Aaron mengacak rambutnya dengan gusar. Saat ini ia merasakan kepalanya sangat pusing memikirkan tentang Jenni. Aaron sudah mengetahui apa penyebab Jenni menjadi aneh seperti ini. Wanita itu melihat semua kejadian di kantornya. Termasuk kegiatan Aaron dan Alice yang cukup panas. Sial, kenapa Jenni harus melihat semuanya?
Aaron berpikir saat itu Jenni masih tertidur, tapi kenyataannya tidak. Jika tau seperti ini jadinya, maka Aaron tidak akan melakukan hal itu pada Alice. Ia tidak mungkin melakukan itu di depan wanita yang sangat ia cintai. Aaron tidak ingin melihat Jenni sakit hati. Walaupun ia belum tau dengan perasaan wanita itu sendiri.
Tapi tunggu dulu! Jika Jenni merasa kesal dan terlihat badmood setelah melihat semua kejadian di kantor tadi, apa itu artinya wanita itu sudah ada perasaan padanya? Jenni sudah mulai jatuh cinta padanya? Apa itu semua benar? Jika benar, maka sekarang Aaron akan menjadi pria yang paling beruntung di dunia.
"Sayang, kenapa kau melamun?" tanya Alice yang sejak tadi memperhatikan suaminya.
"Tidak apa." Sahut Aaron dengan singkat.
"Tidak apa bagaimana? Setelah menerima telpon tadi, kau mengacak-ngacak rambutmu dan terus melamun." Papar Alice.
"Sudah aku katakan padamu bahwa aku tidak apa. Aku akan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda di kantor tadi. Jadi lebih baik kau tidur, tidak perlu menungguku." Ujar Aaron lalu pergi dari kamarnya.
Aaron pergi tanpa menunggu balasan dari Alice. Pria itu melangkah menuju ruang kerjanya. Bukan untuk melanjutkan pekerjaan seperti yang ia katakan pada Alice. Ia mengunci ruang kerjanya itu, lalu pergi dari sana. Aaron sengaja mengunci ruangan tersebut, berjaga-jaga jika Alice datang kesana. Jika terkunci,Alice tidak akan mengetahui apakah Aaron ada di dalam atau tidak.
Langkah Aaron terhenti saat sudah berada di depan kamar Jenni. Ia segera masuk ke dalam sana, sebelum Alice melihatnya. Karena kemungkinan Alice mengetahuinya kan cukup besar, mengingat kamar mereka yang bersebelahan. Aaron dapat melihat Jenni yang tidur memunggunginya. Dengan langkah lebar, Aaron mendekati ranjang Jenni.
Aaron menaiki ranjang Jenni dengan sangat hati-hati, takut jika wanita itu akan terusik. Lalu dengan cepat, Aaron memeluknya dari belakang.
"Apa---"
"Ini aku, Aaron." Potong Aaron dengan cepat saat mendengar Jenni berbicara atau bisa saja wanita itu akan teriak.
Jenni yang awalnya meronta di pelukan Aaron langsung terdiam. Kini Jenni sudah tidak sepanik tadi, ia sudah mengetahui siapa yang memeluknya. Wanita itu dapat merasakan jika Aaron mengecup lehernya dengan gemas. Bahkan pria itu melakukannya berulang kali hingga menimbulkan bunyi yang khas.
"Aaron hentikan!" pinta Jenni.
Dengan mudahnya Aaron membalikkan tubuh Jenni sehingga berhadapan dengannya. "Apakah kau cemburu?"
Kening Jenni mengernyit saat mendengar ucapan Aaron yang terkesan to the point. "Apa maksudmu?"
"Katakan padaku sayang, kau cemburu kan? Kau melihat semua kejadian di kantor tadi dan itu yang membuatmu bersikap aneh." Jelas Aaron.
Jenni memalingkan wajahnya. "Tidak, untuk apa aku cemburu. Kalian kan suami istri, jadi wajar jika melakukan hal itu. Dan aku juga tidak ada hak untuk cemburu."
"Siapa yang mengatakan kau tidak ada hak untuk cemburu? Kau kekasihku," ucap Aaron.
"Aku ini adikmu, bukan kekasihmu." Balas Jenni.
Aaron segera bangkit dari tidurnya dan berada di atas tubuh Jenni. "Sudah berapa kali aku katakan padamu? Kau bukan adikku, karena aku ini anak tunggal. Jenni adalah kekasih dari seorang Aaron Hernandez. Kau adalah wanita yang sangat aku cintai. Ingat itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair with My Step-Brother ✔ [ SUDAH TERBIT ]
RomanceAaron Mattew Hernandez Seorang pria matang berusia 30 tahun yang sudah memiliki istri. Meskipun begitu, pria yang menjabat sebagai CEO di perusahaan ternama tersebut masih tetap digilai banyak wanita diluar sana. Dan tanpa diketahui, pria yang ker...