Coffee, Tea & Peanut

2.3K 590 102
                                    

Felix pernah bilang kalau Jaemin itu maniak kopi. Tapi saat aku menoyor kepalanya sambil mengatakan kalau dia sok tahu, teman sebangkuku itu memberi pembelaan kalau yang dia katakan adalah kenyataan karena dia mendengarnya sendiri dari Hyunjin yang notabenenya adalah sahabat baik Jaemin.

Tapi saat dia mengatakan fakta itu, aku tidak pernah berpikir kalau obsesinya pada minuman pahit berwarna hitam itu ternyata separah ini.

Kalau dilihat dari jumlah gelas yang sudah dia teguk dalam satu hari ini saja sih namanya bukan maniak lagi, tapi obsesi berlebih.

Aku tahu dia lelah. Aku juga tahu kalau semalam dia kurang tidur. Tapi itu juga bukan alasan untuk dia minum delapan gelas kopi americano dalam waktu sehari, kan?

Apalagi saat aku menemani dia memesannya tadi, aku terus menganga seperti orang bodoh. Karena ayolah, orang gila mana yang memesan americano dengan 8 shots? Tanpa air pula. Bayangkan saja, bahkan pelayan serta baristanya saja terkejut saat mendengar pesanan Jaemin.

Mereka memang tidak mengatakannya secara langsung, tapi tatapan mata yang mereka berikan pada kami sudah menyuarakan kalimat 'apa kau sudah gila?' yang aku sendiri tidak heran kenapa mereka berikan.

Karena memang, Jaemin pasti sudah gila.

"Jaemin, jangan terlalu banyak minum kopi." Kataku kemudian saat kami sudah mengambil tempat di bangku kelasku. Sementara yang aku beritahu hanya tersenyum lebar sebagai respon. "Serius, kau akan mati kalau terus mengonsumsi kafein dalam jumlah besar seperti sekarang."

"Sebenarnya aku sangat suka kopi. Tapi kalau kekasihku sudah bicara, aku bisa apa kecuali menuruti permintaanya?" Dia menggodaku, aku tahu itu. Karena sekarang dia tengah memberikan senyum jahil kearahku.

"Aku bukan kekasihmu, Na Jaemin!" Gerutuku yang langsung disambut dengan kekehan darinya.

"Belum. Dan kau akan segera menjadi kekasihku sebentar lagi."

"Ugh, berhenti menggodaku." Kataku dengan wajah yang berkerut kesal.

Jaemin kembali tertawa dengan keras saat melihat ekspresi tergangguku. Lelaki itu menaruh gelas plastik beningnya ke samping tubuhnya lalu menopang dagunya sambil menatap kearahku.

"Jadi kau punya saran apa yang harus aku minum sebagai pengganti americano?"

"Entahlah." Aku mengangkat kedua bahuku tak tahu. "Es krim? Cokelat? Permen?"

"Aku butuh minuman, sayang."

"Ew, kau menjijikkan. Berhenti memanggilku seperti itu." Aku merinding saat mendengarnya memanggilku sayang. Jaemin sendiri tampak senang melihatku merasa jijik karena menggodaku sudah menjadi kebiasaannya. "Tapi kau ada benarnya juga. Minuman, ya? Uh, bagaimana dengan teh? Mereka masih mengandung kafein tapi kadarnya tidak sebesar kopi."

"Teh? Minuman hambar yang kau sukai itu?"

Aku menatap aneh kearahnya. Dia bisa meminum americano yang warnanya lebih menyerupai air got tapi malah menyebut minuman favoritku hambar? Aku tidak tahu yang gila disini adalah aku atau dia.

Well, tapi mungkin lidah Jaemin memang se-'aneh' itu.

Karena walaupun dia memilih kopi paling pahit yang bisa orang-orang bayangkan sebagai minuman sehari-hari, dalam hal lain dia punya selera makanan dan minuman yang juga luar biasa manis.

Bahkan terakhir kali aku minum teh dengannya, dia menaruh banyak sekali gula dan krimer ke dalamnya karena dia merasa teh itu tidak punya rasa yang manis.

[ii] A Dandelion Wish ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang