Dong Sicheng, best brother ever

2.3K 637 43
                                    

"Dong Sicheng~!" Winwin menjauhkan ponselnya dari telinga dan sekali lagi mengecek siapa yang memanggilnya dengan wajah yang berkerut bingung. Benar adiknya, kok. Tapi kenapa dia terdengar aneh begitu?

"Hm? Ada apa? Tumben sekali kau menelfonku."

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Kekehnya kemudian yang semakin membuat kerutan di dahi Winwin makin dalam. Biasanya anak yang satu itu paling sulit untuk dihubungi, dan sekarang dia dengan senang hati mau bercerita? Menelfon duluan pula. Benar-benar aneh.

"Pfft, kau mau bermain sahabat-sahabatan denganku? Kenapa tidak membeli buku diary saja untuk menuangkan isi hatimu sekalian?"

"Aku serius, tahu." Winwin tidak bisa melihat secara langsung ekspresi seperti apa yang adiknya tengah tunjukkan saat ini, tapi dia bisa menebak kalau Jaemin tengah memutar bola matanya malas setelah mendengar candaan tak lucu Winwin.

"Baik. Baik. Apa yang ingin kau ceritakan padaku?"

"Sspertinya aku sedang menyukai seseorang."

Dari balik sambungan telefonnya, Winwin tertawa kencang mendengar perkataan sang adik. Teman-temannya yang kebetulan berada tak jauh darinya bahkan memberikan tatapan tanya padanya karena dia tiba-tiba tertawa dengan keras.

"Jangan tertawa!" Jaemin cemberut. Sejak dulu kakaknya seperti menemukan kebahagiaannya sendiri setiap kali dia berhasil menggoda Jaemin, itu juga yang menjadi alasan kenapa dia jarang menceritakan tentang harinya pada lelaki yang lebih tua darinya itu.

Winwin mengibaskan tangannya di depan wajah untuk memberi gestur pada teman-temannya untuk berhenti melihat kearahnya sambil lanjut berbicara pada sang adik. "Maaf, sungguh. Tapi kau begitu menggemaskan. Rasanya baru kemarin aku mengantarmu ke sekolah dan sekarang kau sudah dewasa."

Jaemin menutar bola matanya malas, "Kau terdengar seperti orang tua saja." Cemoohnya. "Ayolah, kau bahkan hanya lebih tua tiga tahun dariku. Dasar berlebihan."

Winwin kembali tertawa, "Kau selalu terlihat seperti seorang bayi di mataku."

"Terserah kau saja." Jaemin akhirnya menyerah karena dia sadar bahwa dia kini tengah memerlukan bantuan dari Winwin. Jadi sebisa mungkin dia tidak boleh membuat lelaki itu marah kalau mau permintaannya dikabulkan. "Jadi sebenarnya aku mau meminta bantuanmu sedikit."

Winwin berhenti tertawa dan memperbaiki posisi duduknya yang sebelumnya sudah merosot ke bawah karena terlalu banyak tertawa. "Bantuan apa?"

Adiknya itu sejak dulu selalu bersikeras kalau dia bisa melakukan segalanya sendirian, jadi dengan mendengarnya meminta bantuan seperti ini saja sudah seperti kejutan untuk Winwin.

Apakah ini soal rumah? Atau mobil?

Sejak awal Jaemin bersikeras mau tinggal di Korea sendirian, dia menolak semua niat baik Winwin dan kedua orang tua mereka untuk memberikan dia fasilitas terbaik. Dia bahkan menolak apartemen di daerah pusat gangnam dan lebih memilih unit kecil di pinggiran Seoul. Anak itu juga tidak membeli mobil seperti yang kedua orang tuanya pinta dan malah membeli motor balap yang Winwin sendiri tidak tahu apa hebatnya.

Aneh sekali, kan? Dimana-mana semua anak sibuk menuntut keluarganya untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuknya dan bukan sebaliknya.

Tapi apa yang dia dengar selanjutnya benar-benar berbeda dari apa yang dia kira.

"Apa kau tahu cara membuat bintang dari kertas?"

Winwin bahkan harus mengulang permintaan sang adik dua kali untuk memastikan. Bintang kertas? Apa-apaan dengan itu..

[ii] A Dandelion Wish ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang