“Be careful of the brightest, beauty is on the inside.”
– Hawthorne Heights, Breathing In Sequence
***
Louis
2 hari kemudian, aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lewati akhir-akhir ini. Aku kira aku hanya akan menjadi anggota boyband dan terkenal, itu saja. Ternyata, aku juga harus menyembunyikan segudang rahasia tentang kehidupan nyataku
Harry, Harry, dan Harry.
Nama itu terus berkeliaran dalam pikiranku. Aku tidak bisa melupakan cowok imut berambut keriting itu.
Dia pacarku.
Tetapi, dunia yang ada di hadapanku tidak mau mengetahui hal itu.
“Lou?”
Suara lembut itu membuyarkan lamunanku. Dia memiliki suara lembut karena dia err—‘cewek’. “Iya, El?”
“Uhm, aku tahu kalau hubungan diantara kita ini tidak serius. Biar bagaimanapun, kita berdua harus berusaha agar media tidak tahu tentang ini. Jadi, kau harus mempelajari tentang diriku, begitu juga dengan aku. Bagaimana menurutmu?”
“Oke terserah.” aku berusaha untuk tidak terdengar kesal dengan dia. Tunggu, tidak. Aku tidak kesal dengan Eleanor! Jika aku tidak kesal dengannya, lalu aku kesal dengan siapa? Kenyataan?
“Sejauh ini, kau sudah tahu apa saja tentang diriku?”
Kau adalah cewek yang memiliki rambut cokelat panjang yang indah, tinggi yang hampir setara denganku (dan menurutku ini sangat tidak adil jika suatu hari nanti dia mengenakan sepatu berhak tinggi), pinggang berukuran kecil seperti model Victoria’s Secret, setahun lebih muda dariku, dan cewek. Eleanor, apa yang kau harapkan pada cowok yang tidak tertarik dengan cewek seperti aku?
Aku memutuskan untuk menjawab Eleanor dengan menggelengkan kepalaku. Aku tidak mau mengeluarkan segala jurus sassyku padanya. Dia masih belum berhak untuk mendapatkannya.
“Baiklah.” Eleanor tersenyum padaku. Senyuman itu tampak biasa saja bagiku. “Nama lengkapku Eleanor Jane Calder. Aku kuliah di Manchester University jurusan politik dan sosiologi. Aku selalu pergi ke Perancis setahun sekali.”
“Kenapa kau selalu pergi ke Perancis setahun sekali? Sebagai pelarianmu?” Ups. Aku baru saja memberikan dia jurus sassyku. “Maaf.”
Eleanor hanya tersenyum. Dia berusaha untuk tetap bersabar. Aku yakin sekali hubungan kita hanya berjalan singkat karena Eleanor tidak tahan dengan sifat sassyku. “Bagaimana denganmu, Lou?”
“Aku personil One Direction.”
Eleanor nyengir. “Selain itu?”
“Ah, sudahlah, lama-kelamaan kau pasti akan tahu dengan sendirinya!”
“Kita sudah sampai!” ujar supir mobil memberitahu pada kami. “Semoga kalian bersenang-senang! Dan, ingat apa yang dikatakan oleh Bob, ‘bergandengan tangan akan menghindari segalanya’.”
Apa? Aku dan Eleanor harus... bergandengan tangan?
“Terima kasih, Norman.” kata Eleanor pada supir mobil kami.
Aku dan Eleanor segera keluar dari mobil. Nah, inilah kami. Sepasang kekasih yang bersiap mengekspos hubungan palsu kepada dunia. Setelah ini, aku berjanji akan menelepon Harry secepatnya. Aku sudah memberitahu padanya bahwa hubunganku dan Eleanor hanyalah untuk public stunt dan juga menutupi hubunganku dengannya, dia mengerti. Menurutnya, ini adalah jalan yang terbaik. Dia tidak mau mengecewakan para penggemar. Meski begitu, aku masih merasa tidak enak padanya. Bagaimana rasanya jika setiap kali kau menyalakan televisi, kau melihat seseorang yang kau cintai sedang bergandengan tangan dengan orang lain yang bahkan tidak kau kenal? Semoga Harry selalu memaafkanku hingga hubunganku dengan Eleanor berakhir.
YOU ARE READING
Regardez-Le Mourir (Larry Stylinson)
FanfictionBagaimana jika kau adalah Eleanor Calder dan melihat segala kenyataan, baik pahit dan manis tentang Larry Stylinson? © 2014 by sorryitspersonal and cadburyvogue