint tersebut malah duduk di sofa, merebahkan badan, dan tidak melakukan apapun kecuali diam.

Apa aku harus mengubah warna rambut? tanyanya pada diri sendiri seraya menatap langit-langit. Atau menengok tabib Choi untuk mengecek penelitiannya? Mungkin itu lebih baik daripada hanya merenung dan tidak melakukan apapun, pikirnya lagi.

Setelah cukup lama bergulat dengan hati, diraihnya syal biru muda yang tergeletak di atas meja, lalu Yoongi berdiri dan terhenyak sesaat setelah melihat inisial yang tersulam rapi di kedua ujungnya.

K.S

Sinar mata Yoongi meredup. Itu adalah syal milik Seokjin, yang sengaja diberikan pada Yoongi sebagai tanda perpisahan. Masih terekam jelas dalam ingatan bagaimana wajah indah Seokjin memerah padam, berusaha menahan tangis dan hanya bisa menenggelamkan wajah di ceruk leher Yoongi sambil berkata 'aku akan merindukanmu,' berpuluh-puluh kali banyaknya. Namjoon sampai harus turun tangan menjauhkan keduanya, sebelum Yoongi berubah pikiran dan menculik Seokjin serta membawanya kembali ke Nathalucian.

Mengingat itu semua, hati Yoongi tertawa pias.

Cinta ternyata bisa sekonyol ini, ya? Menjaga jodoh orang setelah sekian lama, hanya untuk melihatnya bahagia bersama yang lain.

Nasib.

Digelengkannya kepala, tanpa berkata apa-apa Yoongi melilitkan syal pemberian Seokjin sampai menutupi leher. Harum fabrik khas Seokjin menenangkan pikiran, hangatnya pun sampai ke hati. Yoongi tersenyum tipis. Ujung hidungnya ditempelkan pada lapisan kain lembut milik Seokjin, dan ia menghela napas panjang.

Aku pun juga akan selalu merindukanmu, Jin-ah...

.
.
.

Dulu, tepian sungai Cheonggyecheon adalah favorit Seokjin. Bisa melihat kerlap-kerlip lampu berwarna-warni, semarak yang menghiasi titik kota menjadi hiburan tersendiri bagi Seokjin yang terbiasa hidup di gelapnya Nathalucian. Ditambah lagi dengan berbagai macam warna aura dari orang-orang yang saling berinteraksi satu sama lainーterkadang Seokjin rindu akan kemampuannya yang dulu.

Kini menebak pikiran orang tidak lagi semudah sebelumnya. Bak mengambil kucing dalam karung, ia juga harus berhati-hati sebelum memberi judge tertentu atau kalau tidak dia akan dicap sebagai orang yang sok tahu.

Haah, Yoongichi...di saat seperti ini kenapa aku malah kepikiran kamu, ya?

"Sayang, roti isi dagingnya habis. Kalau ganti isi cokelat tidak keberatan, kan? Kurasa akan sama-sama enak jika dipadukan dengan susu vanilla panas."

Lamunan Seokjin mendadak buyar. Ia terbatuk-batuk, batuknya terdengar seperti gonggongan kecil ketika Namjoon panik mendekat dan mengurut punggungnya.

NATHALUCIAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang