Bab 2

41 15 1
                                    

Entah kenapa, setiap bersamamu hatiku merasa tenang walaupun hatimu dingin terhadapku

Zahra berdiri mematung dengan apa yang baru saja terjadi, jantung nya berdetak tak karuan. Kini matanya mengarah ke teman-temannya yang masih sibuk dengan kegiatan mereka tanpa memperhatikan yang baru saja ia alami, itu membuatnya sedikit lega.

Pipi Zahra nampak merah, ia berlari menuju kamar Boy dan membuka nya. Dilihatnya Boy sedang bersiap-siap mengganti pakaian. Zahra berjalan ke arahnya dengan pipi yang masih memerah.

"Kenapa? Mau marah? Pipinya aja merah kayak gitu" ujar Boy to the point.

"Apaan sih lu, gak jelas ih, gue gak mau nganterin lu, sono sama yang lain aja" marah Zahra.

"Yeh ngambek, iya maaf dah" Boy beranjak masuk ke kamar mandi.

Zahra keluar kamar Boy dan kembali ke teman-teman nya yang sudah berkumpul di depan tv. Amel dan Muti duduk di sofa panjang bersebelahan dengan Agil dan Daffa. Alexa masih berkutat dengan ponselnya begitu pula dengan Deni.

"Eh, Ra, lo mau kemana? Mau gue temenin" tanya Amel yang sadar Zahra berdiri diantara mereka memegang hoodie pink miliknya. Semua langsung mengarahkan pandangan nya ke arah Zahra.

"Hm, itu, anu---"

"Dia gue ajak buat beli bahan-bahan buat nanti malem, soalnya disini gak disediain" ujar Boy. "And jaraknya juga lumayan jauh, mungkin sore baru sampe sini lagi" lanjutnya.

Amel, Muti, Alexa, Deni, Daffa dan Agil mengangguk berbarengan, Boy menarik tangan Zahra berjalan keluar villa. Lalu memasuki mobil dan melajukan nya membelah jalanan menurun.

Entah kenapa saat gue bareng sama lu, hati gue sedikit tenang bahkan jauh lebih tenang. Gue takut semua ini bakal hilang gitu aja, tapi semoga aja gak ya, batin Boy sembari menyetir mobilnya dan tersenyum.

***

Waktu menunjukkan pukul setengah 6 petang, Boy dan Zahra pun sudah tiba di villa. Beberapa dari mereka masih ada yang mengobrol, ada pula yang sedang menyiapkan beberapa bahan untuk nanti malam. Sebenarnya itu hanya dikerjakan oleh para cewek, dan yang cowok hanya diam dan bantu doa.

Amel dan Muti sudah mengomel dari tadi, tapi tak dihiraukan oleh Zahra dan Alexa. Mereka terus saja mengerjakan apa yang haru mereka kerjakan, dan tentu untuk cowok-cowok kini sudah mulai membantu menyiapkan panggangan untuk memanggang beef nantinya.

Waktu cepat berlalu, kini sudah menunjukkan pukul 7, semua sudah berada di halaman belakang, kecuali Zahra yang masih ada di kamarnya. Pintu kamarnya dibuka dan seseorang masuk kesana.

"Masih lama, Ra?"

Zahra menoleh, Boy sudah berdiri diambang pintu dengan pakaian yang sesuai dengan apa yang akan mereka lakukan, celana pendek selutut, serta kaus oblong bewarna gelap sudah melekat disana.

Zahra pula sudah memakai baju tanpa lengan bewarna maroon dan celana pendek sepaha dengan warna yang sama dan rambut panjangnya ia gerai begitu saja.

Zahra mendekat ke arah Boy dan keluar kamar begitu saja meninggalkan Boy sendirian. Zahra menuju halaman belakang yang sudah terdengar gaduh. Sesampainya disana, Zahra melihat sekeliling yang memang tadi sudah ditata olehnya dan teman-teman.

Amel, Muti dan Alexa terlihat duduk dipinggir kolam renang, dan yang cowok sudah menyeburkan tubuhnya ke dalam kolam. Zahra mendekati panggangan yang memang sengaja dibiarkan agar panas, dan karena sudah panas Zahra pun memasukkan beef  yang sudah dicampur bumbu barbeque ke atas panggangan.

Boy datang dan membantu Zahra menyiapkan makanan nya. Sebenarnya Zahra masih kesal dengan apa yang dikatakan Boy tadi.

***

Perjalanan menuju villa terasa sangat panjang dan lama, Boy tetap fokus pada kemudinya, dan Zahra hanya diam mendengarkan alunan musik dari radio di mobil. Boy menoleh ke arah Zahra, memegang tangan nya lembut.

"Ra, gue mohon lu jangan berubah ya, tetep kayak gini, tetep jadi Zahra yang gue kenal, yang selalu marah kalo gue buat kegaduhan, oke?" Ujar Boy dengan tatapan sendu.

Zahra menatap mata Boy dan mengerutkan keningnya, "Iya, gue gak bakal berubah" balasnya dengan senyum mengembang.

Boy kembali fokus pada kemudinya, tapi beberapa menit kemudian ia menepikan mobilnya dan menatap Zahra serius.

"Kok berhenti Boy, emang udah sampe?" Tanya Zahra.

Boy masih menatapnya, tatapan yang tak bisa diartikan, seperti takut, cemas dan khawatir bercampur jadi satu. Ia menggenggam tangan Zahra lagi.

"Lu janji kan gak bakal ninggalin gue? Lu bakal selalu ada buat gue? Lu selalu disamping gue?" Boy mengutarakan semuanya yang ada di benaknya.

Zahra menatap Boy, dan mengangguk, "Gue janji"

Ucapan itu seakan membuat Boy sedikit tenang, "Misalnya gue pergi lama dan gak balik lagi, gue mohon lu jangan sedih atau khawatir ya, karena bisa jadi gue udah tenang, jadi lu gak bakal terganggu sama gue"

Zahra membelalakan matanya, "Maksudnya apa, Boy? Lu mau kemana? Lu gak bakalan ninggalin gue kan? Karena gue juga gak bakal ninggalin lu"

Boy tersenyum dan memegang pipi Zahra, ia menggeleng dengan tatapan tak bisa diartikan, sedetik kemudian ia tertawa tanpa rasa bersalah.

"Gue bercanda kali, kan itu juga misal, ternyata lu khawatir juga ya sama gue"

Raut wajah Zahra seketika berubah, ia menghempaskan genggaman Boy dan memalingkan wajahnya.

"Sumpah Boy, gue lagi gak bercanda dan lu anggap yang lu omongin itu cuma bercandaan, gue udah takut tau gak, pokoknya gue benci sama lu, gue marah, gue kesel"

Boy mengacak pelan rambut Zahra dan melajukan kembali mobilnya, dan sepanjang jalan itu pula wajah Zahra ditekuk dan masam, tak ada komunikasi lagi diantara mereka, hening, hanya ada alunan musik yang mengudara disana.

***

Jika mengingat kembali apa yang terjadi tadi, membuat darah Zahra naik hingga ke kepala, ingin rasanya jika ia punya kekuatan untuk menghilangkan tingkat bercanda Boy yang melebihi batas itu.

"Lu masih marah? Sorry sih, gue gak lagi-lagi deh" ujar Boy, "Janji" lanjutnya mengacungkan jari kelingkingnya.

Zahra menatap Boy kemudian jari kelingkingnya, ia menautkan kelingkingnya disana, "Awas aja kalo kayak gitu lagi, gak bakalan gue maafin"

Setelah itu, Zahra dan Boy tersenyum bersamaan. Sahabat masing-masing yang menonton mereka saling pandang bingung kemudian tersenyum layaknya menonton sebuah drama korea.

***

Sorry ya guys, udah lama banget gak up, sesuai janji, setelah part ini akan ada 3 part lagi yang aku up.

Enjoyid guys, and dont't forget comment, and vote ya

Air, Api dan Angin ~TAMAT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang