"Jangan memberiku pilihan, jika sesuatu yang kau sebut pilihan itu tidak bisa membuatku memilih."
******
Mendengar penuturan Dara yang sarkas itu, Ardan hanya mengangkat salah satu alisnya. "Lo kebanyakan drama ternyata. Tinggal lo kasih nomor lo ke gue apa susahnya?"
Dara tertawa sinis. "Gak semudah itu."
Ardan menghela napas berat. Laki-laki itu menatap Dara semakin sinis, ditambah lagi dengan seringainya. Gadis ini telah menguji kesabarannya. "Oke, kalau lo tetep nggak mau kasih. Gue bakal cium lo disini. Gimana? Lumayan, kan, mumpung sepi."
Mata Dara langsung membelalakan matanya lebar setelah mendengar ucapan Ardan barusan. Ia semakin berpikiran bahwa selain songong Ardan ini juga otak-otak mesum.
"Eh, lo hati-hati ya kalo ngomong!" bentak Dara kesal. Dara ingin memukul Ardan dengan buku yang ada di tangan kirinya. Namun terlambat, karena Ardan telah menahanya terlebih dahulu. Dan kini kedua tangannya terkunci sehingga gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ada dua pilihan. Kasih nomor hape lo atau lo gue cium disini?"
Ucapan Ardan barusan membuat Dara bergidik ngeri. Menurutnya kedua poin itu bukanlah pilihan. Ardan memang kurang ajar, bisa-bisanya ia memperlakukannya seperti ini. Andai saja saat ini tangannya tidak sakit, pasti ia tidak akan menjadi selemah ini.
"Gue hitung sampai tiga. Kalau lo nggak mau kasih nomor lo, gue bener-bener akan cium lo." Ardan semakin menyeringai.
Dara langsung bergidik ngeri. Melihat wajahnya saja, Dara sudah ingin menaboknya. Jadi mana mungkin ia sudi dicium oleh Ardan.
"Satu."
"Dua."
Dara mengumpat dalam hati. Seperti nya saat ini ia memang harus memberikan nomor telepon kepada pria gila ini daripada ciuman pertamanya diambil. Itu lebih berharga dari sebuah nomor telepon.
"Tig--"
"Oke oke, gue kasih." potong Dara cepat.
Ardan langsung tersenyum penuh kemenangan. Wajahnya juga terlihat puas. Setelah itu Ardan melepaskan tanganya yang mencekal Dara dan memundurkan tubuhnya kebelakang. Lalu ia memberikan ponselnya kepada Dara.
Dengan cepat Dara menerima ponsel itu. Gadis berlesung pipi itu langsung meng- input duabelas digit nomor ke kontak Ardan. Setelah selesai dengan tuntutan yang membuatnya gila itu, Dara langsung melempar kembali benda itu ke arah Ardan. Untung saja Ardan dengan cekatan menangkapnya. Kalau tidak, mungkin ponselnya itu sudah hancur berkeping-keping di lantai.
"Oke, ntar kalau gue minta add, lo add back ya," ucap Ardan dengan nada yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Dara. Hingga membuat gadis itu mendesis kesal.
Lalu tanpa aba-aba lagi, Dara langsung bergegas pergi meninggalkan Ardan. Gadis itu melewati Ardan sambil meliriknya tajamnya. "Dasar cowok nggak waras!" Umpatnya seraya berjalan cepat di koridor menuju kelasnya.
Saat ini Dara tengah tidak habis pikir karena bisa bertemu dengan laki-laki semacam itu. Laki-laki yang sangat menjengkelkan dan menjijikan. Setelah hari ini, Dara akan langsung menghindar jika melihat wajah laki-laki itu lagi. Ia tidak sudi untuk bertemu lagi dengan Ardan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Tired
أدب المراهقينDisaat seseorang telah berada di titik paling melelahkan, pasti akan terbesit dibenaknya rasa ingin menyerah. Begitu pula dengan Dara. Gadis yang sangat manis ketika tersenyum itu ingin sekali menyerah atas segala masalah yang hadir dalam hidupnya...