Prolog

92 19 8
                                    

Angin berembus kencang, menyentuh air yang tenang, menciptakan gelombang indah.

Api yang membara, kini telah padam oleh nya, karena tetesan nya memberikan ketenangan bagi siapa saja.

Air, api dan angin sangat penting dalam kehidupan, jika dipadukan akan tercampur menjadi sebuah fenomena menarik untuk dinikmati. Dan pastinya, tanpa air, api dan angin, dunia tidak akan ada dan isinya hanya fana semata.

***

Seorang cewek sedang duduk dan memejamkan mata di balkon rumahnya. Ketenangan mengalir di tubuhnya, tapi sedetik kemudian ketenangan itu berubah.

Seorang cowok melompat ke balkon rumah tersebut dan membuat keributan, Boy Putra Aksara yang memang sifatnya petakilan dan super duper aktif itu langsung membuat balkon serasa diisi oleh 1000 orang.

Zahra Alendra Putri, langsung saja memukul kepala Boy karena membuat ketenangan nya terganggu.

"Bisa gak sih kalo ke rumah orang itu salam dulu?" raut kesal Zahra begitu terlihat di wajahnya. Boy hanya tertawa tak jelas.

"Mau ngapain sih?" tanya Zahra akhirnya. Boy hanya melengos pergi ke dalam kamar Zahra dan tidur di atas kasurnya.

"Ya kayak biasa aja", ucap Boy sambil terkekeh. Zahra memutar bola matanya dan duduk di kursi dekat meja belajarnya.

"Dasar bocah gabut, pergi sono sama siapa kek, jangan gue mulu, bosen gue nya", oceh Zahra kemudian menjitak kepala Boy.

Boy meringis sembari memegangi kepalanya. "Ya elah, gue ini kan anak terfamous di sekolah, masa iya gue ngajak fans gue jalan, yang ada mereka malah ngajak duluan sebelum gue ajak." Cerocos Boy bangun dari tidurnya.

Zahra menghembuskan napas. "Ge-er banget lu jadi orang, baru famous di sekolah aja, belagu nya minta ampun, gimana kalo famous seantero Indonesia, yang ada makin sombong", ucapnya sembari bangkit dari duduknya.

"Yeh, itu kan menurut lu, tapi gue kan gak kayak gitu, lebay lu. Bilang aja lu suka sama gue karena gue ganteng, tapi karena gue famous lu gak bisa ngomong itu dan ---"

"Ga jelas lu, udah lah, gue mau tidur, mending lu pulang aja sono. Besok sekolah", potong Zahra cepat sambil mendorong tubuh Boy ke arah balkon rumahnya, setelah Boy sudah di balkon, ia cepat-cepat menutup pintu kaca balkon itu dan mengunci nya rapat-rapat.

Boy hanya tersenyum, dia sudah mengenal sifat Zahra kalau lagi malu. "Besok gue jemput kayak biasa!! Tidur yang nyenyak, dan jangan lupa mimpiin gue yang ganteng sejagat raya!!" Teriaknya sebelum loncat dari balkon kamar Zahra ke balkon kamarnya yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Tubuh Zahra masih menempel di  pintu kaca balkon kamarnya, ia mendengar teriakan boy sembari menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas dan sedikit memerah.

Dasar tukang gombal, gombal aja terus sampe upin ipin punya rambut, pengen banget gue mimpiin kayaknya, batin nya. Zahra beranjak ke tempat tidur dan meletakkan tubuhnya di atas tempat tidur dan tidur dalam hati dan pipi yang memanas.

***

Matahari menampakkan dirinya, perlahan masuk ke sela-sela kamar Zahra. Zahra sudah siap dengan seragamnya dan hendak turun sebelum ibunya mengetuk pintu kamarnya.

Air, Api dan Angin ~TAMAT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang