Sepanjangnya kisah suatu saat akan bermuara pada akhir. Begitu kata orang-orang tua. Tidak ada jaminan abadi, bahkan untuk kisah yang paling indah sekalipun.
Buat Dirga dan Febri benang panjang dan kusut mereka sudah berhenti pada simpul pernikahan, walaupun bukan mereka berdua yang berdiri di pelaminan. Kisah mereka memang tidak ditakdirkan untuk bersatu di tengah, sekuat apa mereka mencoba mengurai rajutan kisah yang terlanjur salah.
Tapi muara untuk sungai tidak pernah punya arti yang sama untuk laut. Seperti akhir catatan Febri untuk cinta pertamanya yang begitu pahit dimulai dengan awal kisah petualangan barunya dengan Roy, Dirga sedang meniti bagiannya.
Dirga sering menggoda Alya kalau perempuan itu membeli hatinya seharga tiga juta limaratus ribu rupiah.
"Hatiku nggak lebih mahal dari uang makanmu sebulan."
"Yang aku beli tuh kesempatan buat sekedar kenalan! Kamu nggak tahu segimana putus asanya aku sampai aku harus ngusulin ide ke Febri buat bikin acara lelang buat amal!"
Dirga tertawa. Hidup kadang-kadang punya simpanan plot humor yang tidak pernah di duga siapapun sebelumnya.
Dirga pikir kehidupan cintanya akan berakhir, terkubur bersama harapan ketika Febri resmi menjadi istri orang.
Dan sekarang Dirga tidak lagi harus bahagia untuk orang yang sudah lama pergi. Hari-harinya sudah terisi penuh sampai kepinggirnya dan meruah, tanpa perlu di bagi, tanpa ada ruang rahasia yang hanya menyimpan pedih.
"Thank you." Kata Dirga sambil menyelipkan anak-anak rambut nakal yang menari liar diterpa angin.
"Iya sama-sama."
Alya menjawab jenaka.
Dirga bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit
RomanceSaya dan Dirgantara sudah saling kenal sejak, entah... mungkin kami tidak pernah saling asing. Saya dan Dirgantara, seperti langit dan awan putih empuk yang melayang diantara biru. Saya dan Dirgantara. Saya menjadi air yang meluruh, sementara Dirga...