"Rehan?" Panggil Dara. Cowok yang sedari tadi tengah sibuk mencari luka akibat dari kecelakaan Dara itu kembali pada posisi semula, menatap gadis itu.
Namun...
Plakk!
Rehan sontak terdiam. Bahkan ekspresi wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia merasakan sakit karena tamparan itu. Rehan merasa pantas mendapatkan semua ini, meskipun hatinya juga tersakiti oleh Dara.
"Sekarang juga, lo berdua pergi dari hadapan gue!" Perintah Dara dengan emosi yang menggebu.
"Dar..."
"Pergi! Gue benci sama Lo!"
"Bilang kalau Lo baik-baik aja. Maka gue akan pergi dari sini," ujar Rehan. Nada suara cowok itu terdengar pasrah meski disisi lain dia lega karena keadaan Dara tidak seperti yang Sandra katakan tadi.
"Iya, gue baik-baik aja. Sekarang pergi!" Usir Dara lagi. Meski rasanya sangat sakit, ia tidak ingin menumpahkan air matanya disini.
Detik itu juga Rehan memaksakan senyumnya. Matanya menyorot sendu ke arah gadis di hadapannya itu. "Baiklah. Maaf kalau kedatangan gue malah bikin lo merasa terganggu."
"Kalau Lo udah pergi, gue mohon jangan pernah balik lagi."
Rehan terdiam lama sebelum dia memutuskan untuk mengangguk. Jika itu kemauan Dara, maka Rehan akan menurutinya.
Lalu dengan berat hati cowok itu meninggalkan rumah Dara meski langkah demi langkah terasa begitu menyakitkan. Ia sangat menyayangi Dara, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi ketika takdir telah menggariskan bahwa dirinya dan gadis itu tidak bisa lagi bersama untuk waktu yang lama.
Melihat punggung Rehan yang semakin menjauh, Dara menarik napas sedalam-dalamnya. Rasa sesak itu semakin menjadi ketika melihat wajah gadis yang membuat semuanya menjadi rumit.
Dia Audy. Gadis yang sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan antara Dara dan Rehan itu tengah tersenyum puas. Lalu dengan tangan yang terlipat di depan dada, Audy berjalan mendekati Dara. "Makasih ya, cantik. Karena Lo udah ngusir Rehan dari sini. Sehingga gue enggak perlu capek-capek narik dia buat menjauh dari lo."
Dara sontak menatap Audy tajam. "Bukan cuma Rehan yang gue usir, tapi Lo juga! Terus ngapain Lo masih disini? Kuping Lo budeg!? Atau otak Lo yang bermasalah?!"
Seketika itu wajah Audy langsung memerah. Dia kesal dengan ucapan Dara barusan. Tetapi untuk kali ini gadis itu tidak menunjukkan kekesalannya seperti biasa. Dengan senyum sinisnya, Audy mengusap pipi Dara.
Dara langsung menepis tangan Audy. "Jauhin tangan kotor Lo dari gue!"
Audy lantas mengangkat tangannya ke udara. Senyum evil semakin tercetak di bibir gadis itu. "Sepertinya lebih kotor harga diri keluarga lo daripada tangan gue."
Perkataan Audy itu langsung membuat Dara menarik Audy agar menjauh dari pintu rumahnya. "Jaga ucapan Lo! Maksud Lo apa ngata-ngatain harga diri keluarga gue hah!?"
"Maksud gue?" Audy tertawa kecil seraya memutar tangannya agar terlepas dari genggaman Dara.
"Sepertinya enggak bakalan seru kalau Lo denger semuanya dari mulut gue. Lo tunggu aja sampai keluarga lo sendiri yang menjelaskan. Dan selama Lo menunggu hal itu, selama itu pula Lo bertanya-tanya kenapa gue sangat membenci Lo."
Dahi Dara sontak menyergit. Ia tidak mengerti apa yang Audy maksud. Apa yang Audy ketahui tentang keluarganya? Dan apa hubungan Audy dengan semua itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Tired
Novela JuvenilDisaat seseorang telah berada di titik paling melelahkan, pasti akan terbesit dibenaknya rasa ingin menyerah. Begitu pula dengan Dara. Gadis yang sangat manis ketika tersenyum itu ingin sekali menyerah atas segala masalah yang hadir dalam hidupnya...