// 6 //

379 23 0
                                    

“There is no respect between the souls of two individuals if their minds can’t trust each other and there is no trust between them if their hearts can’t accept the truth of each other.” 

― Anuj Somany

***

Eleanor

Pagi yang menyenangkan. Hari ini adalah hari Jumat. Akhirnya.

Aku pun menari di atas tempat tidurku seraya memutarkan lagu-lagu Nicki Minaj lewat iPodku.

Ini adalah hari di mana para bidadari berpesta untuk diri mereka sendiri. Sebaiknya aku menikmati hari Jumatku ini dengan pergi ke Starbucks dan menggunakan beberapa gift card hasil dari pekerjaanku untuk membeli kopi terenak di sana.

Iya, aku lama-kelamaan mulai menikmati pekerjaanku ini. Kira-kira sudah setahun lebih berlalu aku dan Louis berpacaran untuk publisitas kami. Semakin sering kami keluar, semakin kuat juga keyakinan para penggemar mereka akan hubungan Louis dan Harry. Begitu juga dengan kebencian untukku yang kian menguat, begitu juga dengan pujian-pujian yang semakin bodoh untuk kucerna.

Ah, masa bodoh.

Jika kau adalah aku, kau pasti juga akan melakukan hal yang sama.

Aku tidak bisa menahan diriku untuk menolak berbagai macam kesempatan emas yang ditujukan untukku, termasuk mendapatkan sponsor dari Starbucks, Coca Cola, dan puluhan merk baju lainnya. Hidupku yang tadinya tergolong ‘berkecukupan’, sekarang aku ‘hidup lebih dari cukup’! Oh Tuhan, ini sangat... sangat... sangat... luar biasa!

Ketika aku hendak berlari menuju ke kamar mandi, ponselku berdering. Aku berteriak antusias melihat nama yang tertera di layar ponselku. “Danielle!,” seruku antusias. “Akhirnya kau meneleponku!”

“Halo, cinta.” sapa Danielle. “Aku rindu padamu. Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja, kan?!”

“Aku baik-baik saja semenjak kau menelponku.”

“Oh. Maafkan aku, El. Aku sedang sibuk dan akhirnya aku punya hari untuk berpesta, tentu saja hari ini!”

“Jadi, apa yang akan kau lakukan hari ini? Kau mau mengajariku bagaimana caranya menari lagi? Tidak, terima kasih.”

Danielle terkekeh. “Tenanglah, cinta. Aku sedang tidak ingin mengajari siapapun untuk menari hari ini. Terakhir kali aku mengajarimu, kau menari seperti seekor bebek yang baru saja berendam di air.”

“Tunggu, apakah itu sebuah pujian atau—“

“Bagaimana kedengarannya bagimu?”

“Kau sarkastik!”

“Aku sarkastik namun seksi!”

Aku terkik sembari mengingat bahwa Danielle adalah seorang penari dan dia menari jauh lebih baik dariku. Aku sudah kapok memintanya untuk mengajariku menariku. Aku tetap saja menjadi penari yang payah.

“Hei, dengar, aku meneleponmu karena aku ingin memberitahumu bahwa kita akan pergi menonton festival musik hari ini!”

“Kau bercanda? Hanya kita berdua?”

“Tentu saja tidak, silly. Kita akan menonton tentunya bersama pacar-pacar kita tersayang.”

“Maksudmu, Liam dan Louis?”

“Tunggu, kenapa kau terdengar sedang kebingungan begitu? Apa Louis tidak memberitahumu?”

Louis tahu? “Apa? Dia tahu?”

Regardez-Le Mourir (Larry Stylinson)Where stories live. Discover now