"It all seems so untrue when you get up and over it and over them."
- Tegan and Sara, Hell
Louis
Minggu ini sungguh melelahkan. Selain menghadiri acara fashion show yang yang tidak sama sekali aku pedulikan bersama dengan cewek (asing) bernama Eleanor, aku juga harus mempersiapkan diri untuk mengikuti tur One Direction: Take Me Home Tour yang digelar di New Zealand. Parahnya lagi, cewek asing itu juga akan ikut serta untuk menemaniku pergi ke New Zealand.
Bisa gak sih aku hidup sehari tanpanya?
Aku berharap aku bisa memiliki pisau kasat mata lalu menusuk Eleanor dengan mudahnya. Oh, atau sebaiknya aku menusuk Bob saja untuk menyudahi drama ini.
Harry.
Astaga, nama cowok imut itu kembali terngiang dalam pikiranku!
Aku belum siap untuk menonton adegan dimana Harry dan Eleanor sedang bertengkar memperebutkanku. Bukannya aku sombong karena aku akan diperebutkan oleh dua onggok daging itu, tapi yah... begitulah... anggap saja aku sedang mengangkat bahuku sekarang. Aku benar-benar tidak tahu dengan apa yang akan terjadi nanti.
Aku dan the boys (dan Eleanor) terbang menuju New Zealand dengan pesawat pribadi kami. Aku duduk di sofa kulit bersama Eleanor. Kedua telapak tanganku mendadak berkeringat - aku mulai merasakan ketakutanku tiba-tiba saja hadir bersamaan dengan kehadiran Harry yang duduk tepat di hadapanku.
"Hai, Louis." sapa Harry padaku seraya membuka koran, lalu membacanya. "Apa kabar?"
"Haz, aku bukan koran." jawabku seraya menyingkirkan koran dari hadapannya.
Harry tersenyum padaku. Lesung pipi itu!
Aku pun membalas senyumannya. Bagaimana kau bisa menolak untuk membalas senyuman semanis permen itu? "Aku tidak baik."
"Ada apa, Boo?" Harry mencondongkan badannya ke arahku. "Sudah lama sekali kita tidak mengobrol. Dan, terakhir kali kita mengobrol adalah, uhm, kurang lebih 4 jam yang lalu?" Harry memandang jam tangannya seakan-akan dia sudah menghitung waktu berapa lama aku dan Harry tidak mengobrol.
Empat jam yang lalu memang sangat berarti bagiku, sebelum akhirnya Bob datang merusak waktuku dengan Harry di bandara. Ia datang bersama dengan Eleanor, lalu dengan seenaknya menyuruhku untuk terus bersamanya. Hei, Bob, Harry juga manusia! Kenapa kau selalu saja membiarkan percakapanku dengan Harry berakhir begitu saja?
Aku melirik Eleanor. Dia sedang bermain game Dinner Dash dengan lincahnya menggunakan iPad milikku. Akhir-akhir ini, aku mulai merasa tenang semenjak aku membeli iPad. Eleanor selalu meminjam iPadku, lalu dia akan terdiam dan tak berulah dengan sendirinya. Yah, dia memang tampak seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan baru.
"Maksudmu karena 'ini'?" tanya Harry seraya melirik ke arah Eleanor juga. "Pantas saja kantung matamu memiliki kantung mata!"
Aku terkikik, lalu menepuk lutut Harry. "Bagaimana denganmu, Haz?"
Harry mencondongkan badannya ke depan, kali ini wajahnya semakin dekat padaku dan aku bisa merasakan hembusan nafasnya - dan desahan suaranya yang terdengar seksi. "Aku rindu padamu, Lou." dia melesatkan satu kecupan cepat di pipiku, lalu kembali duduk dengan posisi semula.
Eleanor
"Aku rindu padamu, Lou."
Apakah Harry baru saja berbisik padaku? Suaranya terdengar sangat jelas di telingaku bagaikan suara seorang bidadari yang jatuh dari Planet Seksi! Aku dengan semangat menoleh ke arah Harry yang ternyata malah mencium pipi sebelahku, yaitu pacarku - maksudku pacar bohonganku! Louis!
YOU ARE READING
Regardez-Le Mourir (Larry Stylinson)
FanfictionBagaimana jika kau adalah Eleanor Calder dan melihat segala kenyataan, baik pahit dan manis tentang Larry Stylinson? © 2014 by sorryitspersonal and cadburyvogue