Satu Sekolah

5 0 0
                                    

***
Pagi ini tidak seperti biasa, Panji berangkat lebih awal ke sekolah. Panji memang tidak bisa diprediksi, kadang bisa jadi cowok rajin dan kadang bisa kebalikannya 180 derajat. Sesampainya disekolah, Panji memarkirkan ninja merah kesayangannya dan hendak pergi menuju ke kelas karena ternyata dia berangkat pagi karena belum mengerjakan tugas. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika matanya bertatapan dengan seorang gadis yang tak asing baginya.

"Lo sekolah disini juga?" tanya Panji.

"Iya"

"Semalem lupa kenalan, gue Panji" ucap Panji sambil mengulurkan tangan.

"Aku Dira" sambut gadis cantik dengan malu-malu. Entah kenapa Panji merasa sedikit salah tingkah, gadis yang didepan nya sekarang ini cantik menurutnya. Panji berfikir bahwa gadis ini lugu, kentara dadi bau parfum khas cologne bayi.

"Lo dikelas mana?" Belum sempat Dira menjawab pertanyaan, pundaknya ditepuk oleh seseorang dari belakang.

"Cieeee ngapain disini berdua? Kemarin aja ngomongin anak baru pura-pura nggak pingin tau, taunya sekarang nyolong start deketin duluan" cerocos Ica seraya mengejek Dira.

"Apaan sih Ca. Yuk ke kelas" jawab Dira malu dan langsung pergi meninggalkan Ica dan Panji.

"Panji yaa?" tanya Ica.

"Kok tau?"

"Ihhhh bukan pantun" jawab Ica kesal dan sedetik kemudian mereka tertawa.

***

"Hai semua, kalian pasti udah nggak sabar mengawali pelajaran nanti dengan melihat tampang ganteng gue" teriak Panji begitu sampai didepan kelasnya, sontak semua mata tertuju padanya dan tak kuasa menahan tawa.

"Kelakuan lo boy, sini kerjain tugas dulu" teriak Aldo dari meja paling belakang yang terlihat sedang rajin menyalin tugas.

"Bebeb Dina, tangan Abang sakit nih. Bisa tolong tulisin tugas Abang nggak? Nanti Abang traktir baso 1 tusuk di kantin" Bukan malah segera duduk dan menyalin tugas, Panji malah mampir ke bangku Dina, gadis yang selalu jadi korban keisengan Panji di kelas. Semua siswa yang ada dikelas itupun tertawa dan geleng-geleng kepala.

"Apa sih Nji, nggak!" bentak Dina risih.

"Bebeb kok gitu, galak. Kan Aa sakit" masih terus merayu seakan Panji merasakan sakit hati karena bentakan Dina.

"Sana gih, tempat duduk lo bukan disini. Jangan deket-deket gue" Pinta Dina dengan pipi merah merona yang tidak bisa disembunyikan. Sebenarnya Panji bisa melihat dari logat Dina bahwa Dina menyimpan rasa kepada Panji, sehingga bagi Panji akan sangat asyik jika menjaili orang seperti Dina.

"Kenapa beb? Takut baper yaa dideketin Abang?" goda Panji.

"Nggak!"

"Itu pipinya merah" Tak sampai disitu, Panji malah maju ke kelas dan menyita perhatian teman-temannya. "Teman-teman mohon waktunya sebentar" teriaknya lantang. Lalu tiba-tiba.

Setiap pagi
Aku selalu memiliki semangat baru
Semangat untuk bersekolah
Semangat untuk mengikuti pelajaran
Semangat untuk menuntut ilmu
Itu semua karena dirimu, Dinaku

Sontak saja semua teman-teman dikelasnya tertawa dan berteriak "Cieeeee" karena tingkah Panji. Membuat Dina benar-benar malu, wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Dalam hati Dina senang sekali. Tapi lain dengan Panji yang menganggap itu hanya sekadar hiburan untuk teman-temannya.
Panji berjalan menuju tempat duduknya,dan saat melewati Dina, Panji mengedipkan matanya membuat Dina tersipu malu.

"Gila lo Nji" Ucap Aldo sambil menoyor kepala Panji dan mereka pun tertawa bersama.

***

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang