"Kadang alasan perilaku saat ini adalah masa lalu." -Freya-
Jujur saja bersikap cuek terhadap semua orang dan lingkungan sekitar adalah benteng pertahanan Freya agar tidak ada orang yang berani menghinanya dan menyakiti orang yang Freya sayangi.
Freya menghentikan lamunannya, ia kembali mendengarkan teman temannya bercerita. Saat ini Freya sedang duduk bersama teman temannya di kantin.
"Fey, Freya! Ngelamunin apa sih? Zalen?" teriak Tamara.
Freya memutar bola matanya kesal sambil menutup telinganya.
"Gak."
"Yaampun kalau gue jadi lo, gak bakal kuat gue jadi manusia es gini." ucap Lira.
"Kita kan-" sebelum Tamara selesai bicara Lira dan Dila menoleh sambil serentak bicara "Kita? Lo aja kalii" dan itu membuat Tamara tidak mood melanjutkan pembicaraannya.
"Orang cantik mah sabar. Jadi gue sama lo lo semua kan udah lama berteman, tapi kita belum cerita apa masalah kita di rumah.
"Kenapa emang?" tanya Lira.
"Bisa gak sih lo gak ngerusak mood gue sehari aja!" Tamara memijat pelipisnya.
"Ini kan masalah pribadi, kok di ceritain?" tanya Lira.
"Siapa tahu kita bisa saling bantu." jawab Tamara.
"Lo kenapa playgirl Tam?" tanya Dila.
"Cowok juga pantas ngerasain sakit hati di dua-in, bukan cuma cewek! Enak aja." jelas Tamara.
"Kasihan dong, nanti cowok yang setia dan gak pernah nyakitin cewek di beri harapan palsu sama lo gimana?" tanya Lira.
"Lo kasihan? Sayangnya gue enggak. Oke next."
"Kenapa lo jadi bad girl si Dil?" Tanya Lira.
"Jadi cewek yang selalu buat guru -guru kesal, kerjaannya di hukum di tengah lapangan, dan bersihin toilet itu karena gue suka. Gue pengin dengar guru marahin gue, Perhatian ke gue meskipun perhatian itu cuma karena gue bad, gue tetep senang karena bokap sama nyokap gue gak gitu, mereka selalu sibuk dengan dunianya masing masing." Jelas Dila.
"Sabar ya Dil."
"Oke gue mau cerita kenapa gue cerewet. Jadi dulu gue tuh terkenal sebagai anak pendiam, sampai sampai pada bully gue, bahkan guru gue juga bilang kalau gue harus latihan percaya diri di depan umum." ucap Lira sambil menempelkan tangannya di dagunya.
Tamara dan Dila mengangguk sambil ber -oh ria.
"Gue cuek karena masa lalu. Ayah gue hilang, bunda pergi buat nyari. Gue kesepian, gak punya tempat curhat dan kebahagiaan kaya yang lain. Tapi gue punya kalian, dan Zalen yang selalu hibur gue."
"Pas SMP lo gimana?" tanya Dila.
"Gue benar benar cuek sampai gak ada yang mau temenan sama gue."
"Gue baru dengar Freya ngomong lumayan banyak tadi." Ucap Lira yang langsung di tatap tajam oleh teman - temannya.
***
Kelas X-2 IPA kali ini bebas. Tidak ada guru yang masuk untuk mengajar, hanya memberi tugas lalu pergi. Tapi siapa yang peduli, mereka semua malah menonton film horor yang ada di laptop Tamara. Sang ketua kelas hanya menggelengkan kepalanya.
"Kalian semua emang gila, tapi gak akan seru kalau gue juga gak gila hahahhaha" Reynand tertawa keras, semua siswa hanya meliriknya, tidak peduli.
"Dih kacang, awas aja nanti gue bakal keluar dari grup kelas. Biar kalian gak tahu informasi dari guru!"
"Masa? Bodo amat ya gak hahahha" Dila membalas Reynand. Dan yang lain tetap fokus dengan filmnya.
"Dih kacang juga." akhirnya Dila memutuskan untuk keluar dari kelas.
Dila memesan mie ayam dan es kelapa. Bolos sudah menjadi kebiasaanya. Apa lagi ketika ia bersama dengan Tamara dan Dila ia yakin sepulang sekolah akan membereskan ruang UKS dan perpustakaan sebagai hukuman dari bu Suci.
Sambil menunggu pesanan, Dila membuka aplikasi Intagram miliknya.
"Gabut, stalk mantan deh. Jangan lupa pakai akun yang satu lagi, biar gak ketahuan masih berharap sama mantan." gumam Dila sambil senyum senyum tak jelas.
Jarinya mulai mengetikkan akun mantan pacarnya itu. Setelah ketemu ia men-scrool foto foto yang ada.
"Najis, cantikan juga gue."
"Ih lebay, ngapain si pakai selamat pagi, siang, sore, malam kaya mau minum obat."
Lama lama Dila kesal sendiri. Dila kira mantannya itu akan sangat susah melupakan dirinya dan juga semua kenangan yang ada, tetapi malah sebaliknya.
"Ciyee stalk siapa tuh?" tanya Reynand yang tiba tiba ada di depan Dila.
"Sejak kapan lo disini? Kurang kerjaan ngikutin gue."
"Jadi sebenarnya yang kurang kerjaan itu gue apa lo ya? Gue cuma ke kantin, lo stalk mantan -eh."
"Lo ngomong pengin gue gorok juga lama lama."
"Dih dasar bad!"
Meski cowok, omongan Reynand sangat tepat sasaran di hati. Bahkan kadang ada yang menangis gara gara Reynand bicara "buat apa sekolah kalau gak pinter? Kasian gue sama orang tua lo!". Benar benar menyakitkan.
"Hidup hidup gue, ngapain lo yang repot?"
***
Jangan lupa vote + comment ya semua.
Dukung terus cerita aku, semoga gak bosen ya terimakasih.See you next part :v

KAMU SEDANG MEMBACA
Senior or Junior
Novela JuvenilUntuk apa tersenyum, jika aku bukan alasannya lagi. Untuk apa bertemu, jika pertemuan ini tidak membahagiakan tapi justru membuat hati yang telah tertutup, terbuka kembali. Lelah Aku lelah terus bertemu denganmu, menatap matamu. Karena setiap mat...