Prolog

15.6K 457 25
                                    

                               

"Keluarin semuanya, Dar. Keluarin semua air mata lo jika itu bisa bikin lo menjadi lebih baik," ucap Rehan sembari menepuk-nepuk pelan punggung Dara.

Dara semakin menggigit bibir untuk menahan isakan. "Re, bener, kan? Kalau kematian itu adalah sebuah takdir?"

"Iya, itu gak bisa diragukan lagi."

"Tapi, kenapa Mama selalu nyalahin gue atas kematian Bang Andre?"

Rehan terdiam sejenak. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena takut salah menyimpulkan. "Suatu saat, pasti Mama lo nggak akan seperti ini lagi. Percaya sama gue. Mungkin saat ini Mama lo itu masih syok dan sedih karena Abang lo pergi dengan cara seperti itu."

"Tapi sampai kapan? Waktu udah berjalan tiga tahun, Re. Gue nggak sanggup jika harus nerima perlakuan buruk Mama terus-terusan. Gue rindu Mama yang dulu. Mama yang sayang sama gue. Mama yang perhatian sama gue. Kapan gue bisa lihat Mama seperti itu lagi? Kapan?"

Rehan semakin mengeratkan pelukannya untuk meredam isakan gadis itu. "Gue juga nggak bisa jamin sampai kapan. Tapi gue yakin, suatu hari nanti pasti semuanya akan berakhir, dan lo akan bahagia. Jadi, Lo tenang ya..."

Dara menggeleng cepat. Mana mungkin ia bisa tenang disaat keluarganya berantakan. Bahkan sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa keadaan keluarganya akan membaik. Gadis itu sangat takut jika suatu saat ia malah kehilangan segalanya.

***

Follow juga Ig:

khlfh_05
khlfh.story

I'm TiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang