ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
[standard disclaimer applied]
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
"Apakah kamu baik-baik saja?"
Jaemin mendongak, pengelihatannya sedikit kabur sehingga ia tidak bisa mengenali dengan jelas sosok anak laki-laki seumurannya yang tengah berjongkok didepannya. Kepalanya terasa sakit karena terkena lemparan batu yang cukup besar hingga sukses menciptakan sebuah luka disana dan aliran darah yang melewati wajahnya. Anak laki-laki yang ada dihadapannya itu mengulurkan tangannya perlahan, menaikan beberapa helai rambut Jaemin yang menutupi luka segarnya.
"Siapa yang melakukan ini?" Anak laki-laki itu kembali bertanya sebelum ia membisikan sebuah kata dan mengeluskan perlahan ibu jarinya pada luka yang ada pada kening Jaemin.
"Ugh." Jaemin meringis pelan dan menutup kedua matanya.
Beberapa saat kemudian, rasa perih dari kening Jaemin menghilang dan ia bisa merasakan bahwa darahnya sudah berhenti mengalir keluar dari luka itu. Selanjutnya, anak laki-laki itu menjauhkan tangannya dari kening Jaemin lalu ia mendudukan diri dihadapan Jaemin dengan kedua tangan berada diatas kedua lututnya. Anak laki-laki itu hanya menatap Jaemin dalam diam, begitu juga sebaliknya. Hanya saja Jaemin belum bisa melihat dengan jelas sosok yang tengah berada dihadapannya saat ini, lemparan batu berserta luka yang terbuat karena itu cukup membuat kepalanya menjadi pening dan pengelihatannya menjadi kacau sejenak. Jadi, ia memilih untuk menutup kedua matanya sementara waktu hingga ia merasa bahwa pengelihatannya telah membaikㅡmembiarkan anak laki-laki dihadapannya untuk menatapnya selama apapun tanpa perlawanan.
"Siapa yang melempar batu ke kepalamu?"
"Anak-anak sombong. Hanya karena mereka kaya, mereka bertindak seenaknya." Jaemin menjawab dengan kedua mata yang tertutup.
"Lemparan itu cukup kuat hingga bisa membuat pengelihatanmu kacau," sahut anak laki-laki itu dengan tenang.
"Tambahan kekuatan supernatural, sepertinya," kata Jaemin sambil terkekeh pelan diakhir kalimatnya.
"Hmm." Anak laki-laki itu memberikan respon tipis, kedua matanya menatap lurus Jaemin sebelum ia membuka mulutnya sekali lagi dan mengucapkan satu kata. "Vide."
Kedua mata Jaemin yang tertutup langsung terbuka secara tiba-tiba dan terpaksaㅡkarena Jaemin sama sekali tidak berniat untuk membuka matanyaㅡhingga membuat ia menatap lurus pada langit serta beberapa helai ranting berisikan dedaunan dari pohon besar yang menjadi tempatnya bersandar. Jaemin merasakan sedikit perih pada matanya, itu menyebabkan mata bagian kirinya sedikit menyipit. Tak lama, ia menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Jaemin mulai ingat rasa sakit ini, ini adalah rasa sakit yang timbul setiap kali ia melatih bagian lain dari dirinya.
"Belum bisa sepenuhnya mengendalikan itu?" Anak laki-laki itu menompang wajahnya pada lengan bawahnya yang ada dilututnyaㅡmenatap heran Jaemin dengan posisi kepala miring.
"Siapa..., sebenarnya kamu?" desis Jaemin dengan kedua iris matanya yang telah berubah warna menjadi warna ruby.
Anak laki-laki itu tidak jawab, tapi tak lama pengelihatan Jaemin membaik dan ia bisa melihat seulas senyuman yang terukir pada wajah lawan bicaranya itu. Rasa perih pada kedua matanya pun menghilang dan ia sudah bisa membuka kedua matanya dengan benar, menampilkan keindahan sepenuhnya dari kedua matanya yang saat ini memiliki warna ruby tersebut. Jaemin pun akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah anak laki-laki dihadapannya itu dan entah mengapa Jaemin menganggap bahwa kedua mata anak laki-laki itu sangat indah dan bercahaya bagai bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』
FanfictionHuang Renjun, salah satu siswa dari Daehan High School yang tahun ini ada ditingkat keduanya. Renjun memiliki sifat pendiam serta misterius dan ia hanya memiliki satu orang 'teman' yaitu Zhong Chenle yang berada satu tingkat dibawahnya. Sejak awal m...