「Chapter 19」

1.6K 315 67
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ


[standard disclaimer applied]

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Kamu terlalu dingin padanya, Renjunie."

Kata-kata Ten tergiang di dalam kepala Renjun, ia menatap kosong pada buku dihadapannya. Bahkan angin dingin yang sengaja menyapanya setelah bersusah payah melewati celah jendela kelas yang ada disampingnya pun tidak berhasil membuatnya bergeming. Sudah dua minggu sejak Renjun mengunjungi Jeno dan sudah lima hari berlalu setelah Ten kembali ke istana. Juga, Renjun baru menyadari bahwa sudah lebih dari satu minggu ia tidak bertemu dengan Jaemin.

Renjun mengangkat kepalanya, menatap guru yang tengah menjelaskan pelajaran didepan kelas sebelum ia menoleh pada bangku kosong yang ada di kelasnyaㅡbangku milik Jaemin yang sudah tidak masuk kelas selama satu minggu lebih. Dalam absensinya dikatakan bahwa ia tengah jatuh sakit, tapi tidak ada yang tahu apa sakit yang diderita pemuda bermarga Na itu. Tentu saja, meskipun banyak yang ingin mengunjungi Jaemin, tidak ada yang tahu dimana ia tinggal sekarangㅡkecuali Renjunㅡdan alamat yang ada pada informasi sekolah adalah alamat rumah Jaemin yang dulu.

"Mungkin kamu harus mengunjunginya."

Lagi-lagi, perkataan Ten tergiang di kepala Renjun dan itu membuatnya meringis pelan.

"Renjun-hyung!"

Renjun tersentak kaget dan ia semakin kaget saat melihat kesekelilingnya, ia sudah tidak berada di kelas. Langit pun telah menjadi gelap dengan warna jingga, ia berdiri di tengah halaman sekolah lalu berbalik dan menemukan Chenle yang tengah berlari kecil kearahnya. Renjun yang menyadari bahwa Chenle lah yang tadi memanggilnya, memilih berdiri diam di tempatnyaㅡmenunggu Chenle menghampirinya.

"Annyeong...," sapa Renjun datar saat Chenle telah berdiri di hadapannya dengan napas yang sedikit terengah-engah.

"Ini hebat, aku tidak melihat Jaemin-hyung bersamamu!" seru Chenle begitu saja.

"Dia..., sakit." Renjun menjawab dengan sedikit ragu.

"Kalau begitu, Renjun-hyung bisa menjadi milikku hari ini," kata Chenle dengan riang, mengabaikan sepenunya tatapan heran yang Renjun berikan padanya.

"Kamu..., baik-baik saja?" tanya Renjun pelan.

"Huh?" Chenle menatap Renjun heran. "Apanya?"

"Terakhir kali, kami mengatakan hal yang cukup sensitif mengenaimu."

Seulas senyuman lebar terukir manis diwajah Chenle lalu dengan santai ia berkata, "Itu bukan masalah. Aku tidak pernah memikirkan hal mengenai ketiga sisi yang ada, lagipula ketiga sisi itu tidak ada hubungannya dengan keinginanku untuk menjadi salah satu bagian hidupmu, Renjun-hyung!"

Kata-kata Chenle yang keluar dengan mudahnya itu tidak bisa langsung Renjun terima dalam benaknya. Ia menatap Chenle dengan penuh curiga dan hati-hati, pemuda dihadapannya ini sungguh bersikap sangat santaiㅡterlalu santai hingga membuat Renjun tidak nyaman. Apalagi terakhir kali, Renjun dan Jaemin telah mengungkap jati diri sang pemuda yang lebih muda dan secara tersirat mengungkap jati diri Jaemin sendiri.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" Untuk pertama kalinya, Renjun menunjukkan tatapan memgintimidasi pada Chenle.

"Aku tidak mengingikan apapun, Renjun-hyung. Aku menyukaimu, ingat?" Chenle masih mempertahankan senyuman diwajahnya. "Lagipula, seperti yang dikatakan oleh Jaemin-hyung, sisi severity sepertiku harusnya sadar diri."

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang