[8] Pertanyaan

27 6 0
                                    


——— • MY FATE • ———

Kedua kelopak mata itu perlahan terbuka, bukan karena terik panas sang surya yang mengintip di celah jendela seperti biasa. Lantaran karena suara sesosok pria yang sedari tadi tak berhenti mengetuk pintu kamar Nadya dan berteriak memanggil namanya.

“NADYAA BANGUN WOI!! NANTI KITA TELAT! GUE BELUM NYALIN PR TEMEN GUE!! NTAR GUE DIHUKUM HORMAT BENDERA LAGI KAYAK KEMAREN, YA GAK MAU LAH GUE MALU ANJIRR!! CEPETAN BANGUN ATAU GAK GUE DOBRAK NIH PINTU! TUKANG MOLOR!”

Kira-kira seperti itulah omelan dari seorang Farel.

Nadya melirik jam di dindingnya. Masih jam 04:30. Farel gila. Masih terlalu pagi. Ia menghela nafas pasrah.

***

Farel makan dengan lahap sarapan yang dibuat Nadya. Ah bukan–bukan, Nadya bukan ahli memasak, tapi mie instan ditambah telor mata sapi cukup mengenyangkan perut dan menyenangkan hati mereka sebagai sarapan pagi ini.

“Kenapa gak...hmm makan?” tanya Farel sambil mengunyah makanannya.

“Makan gak boleh ngomong” ingat Nadya, tangannya memukul pucuk kepala Farel dengan sendok.

“Oh iya! Sori-sori.” jawab Farel, buru-buru ia menelannya. “Nah, lo ngapa gak makan? Ini kan enak.” setelahnya.

“Udah kenyang, lagian masih pagi bangeett, sadar dehh Fareeeell ini masih jam limaaaa!!” geram Nadya. Membayangkan setengah jam yang lalu ia dipaksa masuk kamar mandi oleh Farel. Padahal, Nadya masih mau bermesraan dengan kasurnya sebab tadi malam ia tidur larut sekali akibat tugasnya yang menumpuk.

“Santai Nad, kan bagus kita bangun pagi hehe.” jawab Farel dengan cengiran menyebalkannya yang khas.

“Gak tau ah. Ngantuk gue!! Mau tidur lagi!”

“Tukang molor!”

“Biarin!”

“Santai dong neng, pms ya?”

“Udah lewat!”

“Oh gitu, terus kenapa ngomongnya ga nyante mulu?”

“Suka-suka gue, udah ngantuk guenyaa.” ucap Nadya final beranjak dari tempatnya. Langkahnya terhenti ketika sadar Farel menahan lengannya.

“Berhenti, duduk, sarapan.”

Nadya menghela nafas. Jika Farel sudah bicara seserius ini, Nadya tak akan berbuat apa-apa selain mengikuti katanya.

***

“Sialan ih Farel” ucap Nadya sambil menendang batu kerikil yang berada di pinggir lapangan.

Ah, gara-gara Farel. Ia dihukum karena ketiduran pada jam pelajaran Bu Eka tadi. Seandainya saja ia tak bangun terlalu pagi dan mampu menahan kantuknya di kelas mesti ia tak akan dihukum berdiri di tengah lapangan seperti ini.

Memalukan sekali untuk anak seperti Nadya yang selalu taat peraturan di sekolahnya. Nadya mengerucutkan bibirnya begitu bayangan tadi pagi melintas di kepalanya.

Kenapa sih Farel? Banyak banget emang tugasnya? Makanya kerjainnya tadi malam, jangan bergantung ke teman mulu!” omel Nadya sambil membenarkan tali sepatunya.

Gue gak ngerti sama tugasnya nad, gimana mau kerjain.”

Kenapa gak tanya gue?

Udahlah, lagian gue ngajak lo pergi pagi pagi begini bukan karena gue belum siapin PR aja kok.

Terus apaan?

MY FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang