Jungkook refleks terbangun dari lelapnya tatkala suara ketukan pintu kamar menyapa rungunya. Dirinya lantas berjalan lunglai menghampiri sumber suara, mengerjapkan mata sebentar saat mendapati gadisnya telah berdiri di balik pintu. "J-Jennie—"
"Jungkook," gadis itu langsung menyela, menatapnya penuh ragu, "M-maaf. Semalam, aku telah mengecewakanmu."
Geming sesaat, hingga Jungkook menyahut, "Ah, semalam?"
Jennie pun mengangguk pelan, "Noonamu sulit sekali untuk tidur, malah aku yang akhirnya ketiduran." Terkekeh hambar kemudian, Jennie bertanya, "Jadi, bagaimana semalam?"
"Huh? A-apanya yang bagaimana?" Jungkook tampak salah tingkah. Akan tetapi, sisi hatinya yang lain bersorak gembira dan mencelos lega—itu artinya, kegiatan kacau semalam benar-benar tak menjadi masalah untuk orang lain.
"K-kau kan semalam...," Jennie menggantungkan kalimatnya, beruntung saja Jungkook langsung paham maksud gadis tersebut.
"Kamar mandi," jawab Jungkook dengan cepat, "Aku mengurusnya di kamar mandi, tak usah khawatir." Ia mengusap tengkuknya agak canggung.
"Oh, baguslah." Jennie menganggukkan kepalanya, sedikit melirik wajah pemuda yang tampak berantakan di hadapannya, "Sarapan sudah siap, Taehyung dan kakakmu sudah menunggu di meja makan."
"O-okay, aku akan mencuci mukaku dulu kalau begitu."
"Baiklah, aku akan menunggu di meja makan saja."
Jungkook lantas mencekal lengan gadis itu ketika hendak berjalan meninggalkannya. "Jennie," panggilnya.
"Hm?"
"Mari lakukan lain waktu." Ucap Jungkook sembari menatapnya.
Hening beberapa detik, hingga akhirnya Jennie menjawab dengan pelan, "Kapan pun untukmu, Darling."
***
Ini salah, ini salah, ini salah. Seharusnya tak seperti ini, Kim Taehyung telah terlanjur menjalankan permainannya. Berhenti adalah kesalahan, melanjutkan juga adalah kesalahan. Maka, pikirannya tengah berperang saat ini. Faktanya, rasa benci yang dimilikinya telah meledak menjadi perasaan lain. Cinta? Taehyung bahkan ingin menertawakan dirinya sendiri teramat keras. Berkali-kali menolak untuk jatuh, namun lagi-lagi kenyataan mengkhianatinya. Rasa itu, rasa dimana dirinya tak suka ketika menyaksikan putra Jeon Taebin berdampingan dengan Jennie. Ingin menarik pemuda itu ke dalam pelukannya, hanya untuknya.
Akan tetapi, 'Dendam tetaplah dendam.' Taehyung terus merapalkan kalimat tersebut di dalam hatinya, menanamkannya dalam benak. Berupaya mengontrol perasaannya agar tak menyebabkan kegagalan yang tak diinginkan. Kembali pada niat awal, mempermalukan sekaligus menghancurkan reputasi Jeon Taebin beserta rumah sakitnya. Meskipun Taehyung akan kembali menjadi salah satu manusia yang paling ingin dibunuh oleh Jeon Jungkook. Mungkin ini adalah resiko dari kelabilan hatinya, kegoyahan perasaannya, dan kecerobohannya dalam bertindak. Taehyung benar-benar merasa idiot.
"Kita akan pulang nanti sore." Seo Woo berucap di sela kegiatan mengunyah sarapan paginya.
"Okay, Sweety."
Jungkook mendelik ke arah si penyahut, lantas kembali mengunyah makanan yang berada di dalam mulutnya.
"Unnie, kira-kira kapan acara pertunanganku dengan Jungkook?" Tanya Jennie tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL [complete]
Fanfiction[COMPLETE] Kim Taehyung berniat membalas rumah sakit tempat dimana ibunya meninggal karena malpraktik, mencoba membuat skandal atas hal yang masih dianggap tabu di negara tempatnya tinggal. Namun, bagaimana jika yang dihadapinya adalah seorang Jeon...