I'm Yours, You're Mine

2.3K 605 77
                                    

"Anting-antingnya mana?" Jaemin mengadahkan tangan kanannya ke hadapan Winwin yang kemudian disambut dengan wajah menganga sang kakak.

"Kau baru saja bertemu kakakmu setelah sekian lama dan hal pertama yang kau katakan padaku adalah itu?"

Winwin menatap kearah sang adik dengan tatapan tidak percaya. Dia bahkan masih belum melepaskan kopernya sejak pesawat mendarat lima belas menit yang lalu, dan sekarang adiknya malah menanyakan tentang barang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Winwin.

Jaemin memutar bola matanya malas saat melihat tingkah berlebihan sang kakak. Lagipula ini tidak seperti mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Pada tahun baru China bulan lalu kan Jaemin pulang ke China untuk menemui keluarganya.

"Jadi kau ingin aku mengatakan apa?"

"Dasar bodoh. Tanyakan kabarku atau apa. Kau ini benar-benar tidak sopan."

"Aku tidak perlu menanyakan kabarmu. Kau terlihat baik-baik saja."

Sicheng menatap Jaemin datar. Ah, adiknya yang manis sudah lama hilang, menyisakan adik menyebalkan yang selalu bertingkah semaunya saja. "Terserah kau saja." Lelaki itu kemudian merogoh kantung celananya dan mengeluarkan suatu kotak dari sana yang kemudian dia taruh diatas tangan Jaemin yang mengadah ke atas.

"Ini. Ambilah."

Jaemin menggulung telapak tangannya lalu memberikan senyuman lebar kearah yang lebih tua. "Terima kasih! Kau memang bisa diandalkan!" Dia memuji. "Kalau begitu sudah dulu, aku akan pulang."

Winwin yang sebelumnya tersenyum bangga mendadak kehilangan senyumannya dipertengahan kalimat yang lebih muda. Dia mau pulang, katanya? Lalu bagaimana dengan aku? "Hey anak nakal! Mau kemana kau? Bagaimana dengan aku?"

"Taksi, mungkin?" Dia mengangkat kedua bahunya tak perduli. "Entahlah, ada banyak transportasi disini. Kau bisa memilih."

Winwin menatap Jaemin dengan pandangan tidak percaya. Tentu saja dia tahu kalau ada banyak transportasi disini! Winwin kan tidak bodoh! "Kau kesini bukan untuk menjemputku?"

Dengan senyumannya Jaemin menjawab dengan jujur, "Tidak. Aku hanya butuh ini." Dia sekali lagi menggoyangkan kotak beludru itu kehadapan Winwin sebelum kembali menyimpannya ke saku celana pendeknya. "Aku pergi dulu! Kau juga hati-hati! Kabari aku kalau kau sudah sampai ke hotel!"

Winwin masih menganga tak percaya saat sang adik sudah meninggalkan dia bahkan sebelum dia sempat memberi respon. Gila, kalau Winwin tidak pernah tinggal di Korea sebelumnya, dia mungkin akan jadi gelandangan karena tidak tahu harus kemana.

Oh, oh, Na Jaemin, saat kita bertemu lain kali, kau dalam masalah besar.



•••




"Aku masih tidak mengerti kenapa aku harus datang ke rumahmu." Aku mengeluh sambil menyeret kakiku masuk ke unit apartemen milik Jaemin. "Kau bilang akan mengajakku ke tempat favoritmu! Tapi kenapa kau malah membawaku kemari?"

Jaemin mengangkat kedua bahunya acuh. "Kau tidak pernah mendengar istilah 'home sweet home' sebelumnya? Rumahku adalah tempat favoritku."

Sial, dia benar. Tapi tetap saja, ini benar-benar aneh!

"Memangnya apa yang kau takutkan? Aku tidak akan membunuhmu atau melakukan hal aneh kalau itu yang kau mau tau."

"Ugh." Aku kembali mengeluh. "Orang tuamu ada di dalam?"

Jaemin mengedipkan matanya beberapa kali. Mungkin tidak menyangka kalau aku akan menanyakan tentang kedua orang tuanya padanya. "Tidak. Mereka tidak ada disini." Jawabnya kemudian.

[ii] A Dandelion Wish ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang