Bab 4

31 16 1
                                    

Bayanganmu membuatku semakin terjerat padamu dan semakin parah karena tak pernah bisa hilang

Suasana kelas sangat ramai saat Zahra sampai di sana. Ia melirik ke arah bangku kosong tepat paling belakang di kelasnya. Zahra memutar bola matanya, lalu ia menghampiri Alexa yang sibuk memainkan ponselnya.

"Anak berempat itu kemana? Bolos?"

Alexa menoleh sejenak dan mengarahkan pandangan nya ke tempat yang tadi Zahra liat kosong. Alexa mengangkat bahunya dan kembali lagi dengan aktivitas sebelumnya yang terhenti. Zahra cemberut karena tidak dihiraukan, ia menopang dagunya. Tak lama guru mata pelajaran pertama masuk kelas. Pelajaran pun dimulai.

***

Bel istirahat berbunyi, Zahra dan Alexa hendak ke kantin sebelum Bu Tami memanggil mereka. Bu Tami minta tolong mereka untuk menaruh berkasnya di ruang guru, lalu Bu Tami pun menyerahkan beberapa berkas dan tumpukan buku yang akan di taruh di ruang guru.

Zahra dan Alexa pun pergi ke ruang guru yang jaraknya agak jauh dari kelasnya. Melewati lorong kelas IPS. Saat melewati lorong dan belok ke arah lorong kelas IPS, ia melihat cowok yang waktu itu menabraknya dan marah-marah tidak jelas. Ia berhenti sejenak melihat ke arah cowok itu yang cuek dengan situasi nya saat itu, padahal ia sedang dikerubungi cewek-cewek alay.

Alexa menyadari hal itu, ia menoleh pada Zahra kemudian menatap ke arah tertuju nya mata Zahra. Ia menyikut Zahra membuat Zahra sedikit tersentak.

"Lu masih dendam sama kak Rafa?" Tanya Alexa.

Zahra menoleh ke arah Alexa, "Kak Rafa? Lu kenal?"

Alexa memutar bola matanya, "Iya jelas lah, emang sih dia anak baru, tapi yang bikin dia cepet terkenal di sekolah ini ya karena dia anak pemilik sekolah ini, selain itu juga dia perfect tapi sayang cueknya kebangetan" jelas Alexa.

Zahra hanya mengangguk-anggukan kepala dan lanjut menuju ke ruang guru. Sesampainya di ruang guru, Zahra dan Alexa menaruh barang bawaan nya di meja Bu Tami. Setelah itu ia dan Alexa berjalan menuju kantin, tapi langkah Zahra terhenti karena ada yang memanggilnya.

Ia menoleh dan sedikit tersentak melihat Rafa sudah berdiri di hadapan nya. "Gue ada perlu sama lu, urusan kita waktu itu belum selesai" ucapnya to the point.

Zahra mengernyitkan keningnya, "Gue kan udah minta maaf, lagian harusnya itu yang salah lu, kok jadi gue yang minta maaf, udahlah gak penting" Zahra menarik lengan Alexa dan meninggalkan Rafa.

Rafa tersenyum sinis, tersirat sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

***

"Keren lu, gue aja udah deg-deg ser di depan nya, tapi lu masih bisa ngelawan, salut gue" cerocos Alexa ketika sampai di kantin. "Tapi kok dia bisa tau nama lu ya, dan caranya bicara itu gak kayak biasanya, gak cuek gitu" lanjutnya. Zahra mengangkat bahunya tak peduli.

Setelah memesan makanan mereka duduk bersama dengan Mutiara dan Amelia yang sudah lebih dulu sampai di kantin. Mereka berbincang-bincang dengan tawa dan gembira sampai gerombolan Boy datang.

Daffa dan Amel saling curi pandang, mengetahui hal itu Zahra kembali mengernyitkan keningnya bingung.
"Lu berdua napa coba?" Tanya nya pada Daffa dan Amel, "Ah jangan-jangan kalian jadian ya, Cie" lanjutnya.

Air, Api dan Angin ~TAMAT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang