[01] Cemburu?

80 15 0
                                    


——— • MY FATE • ———


Farel mendongak ke langit sekilas. Warna langit yang tadinya berwarna biru muda sudah berganti dengan warna senja yang mungkin akan digantikan juga dengan warna biru gelap.

Farel, cowok tegap, kulit sawo matang, berambut hitam pekat yang ia style kan keatas menyingsingkan lengan baju nya untuk mendapatkan sedikit rasa sejuk setelah ia panas-panasan latihan basket bersama timnya. Peluh membasahi tubuhnya.

Dengan sekali lempar, Farel menangkap botol minumnya yang dilemparkan spontan oleh Nadya, dan ia meneguk nya buru-buru.

"Pulang duluan ajalah Nad, gue kayaknya pulang agak maleman." Farel menutup botolnya.

"Gak deh. Gue mau pulang bareng lo aja. Lagipula lukisan gue juga belum siap."kata Nadya seraya menunjukkan lukisan yang ia buat sepanjang menunggu Farel latihan basket tadi.

Lukisan itu berisi sesosok lelaki yang sedang melompat memasukkan bola basket ke ring dan diikuti oleh sorakan-sorakan dari penonton maupun tim basket. Nadya memang pandai dan suka melukis bahkan dulu sejak kecil lukisan-lukisannya sering dimuat di koran-koran.

Farel menyengir, "Oh, jadi lo dari tadi ngelukis gue,"
"Pantesan sampe ga mau pulang."

Nadya mencubit pelan tangan Farel, "Kagaklah, ngapain gue ngelukis lo. Ini kan cuma lukisannya doang temanya orang-orang lagi main basket."

"Bohong lo, bilang aja itu gue" Farel balas menjitak dahi Nadya.

"Ish, serah lo!" kata Nadya mengelus dahinya.

"NADYA!!"

Nadya dan Farel menoleh ke arah sumber suara dan benar dugaan Nadya.

Thira, sahabatnya. Cewek berkulit putih, bermata tajam dan rambut hitam pendek itu berlari ke arahnya. Nadya tersenyum,

“Nad, pulang yuk.” ajak Thira sambil mengatur nafasnya. "Keburu malam nih." lanjutnya

"Duluan aja deh Thir, gue mau pulang bareng Farel." balas Nadya.

Thira langsung memasang wajah datarnya. Sedikit kecewa.

"Gak papa kan? Ehe–"

"Yahh, lo gimana sih tadi katanya mau pulang bareng gue." balas Thira. Nadya hanya menyengir.

“Emang Farel mau pulang bareng lo?”

“Ya iya–”

"Gak!" Farel memotong membuat Nadya melebarkan matanya.

"Lo pulang sekarang bareng Thira aja Nad, ntar lo pulang kemaleman lagi kalo bareng gue," Farel melanjutkan.

"Nah tuh denger kata Farel, bareng gue aja lah." Thira menimpali.

“Gue mau aja sih, tapi masalahnya lukisan gue belum kering,” alasan Nadya lalu tersenyum penuh kemenangan.

"Yaudah, tinggal aja. Ntar pulang, gue antar ke rumah lo." jawab Farel dengan senyum penuh kemenangan juga.

"Ah, gausah ngerepotin lo aj–"

"Ah, kayak gue orang lain aja!" sekali lagi Farel memotong pembicaraan Nadya.

Nadya mengalah sambil tersenyum jengkel, akhirnya ia mengangguk dan mengambil tas nya dengan cepat.

Farel tersenyum, lalu mengacak surai rambut gadis itu. “Hati-hati, awas ketabrak semut haha.” kata Farel lalu perlahan berlari bersiap-siap kembali ke lapangan.

“Iya-iya.” jawab Nadya cepat tanpa menoleh.

Setelah itu, Nadya berlari cepat menyusul Thira yang sudah duluan meninggalkannya,

“Thir, tungguin!”

***

Nadya masih menyamakan langkahnya dengan Thira. Sungguh, anak itu akan menang jika ada perlombaan jalan cepat.

“Cepet banget jalannya Thir,” kata Nadya setelah ia menyamakan langkahnya dengan Thira.

“Sesak nafas gue ngikutin lo!”

"Yeu, itu lo nya aja yang kelamaan," jawab Thira tanpa memalingkan wajah. "Btw, emang kenapa lo pengen banget pulang bareng Farel?" tanyanya jutek.

"Gak papa."

"Apaan dah, itu bukan jawaban!" cetus Thira kesal

"Hehehe." Nadya menyengir.

"Gue cuma kangen dia," jawab Nadya yang sukses membuat Thira memalingkan wajah ke arahnya.

"Lah, tiap hari kan juga ketemu!"

"Ketemu doang kan? Gue kangen main, pulang bareng dia. Lagian akhir-akhir ini dia cuek banget sama gue." jawab Nadya. Thira manggut-manggut.

"Emang kenapa lo nanyain tentang dia?tumben," tanya Nadya sambil menyeruput susu kotak stroberinya.

"Gak papa." sahut Thira cepat. Ia memalingkan wajahnya.

"Apaan dah, itu bukan jawaban!" goda Nadya membalik kata-kata Thira.

"Apa...jangan jangan lo suka sama Farel yak?"

Thira tidak langsung menjawab, ekspresinya malah seperti orang yang ketahuan mencuri buah mangga di pohon orang. Wajahnya memerah.

"Nah tuh, muka lo merah. Berarti bener ya? Hahaha."goda Nadya sambil tertawa-tawa.

"Berarti lo tadi cemburu ya?"

"Ish, apaan si lo. Kan gue bilang ya gak papa" jawab Thira langsung mempercepat langkahnya.

"Kalo iya, gue bisa si comblangin lo berdua," Nadya tersenyum kecil.

Thira langsung menoleh.

"Lo tenang aja, Farel kan sahabat gue dari piyik, bakal mudah karena gue kenal banget sama dia haha." ucap Nadya pelan.

***

MY FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang