Bab 10

28 14 0
                                    

Ketika hati mulai terasa nyaman, banyak sekali keraguan yang timbul. Hingga akhirnya, hanya perpisahan yang tersisa.

Zahra dan Boy kini sudah duduk berdua di kursi yang memang sudah di pesan khusus oleh Boy karena di ruangan itu isinya nya hanya mereka berdua. Hening.

"Congrats, ya. Semoga lu sukses disana. Gue bakalan doain lu dari sini dan bakalan setia nunggu lu", ujar Boy menatap dalam mata Zahra.

Zahra hanya terdiam tak menjawab, Boy terlihat sangat serius, lebih serius dari waktu dia nembak Zahra waktu itu.

Boy tersenyum, "Lu inget gak waktu gue nanya lu gak bakal ninggalin gue dan lu udah janji gak bakal ninggalin?" Tanya Boy. Zahra hanya mengangguk, Boy pun menggenggam tangan Zahra, mengalirkan kehangatan di dalamnya.

"Tapi, lu malah mau pergi, gak apa-apa deh, gue bakal nunggu lu disini, sekali lagi congrats ya", lanjut Boy.

Air mata Zahra sudah membendung di pelupuk matanya, ia berusaha menahan agar tidak keluar, ia mengingat apa yang sudah mereka alami selama mereka tumbuh bersama. Dan bayangan saat pertama kali Boy dan dirinya bertemu itu saat Zahra kecil duduk menangis di taman sekitar komplek, ia menangis karena tidak tau jalan pulang.

Boy kecil bagaikan malaikat mendekati Zahra, ia memberikan permen yang ada di tangan nya, melihat permen itu, Zahra pun berhenti menangis. Dan Boy dengan gagahnya, mengantar Zahra ke rumahnya setelah ia memberitahukan dimana ia tinggal. Ah, pengalaman yang tidak bisa dilupakan, dan sampai sekarang akan selalu terkenang.

Zahra yang sudah tidak mampu lagi membendung air matanya, menumpahkan semuanya keluar, Boy berdiri dan menghampiri Zahra, mengusap lembut pipi Zahra yang sudah basah dengan air mata.

Dan entah dorongan dari mana, Zahra memeluk Boy erat, sangat erat, benar-benar erat. Hingga 5 menit lamanya, Zahra baru melepaskan pelukan itu. Boy tersenyum, ia menangkupkan kembali tangan nya di pipi Zahra, "I love u"

***

Zahra duduk termenung, matanya menatap kolam renang, tapi tatapan nya kosong, sangat kosong, sampai dering handphone membuyarkan semuanya.

Terpampang nama Rafa disana, Zahra bingung harus jawab atau tidak. Beberapa detik kemudian, ia memencet tombol berwarna hijau di ponsel nya dan menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Gue di depan rumah lu, ada yang mau gue omongin"

Tut..... Tut... Tut...

Panggilan terputus sepihak, Zahra masih terdiam, memikirkan untuk apa Rafa ke rumahnya malam-malam begini. Zahra pun keluar, melihat Rafa berdiri di samping mobilnya yang sudah terparkir rapi.

"Ikut gue", Rafa menarik lengan Zahra yang mau tak mau Zahra mengikuti Rafa.

Kini, mereka sudah sampai di taman komplek, ditemani lampu taman beserta pancuran air yang membuat suasana terasa nyaman.

"Kenapa?" Tanya Zahra yang nampak kebingungan.

Rafa menoleh, menatap dalam wajah Zahra. Zahra terlihat sedikit grogi, tegang karena jantung nya berdebar sangat cepat.

"Gue udah pernah bilang kan, lu itu harus jadi pacar gue. Tapi, gue pengen lu tau juga, orang yang selama ini nerror lu itu gue." Ucapnya santai sembari tersenyum bak senyuman 'devil'.

Deg

Jantung Zahra yang tadinya berdetak sangat cepat kini seakan berhenti mendadak. Apa maksud Rafa melakukan hal itu, menerror hingga Zahra mengalami mimpi buruk. Kini, matanya sudah membendung air, rasa benci dan marah bercampur menjadi satu. Tangan nya sudah sangat tidak terkendali. Dan 'Plakk' tamparan keras mendarat mulus di pipi Rafa.

Air, Api dan Angin ~TAMAT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang