"There are two things a man cannot hide; that he is drunk, and that He is in Love."
- anitphanes
***
Eleanor
Tepat saat seminggu istirahat dari kegilaan yang damai namun tak istirahat dari otak yang terus menerus berteriak menginginkan Louis, saat aku tengah dengan nyamannya mengenakan sweter kebesaran tanpa bawahan dan memakan es krim Ben and Jerry's apapun menonton seri New Girl favoritku, aku mendengar bel rumahku berbunyi.
Aku melesat ke pintu depan. Dengan jantung berdebar, aku mengintip melalui peephole dan tak percaya dengan apa yang aku lihat: seorang cowok dengan rambut yang ditata keatas, tubuh pendek gemuknya dibalut dengan kaos putih dengan mudahnya ia tutupi dengan blazer hitam yang mengkilat dan celana trousers hitam. Aku menutup mulutku, menahan gumpalan aneh di tenggorokanku. Ya tuhan.
Tak peduli jika aku belum mengenakan bawahan apapun, aku menarik gerendel pintu dan kubuka pintunya. Tepat saat aku melihat apa yang terus diingin-kan otakku, aku menghambur ke pelukannya.
Louis.
Ini membuat Bob yang berdiri di belakangnya bergumam senang, "Ah, cinta anak muda! Seharusnya aku memotretnya!". Namun, di sisi lain, Louis hanya meng-gerutu kesal dan mengusap-usap punggungku dengan canggung (dan me-ngambang), malah menarik tubuhnya dari pelukanku. Ugh!
Louis, yang masih canggung, memasukkan tangannya ke saku celana jinsnya. Ya tuhan, Louis terlihat bak sebuah mahakarya terindah. Karya tak perlu harus terlihat indah. Namun, harus membuatmu merasakan sesuatu*.
Louis
Bisa gak sih Eleanor biasa-biasa saja?
Dan bisa gak sih dia tutupi pahanya yang sekurus ranting pohon?
Eleanor
Eh, tunggu dulu.. Aku menatap Bob dan Mary yang berdiri di belakang Louis, berdandan sangat rapi dan senada dengan pakaian Louis. "Ada apa kalian kemari?," kataku pada akhirnya.
"Oh, bersiaplah Eleonora -"
"Eleanor," selaku. Aku paling benci saat Bob memanggilku Eleonora. Gah.
"Oke-oke terserah," lanjut Bob. "kau akan menemani Louis pergi ke Topshop Fashion Show. Oh, haruskah aku bilang... London Fashion Week?"
Apa?
"A-a-a-aku?," ih sial, kenapa aku jadi gugup begini sih? "London Fashion Week? Topshop?"
Bob memutar bola mata. "Iya, sayang."
"Ta-ta-tapi -"
"Dear Eleonora, Topshop menginginkanmu. Sejak kau datang ke sana, terlihat imut dengan koleksi mereka, mereka tak bisa berulang kali berterima kasih padamu!"
"Apa?" aku masih saja mengatup-ngatupkan mulut bak ikan dan terus gugup.
Louis
Kukira Eleanor mengambil Sosiologi dan Politik secara bersamaan karena otaknya mampu menampung hal-hal seperti itu. Namun, saat ia dihadapkan seperti hal fashion, ia harus berubah menjadi ikan bodoh di kolam ikan yang muncul di permukaan air karena bosan hidup di dalam air?
Aku menepuk-nepuk saku celana trousers-ku dan menemukan undangan hitam yang lembut dan mewah. Aku menyodorkannya pada Eleanor dan berkata dengan jengkel, "Lihat sendiri".
YOU ARE READING
Regardez-Le Mourir (Larry Stylinson)
FanfictionBagaimana jika kau adalah Eleanor Calder dan melihat segala kenyataan, baik pahit dan manis tentang Larry Stylinson? © 2014 by sorryitspersonal and cadburyvogue