"Ini keren banget sih kak. Kok tau gue suka pantai?"
Kamu terpukau melihat pemandangan didepanmu.
Dari dulu kamu memang menyukai pantai."Gue suka ngeliat sunset. Dan pantai pilihan terbaik buat ngeliat sunset"
Changbin menggelar tikar untuk kalian duduk.
"Kak Changbin..."
Kamu memanggilnya, membuat atensinya kini fokus hanya padamu.
"Gue boleh nanya?"
"Apa?"
Kamu sedikit ragu untuk menanyakan hal ini. Kamu tidak ingin Changbin jadi membencimu karna pertanyaan yang ingin kamu tanyakan.
"Kenapa... Kenapa banyak yang bilang kalo kakak gila?"
Changbin terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaanmu.
"Aku- aku cuma pengen tau aja. Kalo emang kakak gak mau ngasi tau, gapapa kok"
Changbin menatapmu dalam.
"Terserah mereka mau bilang apa tentang gue. Kalo nanti emang waktunya tepat, lu akan tau yang sebenarnya. Dan gue harap, lu gak akan ngebenci gue."
Changbin tersenyum, entah sudah berapa kali ia tersenyum hari ini.
"Yakin mau temenan sama gue?"
Kini ganti Changbin yang bertanya, tentu saja kamu langsung menganggukan kepalamu.
"Yakin dong!"
Kamu ikut tersenyum melihat senyuman Changbin ketika mendengar jawabanmu.
Kini kalian berdua sama sama diam dan fokus melihat terbenamnya matahari.
Kamu jadi ingat. Ketika berusia 8 tahun, kakakmu sering mengajakmu bermain ke pantai. Kamu jadi rindu saat itu, lebih tepatnya rindu kakakmu.
Kang Daniel. Pria yang 4 tahun lebih tua darimu, kini telah tiada.
Penyakitnya merenggut kebahagiaan kalian berdua. Sejak kakakmu sakit, kamu hanya bisa dirumah sakit menemaninya.
Namun selalu ada canda tawa ketika kalian bersama. Walau begitu, tetap saja itu menyakiti hatimu. Melihat satu-satunya kakak tersayangmu terbaring dirumah sakit.
Hingga tubuhnya semakin melemah, dan tidak bisa melawan penyakitnya.
Dia pergi...
Ketempat yang menurutmu jauh lebih indah dari dunia.
Tempat dimana ia tak akan merasakan sakit sedikitpun.
Tempat dimana ia bisa melakukan banyak hal tanpa harus merasa sakit.Semua itu kini hanyalah kenangan.
Kenangan terindah yang pernah kamu punya.
Dia orang yang mampu mengajarkanmu bagaimana jadi seseorang yang kuat, sekalipun beban yang kamu hadapi benar-benar berat.
Dia orang yang mampu menunjukan padamu apa itu kasih sayang ketika orang tuamu pergi dan hanya terfokus ke perusahaannya.
Dia orang yang selalu membantumu bangkit dari keterpurukan.
Dia juga yang selalu ada sebagai malaikat pelindungmu.
Rasa sakit itu kembali muncul, ketika kakakmu dinyatakan meninggal. Orang tuamu bahkan tidak terkejut atau menangis.
Kamu bahkan tidak yakin bisa hidup setelah kakakmu pergi.
Namun kakakmu pernah berkata, kamu orang yang kuat. Itu membuatmu selalu bisa bertahan, bahkan dikondisi paling terbawah dihidupmu. Kamu masih bisa bertahan, walau tak ada seorangpun disisimu.
Airmata mulai meluncur dengan mudahnya melewati pipimu.
Kamu tidak bisa menahan tangismu.
"Lu kenapa? Kok nangis?"
Changbin menghapus airmatamu. Namun mulutmu seperti tidak bisa mengatakan apapun. Kamu hanya ingin menangis.
Changbin yang sepertinya tau hal itu, kini memelukmu erat. Membiarkan bahunya menjadi tempat sandaranmu.
"Gue- gue kangen hiks. Gue-"
"Shht. Gapapa, tenangin diri lu aja."
Kamu tidak melanjutkan ucapanmu. Kamu sudah berusaha menahan tangismu itu. Tapi tetap saja, sekuat apapun kamu, kamu tetap saja hanyalah perempuan lemah yang mencoba terlihat kuat didepan siapapun.
"Mau pulang aja?"
Kamu hanya menggeleng, kamu masih ingin menikmati suasana pantai.
Kamu mencoba menenangkan dirimu.
Tangisanmu juga mulai mereda.Pelukan yang Changbin berikan membuatmu nyaman. Pelukan hangatnya membuatmu merasa lebih baik.
.
.
.
.Gaje huwaaa.
Makasih buat yang udah mampir ke work aku!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not Me❌Seo Changbin
FanficChangbin. Pria yang merasa dirinya berbeda dengan yang lain, kini kehadiranmu membuatnya merasa lebih 'normal' *baku *harsh-word(?) Changbin x You Cover by Delchips