Jenni memilih pakaian yang akan ia gunakan saat bertemu dengan teman-temannya. Lemari yang penuh dengan pakian yang bagus dan bermerk membuatnya semakin sulit untuk menentukan pilihan.
Setelah sedikit berpikir, akhirnya pilihan Jenni jatuh pada sebuah dress selutut yang berwarna merah. Sebuah dress polos, namun tetap indah. Tak lupa juga ia menggunakan high heels setinggi 7 cm yang berwarna hitam
Rambut hitamnya sengaja dibiarkan tergerai setelah disisir rapi. Ia memoleskan sedikit make-up di wajahnya. Setelah itu, ia mengambil tas dan pergi dari kamarnya. Kaki jenjangnya melangkah dengan anggunnya.
Tring.
Ponsel Jenni berbunyi yang menandakan bahwa ada sebuah pesan yang masuk. Wanita cantik itu segera melihatnya.
From : Aaron
Kau ingin pergi keluar tanpa izin dariku?
Kening Jenni mengernyit setelah membaca pesan singkat tersebut. Darimana pria itu tau bahwa ia akan pergi? Apa ia sudah memata-matai Jenni? Disaat masih sibuk dengan pikirannya, ponsel Jenni kembali berbunyi.
From : Aaron
Masuk kembali ke kamarmu! Lima belas menit lagi aku akan sampai!
Jenni menghembuskan nafasnya kasar. Pria itu kembali berkuasa dan dengan terpaksa Jenni harus mengikuti perintahnya. Jenni kembali berjalan menuju kamarnya. Baru saja keluar dari sana, kini ia sudah harus masuk lagi.
Jenni membuka high heelsnya dan naik ke atas ranjang, merebahkan tubuhnya. Jika sudah seperti, positif ia tidak akan jadi pergi keluar untuk bertemu dengan teman-temannya.
Baru saja wanita itu akan mengambil ponselnya untuk memberi kabar pada temannya bahwa ia tidak jadi datang, tapi suara gebrakan pintu menghentikan niatnya itu. Jenni melihat Aaron berjalan ke arahnya.
Pria itu berjalan dengan tatapan tajamnya yang mampu mengintimidasi Jenni. Lalu ia duduk di ranjang. Saat wanita itu akan bangun dari posisi tidurnya, Aaron malah menahannya dan menyuruh Jenni untuk tetap tidur.
"Siapa yang memberimu izin untuk pergi keluar? Aku sudah mengatakannya padamu, bahwa kau harus meminta izin padaku sebelum pergi kemanapun." Jelas Aaron dengan suara yang rendah.
"Aku bukan anak kecil lagi, jadi jika aku ingin pergi kemanapun, itu urusanku. Kenapa aku harus selalu meminta izin padamu?" sahut Jenni.
"Oh, rupanya kau sudah berani melawanku?" ujar Aaron sambil melepaskan simpul dasinya.
Jujur saja Jenni mulai takut saat ini, melihat pria di hadapannya yang mulai membuka kancing kemejanya. Ia tau betul apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kenapa kau diam?" tanya Aaron.
"Untuk apa aku takut padamu? Pria sepertimu tidak pantas untuk aku takuti." Kata Jenni yang mencoba untuk berani.
"Benarkah? Memangnya aku pria seperti apa?"
"Kau pria paling brengsek yang pernah aku temui." Ungkap Jenni.
Aaron tersenyum sinis saat mendengar ucapan adik tirinya itu. "Ya, kau benar. Aku adalah pria brengsek. Dan pria brengsek ini yang akan menidurimu sekarang."
Tangan Aaron langsung menuju paha mulus milik Jenni. Ia menggerayanginya sehingga membuat Jenni menahan desahan yang mencoba untuk keluar dari mulut seksinya.
"Aaron, jangan lakukan ini!" ujar Jenni.
"Kenapa?" tanya Aaron dengan tangan yang masih sibuk menggerayangi titik sensitif Jenni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair with My Step-Brother ✔ [ SUDAH TERBIT ]
RomansAaron Mattew Hernandez Seorang pria matang berusia 30 tahun yang sudah memiliki istri. Meskipun begitu, pria yang menjabat sebagai CEO di perusahaan ternama tersebut masih tetap digilai banyak wanita diluar sana. Dan tanpa diketahui, pria yang ker...