"Hati - hati sama cewek jutek. Sekali senyum, bisa bikin lo meleleh."
-Zalen Ravindra-
Tidak semua orang menyukai kita dan tidak semua orang membenci kita. Tapi apakah mereka memang suka atau hanya pura - pura. Freya selalu berharap dirinya mempunyai teman yang selalu ada dalam susah dan senang. Dan ia rasa, ia sudah menemukannya.
"Fey, ke kantin mau nggak?" tanya Tamara.
"Istirahat dua jam lagi."
"Elah tinggal bolos aja, yuk. Lira lo ikut nggak?"
"Gak mau kena azab!"
"Dih sok suci." Tamara dan Freya akhirnya sampai di kantin.
Mata Freya memperhatikan seorang cowok yang lewat di depannya, sepertinya cowok itu juga bolos pelajaran.
"Freya? oh aku tahu, kamu udah mulai nakal ya sekarang." ucap Zalen sambil menyentil dahi Freya.
"Aww... Gue cuma nemenin Tamara." ucap Freya sambil mengusap dahinya.
"Ya sama aja itu bolos, sayang."
"Gue izin muntah" ucap Raka, temannya Zalen.
"Lo bolos?" tanya Freya sambil mengangkat satu alisnya.
"Pas cuma teman panggilannya aja 'aku - kamu' giliran pacaran malah 'gue - lo'."
Freya tak mempedulikan perkataan Zalen.
"Maaf aku bolos, setannya bisik - bisik di telinga aku terus gimana dong, kan berisik." alibi Zalen sambil senyum senyum. Freya hanya memutar bola matanya malas.
"Iya. Maaf juga."
"Ada syarat dong."
"Gak jadi."
"Ish jangan marah, syaratnya cuma makan malam bareng, mau kan?"
Setelah mempertimbangkan cukup lama Freya menganggukan kepalanya tanda setuju.
****
Freya sudah bersiap siap, ia sedang menunggu Zalen untuk menjemputnya. Beberapa menit kemudian Zalen datang dengan motor sport hitam miliknya. Lalu ia memberhentikan laju motornya, melepas helm yang ia kenakan dan tersenyum pada gadis yang sedang menunggunya itu. Freya berusaha untuk tetap memasang wajah datarnya, padahal di hatinya ia bahagia mempunyai Zalen dalam hidupnya.
"Di senyumin malah jutek." Ucap Zalen kesal.
"Entar senyum dikira baper."
"Hufft.. Yang gak pernah kalah kalau debat sama aku ya cuma kamu, Freya Alesha!"
Freya dan Zalen akhirnya tiba di sebuah mall. Rencananya makan malam, tapi berangkatnya jam tiga sore.
"Mau nonton gak?" Tanya Zalen.
"Terserah, lo ngajaknya makan malam tapi nyuruh gue siap siap jam tiga sore." Ucap Freya jengah.
"Hehehe mungkin karena aku udah kangen banget dan nggak sabar ketemu sama kamu. Mumpung ada waktu, sekalian nonton yuk." Zalen menggenggam tangan Freya. Jantung Freya berdetak kencang, tangannya mulai dingin dan mungkin Zalen juga menyadarinya. Setelah membeli tiket mereka mencari tempat duduk yang sesuai.
"Ini tangan lo dingin banget, lo kedinginan? Nanti gue bilang petugas supaya matiin AC -nya."
"Hah enggak." Freya langsung melepaskan tangannya dari tangan Zalen.
"Kan yang bikin gue dingin lo, masa iya lo mau di matiin hehe." batin Freya.
Setengah jam kemudian film itu sudah di mulai. Film yang mengisahkan seorang gadis sederhana bertemu dengan laki laki yang tampan, perbedaan kasta dan kembalinya masa lalu sang laki laki lah yang membuat kisah cinta mereka berakhir.
Freya kurang menyukai film bergenre Romance. Ia hanya mengikuti kemauan Zalen, ia menoleh ke samping kanannya, Zalen tertidur.
"Kebanyakan cerita novel si cewek yang menyandarkan bahu ke cowoknya, maklum ini dunia nyata!" batin Freya.
Setelah film selesai, Zalen juga bangun dari tidurnya. Melihat Semua penonton sudah keluar dari ruangan ia yakin kalau film nya sudah selesai. Di tambah Freya yang tidak lagi di sampingnya. Ya, Freya sudah pergi, Zalen lari terbirit birit untuk mencari Freya, ia bertanya pada petugas di luar ruangan.
"Mbak, lihat pacar saya nggak? Yang cantik meskipun mukanya jutek uh idaman deh"
"Mas ini lagi ngomongin saya?" Ucap perempuan itu sambil tersenyum malu. Zalen yang melihatnya pun merasa risih, akhirnya dia lebih memilih ke toilet.
Si jutek💞 incoming call...
"Lo dimana? Gue di depan toilet cewek"
"Oke aku ke sana ya sekarang"
Akhirnya mereka bertemu. Zalen menghembuskan nafasnya lega.
"Maaf tadi ketiduran." Freya hanya mendengarkan sambil berjalan.
"Maaf Fey, gak akan ngulangin deh"
"Fey, sayang, marah ya?" Lagi lagi Freya hanya mendengarkan tanpa memiliki niat untuk menjawab.
Tiba di tempat makan, Freya duduk begitupun Zalen.
"Maaf?"
"Ngapain?" Tanya Freya.
"Kamu marah kan?"
"Gak, yuk makan."
"Oke aku pesanin buat pacar yang cantik, tapi jutek." Freya menatap cowok di depannya dengan wajah datar. Zalen malah menahan tawanya.
"Gue suka sama lo, lo selalu cantik meskipun jutek. Apalagi kalau udah senyum, gue meleleh lihatnya"
Freya memalingkan wajahnya, berusaha mengkondisikan bahwa kali ini ada gejolak bahagia dalam dadanya.
"Gak jelas!" ucap Freya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senior or Junior
JugendliteraturUntuk apa tersenyum, jika aku bukan alasannya lagi. Untuk apa bertemu, jika pertemuan ini tidak membahagiakan tapi justru membuat hati yang telah tertutup, terbuka kembali. Lelah Aku lelah terus bertemu denganmu, menatap matamu. Karena setiap mat...