"Memutuskan berpisah bukan berarti sudah tak ada rasa. Bisa jadi karena keadaan yang tak lagi mengizinkan untuk melanjutkan kisah."
***
Rehan sontak memijat pelipisnya. Seumur hidup baru kali ini ia menghadapi dua orang cewek yang tengah cek-cok, dan yang lebih parahnya lagi, ia tidak tau bagaimana cara untuk memisahkan kedua cewek ini.
"Dara, Audy, gue mohon berhenti," ucap Rehan dengan penuh kesabaran seraya menghadang keduanya.
"Enggak bisa, Re. Lo lihat sendiri, kan, dia udah berani nampar gue?! Dia harus gue kasih pelajaran saat ini juga!"
"Audy, please...," Pinta Rehan.
"Sini lo! Lo kira gue takut sama Lo?!" tantang Dara, cewek itu terlihat jelas tak mau kalah.
"Audy, Dara, tolong berhenti!" Ujar Rehan dengan nada tinggi. Seketika itu pula Audy dan Dara langsung terdiam. Wajah kedua cewek itu tampak kaget.
Melihat itu, Rehan sontak menghela napas panjang. Rehan sadar bahwa hal yang telah ia lakukan barusan berdampak besar untuk kedua sahabatnya itu. "Maaf, gue hanya ingin kalian berdua berhenti bersikap kaya gini."
Baik Audy ataupun Dara tidak ada yang membalas. Mungkin mereka masih syok dengan apa yang dilakukan Rehan. Pasalnya baru kali ini Rehan bersikap seperti itu.
Rehan menghembuskan napas kasar. Untuk saat ini ia tidak terlalu mengambil pusing akan hal itu. Karena ada hal yang lebih penting, yaitu menjauhkan Dara dari Audy agar tidak terjadi keributan lagi.
"Dar, ikut gue."
Mata Dara sontak membelalak, gadis itu kaget ketika Rehan menarik salah satu tangannya. Namun, di sisi lain gadis itu juga merasa senang karena Rehan lebih memilih bicara pada dirinya daripada Audy. Ya, setidaknya Dara berpikir positif terlebih dahulu meski ia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
Setelah jarak mereka cukup jauh dari tempat Audy berdiri, barulah Rehan menghentikan langkahnya. Cowok itu menatap Dara dengan pandangan yang entahlah. Bahkan Dara sendiri takut untuk menerka seberapa kecewanya cowok itu padanya.
"Gue minta maaf. Gue tau gue salah karena sudah bohong sama lo," ujar Dara seraya menundukkan kepalanya. Saat ini, mungkin tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain mengucapkan kata maaf.
"Lupain masalah itu. Gue enggak apa-apa kalau lo enggak mau jujur sama gue."
Dara sontak mendongakkan kepalanya kembali secara perlahan. Gadis itu ingin mencari tahu apakah ucapan Rehan tersebut bisa dipercaya. Namun setelah ia menatap mata cowok itu, terlihat banyak kekecewaan disana. "Tapi gue beneran enggak bermaksud bohong sama lo. Semua itu gue lakuin karena ada alasannya."
Rehan menghela napas berat. "Iya, gue tau. Di Dunia ini, enggak ada seseorang melakukan sesuatu tanpa adanya alasan."
Dara menggigit bibir bawahnya. Gadis itu tidak bisa memberitahu Rehan tentang alasan ia berbohong, karena alasan itu sangat chilidish.
"Tapi maaf, gue enggak bisa kasih tau alasannya sama lo."
"Enggak apa-apa. Gue ngerti." Rehan mengalihkan pandangannya ke arah lain seraya tersenyum pedih, senyum yang tidak ingin ia tunjukan pada semua siapapun, termasuk seseorang yang membuat senyum itu terukir di bibirnya. "Mungkin lebih baik kita enggak pernah tau sama sekali agar terhindar dari rasa sakit."
Seketika itu Dara langsung mengerutkan keningnya. Otaknya berpikir keras untuk menganalisa kalimat Rehan barusan. "Maksud lo apa ngomong kaya gitu?" tanya Dara pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Tired
Ficção AdolescenteDisaat seseorang telah berada di titik paling melelahkan, pasti akan terbesit dibenaknya rasa ingin menyerah. Begitu pula dengan Dara. Gadis yang sangat manis ketika tersenyum itu ingin sekali menyerah atas segala masalah yang hadir dalam hidupnya...