CHAPTER 2

832 48 16
                                    


Senja telah hilang dan kini diganti dengan langit yang mulai menggelap.

Tok...tok...tok..

Ketukan pintu membuat Queen mengalihkan perhatiannya.

“Dek, kamu ngapain?” tanya seoarang pria dari luar sana, yapss dia adalah Lingga kakak nya si Queen.

“Queen lagi baca novel kak, masuk aja gak dikunci kok.” teriak Queen tanpa mengalihkan perhatiannya.

Ceklek.....

Pintu terbuka dan terpampanglah wajah Lingga yang tampan, Lingga datang menghampiri Queen yang masih tidak mengalihkan perhatiannya dari novel yang kini sedang ia baca, iya begitulah Queen jika sudah bertemu dengan novel maka orang disekitarnya pun hanya dianggapnya angin.

“Kebiasaan kalo lagi baca yah gini. Nggak inget apa apa,” ujar Lingga seraya duduk didekat Queen yang sedang asyik dalam dunia fantasinya.

“hm,” hanya sedikit deheman yang diberikan oleh Queen membuat Lingga hanya menggelengkan kepalanya.

Untung udah biasa diginiin, jadi gak baper. Batin Lingga

“Dek, mau ikut kakak gak?”

“Kemana?” tanyanya tanpa melihat kearah lawan bicara.

Alhamdulillah udah terbiasa. Batin Lingga lagi

“Ke mall,”

“Ngapain?” jawab Queen dengan posisi yang masih sama. Hahahahaha.

“Mau makan aja,”

“Nggak mau, didapur banyak makanan kok.” jawab Queen dengan nada sedikit sinis.

“Allahu akbar kalem ae neng suaranya,” kesal Lingga.

“Gayaan mau makan diluar, masakan Bunda lebih enak mending uangnya ditabung,” sarkas Queen dengan nada tak bisa santai. Hahahahaha.

“Gak kok, kakak ke mall cuma mau ke tokoh buku. Yaudah kalo gak mau ikut, kakak pergi duluan yah,” ujar Lingga, dengan nada sedikit menggoda karna Lingga tahu bahwa Queen sangat menyukai hal yang berbau tentang buku.

“Eh, kalo kesana Queen mau ikut, tungguin!!” sergah Queen ketika melihat Lingga sudah berjalan menuju arah pintu.

“Gitu aja cepet,” ujar Lingga seraya menggeleng gelengkan kepalanya.

“Heheheh, tungguin Queen mau ganti baju dulu yah,” kekeh Queen.

“Yaudah buruan, kakak tunggu dibawah.”

“Siap bosq,” Queen segera menutup novelnya dan bergegas untuk bersiap siap.

•••••...•••••

Berbeda halnya dengan Reyvan, pria itu saat ini sedang duduk diruang keluarga dengan suasana yang tegang.

“Rey, ini sudah yang ketiga kalinya kamu dikeluarin dari sekolahmu. Apalagi yang kamu lakukan?” tanya Thomas Matthew seraya meletakan amplop putih diatas meja.

“Rey cuma lakuin apa yang menurut Rey bener kok Pa,” terdengar desahan kecil dari mulut dikedua orang tuanya begitupun dengan Nic.

“Kamu gak capek nak kaya gini terus,” ujar Monica.

“Maafin Rey. Pa, Ma Kak suka bikin kalian malu karna tingkah Rey yang gak bisa diatur ini tapikan Rey lakuin semuanya untuk pembelaan diri, kalo papa mama sama kak Nic mau ngehukum Rey gapapa silahkan.” ujarnya seraya menunduk, karan ia merasa teramat bersalah.

“Huftttt, kamu tahu kan Rey kalo kami tidak bisa memarahimu.” Iya memang benar orang tua Rey tidak bisa marah, ntahlah mungkin karna terlalu sayang pada anak anaknya.

Coretan pena terakhir ReyvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang