21. Tidak Mungkin Benci

1.5K 65 3
                                    

"Kita memang kembar, hanya saja jalan hidup kita yang berbeda."

***

Setelah puas mengumpati orang yang tiba-tiba menerornya tadi, Dara kembali membanting tubuhnya di atas kasur. Gadis itu menutupi wajahnya yang memerah padam dengan bantal. Saat ini kepala Dara sangat pusing dengan banyaknya masalah yang terus-terusan hadir dalam hidupnya secara bersamaan.

Karena saking frustrasinya, gadis itu melempar bantal yang tadi menutupi wajahnya ke sembarang arah. Jika ia bisa lari dari semua masalah ini, maka ia akan sangat bersyukur. Tapi sayangnya dia tidak bisa.

Memang, masalah sangat ampuh untuk membuat orang frustrasi. Tapi jika hidup tanpa ada masalah, maka hidup akan terasa monoton dan tidak menantang. Jadi janganlah mengeluh saat tertimpa masalah. Jangan berlari agar terhindar dari masalah tersebut. Tetaplah selesaikan masalah itu dengan ikhlas. Jika sudah ikhlas, maka akan banyak pelajaran yang kita dapatkan. Karena sesungguhnya masalah mengajarkan kita banyak hal, salah satunya mengajarkan kita menjadi pribadi yang lebih tangguh.

"Siapa sih dia berani ngancem gue!? Akhh!!" Teriak Dara seraya memeriksa lukanya yang terasa sakit karena ulahnya sendiri. Setelah itu ia menghela napas berat. Gadis itu lupa jika dirinya belum minum obat.

"Eh, sialan memang tu orang yang bikin tangan gue jadi gini!" Decak Dara kesal.

Walaupun sebenarnya malas, tapi pada akhirnya Dara mengambil obat dan gelas yang ada di atas nakas. Dara juga ingin cepat sembuh. Namun setelah melihat gelasnya kosong, gadis itu memutar bola mata malas. Mau tak mau Dara harus beranjak dari tempat tidur untuk mengambil air putih dibawah. Karena jika tidak dia sendiri yang mengambilnya, maka tidak akan ada yang mengantarnya kemari. Dara juga tidak bisa meminta tolong pada Asisten rumah tangganya, karena ART-nya hanya bekerja dari pagi sampai sore saja.

Dara melangkah keluar kamar seraya membawa gelas kosong dan obat di tangannya. Dengan langkah pasti gadis itu menuruni anak tangga. Pada saat berada di pertengahan tangga, gadis itu memelankan langkahnya seraya memandang dengan gamang ke segala arah. Saat ini Dara merasa sedih, melihat rumah sebesar ini selalu sepi. Dara sedih disaat dirinya dan keluarganya tidak bisa berkumpul seperti dulu lagi dirumah ini. Pokoknya gadis itu sedih dengan segala momen yang telah hilang dari rumah ini.

Gadis itu menghela napas berat, kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju dapur. Sesegera mungkin Dara meminum obatnya, karena ia ingin langsung cepat-cepat kembali ke kamar. Dara benci jika harus berlama-lama berada didalam situasi sepi mencengkram ini. Meskipun  di kamarnya juga sunyi, tapi setidaknya  kamarnya adalah tempat yang paling nyaman diantara seluruh ruangan dirumahnya ini.

Setelah sampai di depan pintu kamar, perempuan itu mengurungkan niatnya terlebih dahulu untuk masuk ke dalamnya. Karena ia baru menyadari ada sesuatu hal yang ingin ia tanyakan kepada Saudara kembarnya, Dera.

Kamar Dera terletak tepat disamping kamar Dara. Jadi, Dara tidak perlu lagi melangkah jauh.

Dengan ragu Dara mengetuk pintu kamar Dera menggunakan tangan kananya yang tidak sakit. Gadis itu ragu karena jika Ia berhadapan langsung dengan Dera maka ia jarang bisa mengontrol emosinya.

Tok tok tok

Beberapa detik setelah itu pintu kamar pun terbuka. Menampilkan sesosok perempuan yang berwajah sangat mirip dengan Dara. Mereka memang kembar identik. Namun semirip-miripnya mereka, mereka tetap punya perbedaan tersendiri.

I'm TiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang