Epilog

29 13 0
                                    

Pertemuan kedua ini membuat mataku lebih terbuka, untuk tidak egois pada diriku sendiri, dan menerima kenyataan bahwa memang kita tak bisa bersama

Zahra termenung memandangi langit malam tanpa bintang itu, mengingat kejadian sore tadi, dimana ia dipeluk oleh Rafa dan melihat cowok itu rapuh, sangat rapuh.

Zahra menarik napas panjang, tak sengaja ia menoleh ke arah balkon Boy, tunggu, Zahra melihat seseorang duduk di kursi roda juga sedang memandangi langit malam. Zahra memincingkan matanya, benar, itu Boy. Tidak salah lagi, itu Boy, tapi tunggu, kenapa dia bisa di kursi roda? Sungguh apa yang sebenarnya terjadi selama 2 tahun ini, kenapa ia tidak mengetahui apa-apa.

Zahra keluar dari kamar, menuju rumah Boy yang tak jauh dari rumahnya. Ia mengetuk pintu depan, tak lama pintu di buka oleh ibunya Boy, Riska.

"Malam tante, maaf baru bisa kesini"

Riska tersenyum, Zahra pun disuruh masuk ke dalam rumah, tapi tak lama Lina memanggil namanya. Zahra menoleh, melihat ibunya yang sedang mendekat. "Udah malem sayang, gak baik bertamu malem-malem, pulang yuk", ajak Luna.

Seperti ada yang disembunyikan dari Luna, "Nanti dulu, Bun. Aku kan mau ketemu tante, kangen", elak Zahra.

Luna dan Riska tersenyum sendu, Luna mengelus pundak Zahra.

"Kamu gak bisa bohong, sayang"

Zahra mengerutkan keningnya, "Aku gak bohong kok, tapi kayaknya bunda yang lagi nyembunyiin sesuatu sama aku, iya kan?"

Luna sedikit terkejut, untung saja ekspresinya tidak berubah, dia masih tersenyum, "Udah yuk pulang"

Luna pun akhirnya menarik lengan Zahra, mau tak mau Zahra mengikuti Luna.

***

Esok paginya, Zahra menuju ruang tamu, disana sudah ada Riska, ibu Boy dan Luna sedang mengobrol.

"Sini nak duduk, kami mau memberitahu kamu sesuatu", panggil Luna setelah melihat Zahra berjalan ke arah mereka.

"Jadi, apa yang semalam kamu lihat itu memang benar"

Luna tiba-tiba berbicara seperti itu, membuat Zahra sedikit bingung dan mengingat apa yang terjadi semalam. Saat menyadarinya, entah kenapa tubuh Zahra lemas. Tunggu, bagaimana ibunya bisa tahu kejadian semalam?

Seperti bisa membaca pikiran Zahra, Luna menjelaskan yang terjadi semalam.

*Throwback on*

Saat itu, Luna sedang berada di dapur, saat melihat Zahra berlari keluar rumah, ia berlari ke kamar Zahra, dan benar saja, saat menoleh ke rumah Boy lewat balkon, Luna melihat Boy sedang termenung disana.

Setelah itu, Luna pun menuju rumah Boy, saat di depan rumah, dia melihat Zahra masih berdiri di depan pintu, sampai melihat Riska, ibu Boy, membukakan pintu untuk Zahra dan mengajak Zahra masuk, tapi dengan cepat Luna memanggil anaknya itu. Terlihat kekhawatiran saat Luna memandang wajah Riska, tapi untung saja Riska masih bisa menyembunyikan itu.

*Throwback off*

Luna memegang pundak Zahra, salah memang menyembunyikan ini, apalagi mereka yang sudah dekat dari kecil, tapi berita ini memang sengaja disembunyikan, karena ini juga permintaan dari Boy.

Air, Api dan Angin ~TAMAT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang