"Hati hati yah. Jaga diri, jaga hati karena di hati kamu udah ada aku."
--Zalen Ravindra--"Anak - anak minggu besok sekolah akan mengadakan ulangan akhir semester. Setelah itu classmeeting selama 1 minggu, dan selamat menikmati liburan pergantian tahun." ucap bu Suci yang di sambut tepuk tangan meriah dan sorak gembira oleh siswa kelas X -2 IPA.
"Tetapi gak seru kalau liburan gak ada tugas dari ibu. Jadi buat kalian yang kangen sama ibu, bisa ngerjain tugas itu sambil bayangin wajah ibu."
Ucapan itu membuat seluruh siswa diam sambil membuang nafasnya sabar.
***
Zalen R : Fey, pulang sama gue mau?
Me : gak sibuk?
Zalen R : kalau buat kamu aku gak pernah sibuk.
Me : 😴
Zalen R : ciye baper😝
Me : siapa?
Zalen R : kamu Freya :)
Me : oh, siapa yang tanya maksudnya zal
Zalen R : 😒❤ untung sayang
"Nanti pulang sama gue kan?"
"Gue sama Zalen, gak papa kan?"
"Oh iya gak papa. Ya emang si punya pacar mah bebas." Tamara terkekeh, Freya tersenyum menampilkan lesung pipi miliknya itu.
***
Freya dan Zalen sedang berada di sebuah kafe. Zalen yang memaksa, padahal Freya ingin cepat pulang ke rumah.
"Lagian di rumah kamu kan sendiri, aku pengin nemenin." Ucap Zalen.
"Tapi gue capek."
Zalen tersenyum manis pada Freya.
"Kalau aku ganteng gini masih capek?"
Freya terkekeh.
"Jadi gini, aku itu pengin gini ya gini lah."
"Gini gimana?"
"Pengin selalu lihat ini aja." Ucap Zalen sambil menekan lesung pipi Freya, sambil tersenyum.
Ponsel Zalen berdering.
Mamaaa incoming call...
"Cepetan ke rumah sakit. Adik kamu-"
Tanpa mempedulikan apapun, Zalen segera membawa motornya dengan kecepatan tinggi.
Freya yang baru saja keluar dari toilet tidak menemukan Zalen di meja mereka. Akhirnya Freya pulang sendiri. Ia menunggu taxi dengan santai, ponselnya berdering, Freya mengambil ponselnya dari tas.
"Freya!! Gimana acara lo sama Zalen malam ini? Lancar?"
"Dia pulang duluan."
"Lo dimana? gue jemput ya?"
"Gak usah, gue pesan taxi."
"Ini udah malam, jalanan sepi bahaya buat lo. Gue susul, diam aja di situ."
"Oke"
Tak lama kemudian Tamara datang. Selama perjalanan Tamara berbicara tak jelas, Freya hanya diam.
"Kenapa Zalen ninggalin lo?"
"Woy manusia es!"
"Jawab napa?"
"Tante telefon Zalen, suruh ke rumah sakit." Jawab Freya.
"Lah kok tahu?"
"Chat."
"Mamanya Zalen sakit?"
"Adik" jawab Freya singkat.
Tamara hanya menganggukan kepalanya. Mereka sudah sampai di rumah Freya. Tamara meminta izin untuk pulang.
"Thanks Tam"
"Sama sama, santai aja."
Freya membersihkan diri, mengganti bajunya. Lalu ia tidur. Mungkin mimpinya kali ini akan lebih indah daripada kenyataannya.
***
Sore ini Freya sedang mengikuti ekstra basket. Kelas sepuluh di gabung dengan kelas sebelas sehingga Zalen mempunyai kesempatan untuk mendekati Freya.
"Gas terus bos!" Teriak Raka membuat Freya tahu apa yang akan Zalen lakukan.
Perlahan Zalen mendekati cewek yang berstatus pacarnya itu.
"Fey" Freya hanya menoleh lalu memasukan bolanya ke dalam ring.
"Maafin aku udah ninggalin kamu tadi malam. Adik aku tiba - tiba sakit, aku khawatir."
"Iya" jawab Freya.
"Iya apanya? Kamu maafin aku?"
Freya hanya menganggukan kepalanya.
"Tapi kaya gak ikhlas."
"Terus?"
Zalen menyentuh pipi Freya.
"Ini." ucap Zalen sambil tersenyum manis, hingga Freya juga tersenyum.
"Makasih sayang"
"Hah?" Freya pura pura tidak mendengar.
"Terus aja pura pura gak dengar pas aku panggil sayang, terus aja malingin wajah kalau aku gombalin, padahal kamu baper."
Pelatih ekstra basket — pak Doni membunyikan peluitnya.
"Ini ekstra basket, bukan ekstra pacaran!"
Zalen hanya terkekeh merasa tak berdosa.
"Dengerin ih." bisik Freya.
"Apa? Sayang?" jawab Zalen sambil terkekeh, membuat Freya kesal.
***
"Udah sampai nih. Hati - hati yah, jaga diri, jaga hati karena di hati kamu udah ada aku." Freya hanya menggelengkan kepalanya. Lalu Freya membalikan badan, melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Namun belum sempat masuk, ucapan Zalen membuat Freya berhenti.
"Semangat ulangan!" Teriak Zalen.
"Terimakasih." Ucap Freya sambil tersenyum singkat.
Freya membereskan isi lemari bajunya. Tak sengaja terambil sebuah album foto yang sampulnya mulai lusuh termakan usia. Lembar per lembar terus ia buka, kehidupan sekarang dan dulu berbeda. Dulu masih ada seorang ayah yang selalu menguatkannya dalam keadaan apapun, memberi semangat dalam menggapai cita - cita dan impian, takkan membiarkan air matanya jatuh.
Sekarang. Ia hanya sendiri, ayahnya menghilang sehingga motivasi dirinya untuk menggapai impian pun mulai pudar. Bukannya Freya tidak sayang kepada ibunya, tetapi memang karena Freya lebih dekat dengan ayah dibanding ibunya. Pepatah benar, anak gadis akan lebih dekat dengan ayah sedangkan anak laki laki akan lebih dekat dengan ibunya.
-------------------------------------------------------------
Jangan lupa untuk terus vote & comment ya buat semua pembaca.
Terimakasih
Ferisa k. 41218

KAMU SEDANG MEMBACA
Senior or Junior
Fiksi RemajaUntuk apa tersenyum, jika aku bukan alasannya lagi. Untuk apa bertemu, jika pertemuan ini tidak membahagiakan tapi justru membuat hati yang telah tertutup, terbuka kembali. Lelah Aku lelah terus bertemu denganmu, menatap matamu. Karena setiap mat...