ㅡㅡㅡㅡㅡ
standard disiclaimer applied
ㅡㅡㅡㅡㅡ
Renjun menatap kosong kedua telapak tangannya, ia tiba-tiba memikirkan banyak hal dalam waktu sekejab. Entah apa yang terjadi, tapi rasanya seperti ada banyak hal di masa lalu yang tidak pernah ia pikirkan secara serius. Semua kenangan itu hanya lewat begitu saja didalam kepalanya. Renjun tengan duduk pada salah satu bangku yang ada di taman belakang rumah tua. Yeah, rumah tua di ujung kota adalah tempat yang menjadi tujuan Jeno dalam membawanya. Mereka tidak seharusnya disini, ini belum waktunya, setidaknya itu yang dikatakan oleh Ten.
Tidak jauh dari tempatnya, Jaemin dan Jeno tengah 'berbincang'. Mereka memang terlihat sedang asik berbincang seperti teman lama yang sudah lama tidak bertemu, itu jika kedua tatapan mata mereka tidak terlihat seakan-akan ingin menusuk satu sama lain. Jeno terlihat lebih tenangㅡia berbicara dengan tajam dan tepat, sedangkan Jaemin terlihat sangat bersemangat karena setiap kata-katanya menusuk dan penuu perhitungan. Jika ini adalah adu tembak, mungkin sudah akan banyak cairan merah diantara mereka.
Pikiran Renjun sudah kembali sebelum ia menoleh kesekeliling untuk menemukan dua sosok pemuda yang merupakan teman masa kecilnya. Tidak, sejak awal Jeno dan Jaemin bukan hanya seorang teman ataupun teman masa kecil. Hubungan mereka jauh lebih rumit, Renjun hampir saja kembali termenung jika ia tidak menyadari bahwa Jeno dan Jaemin tengah berdebat di belakangnya.
"Kalian..., sedang apa?" tanya Renjun pelan, tapi suaranya terdengar sangat jelas di kedua telinga Jeno dan Jaemin.
"Barbeque?" tawar Jeno sambil menunjukan alat panggang yang sudah ada di dekatnya.
"Sejak kapan?" Kening Renjun mengerut, bagaimana bisa alat panggang itu ada di sini?
"Kami menemukan ini di gudang, mungkin ada yang sengaja meninggalkannya," jelas Jaemin sambil menunjuk gubuk tua yang ada tidak jauh dari tempat mereka.
Renjun terdiam sebentar lalu menatap Jaemin dan Jeno. "Ayo pergi dan membeli bahan-bahannya."
Senyuman terukir indah diwajah Jeno dan Jaemin, seperti anak anjing yang setia mereka menganggukan kepala sebelum berjalan beriringan dikedua sisi Renjun. Supermarket terdekat berjarak cukup jauh, mungkin akan makan waktu dan mereka baru akan kembali ke rumah tua saat bulan sudah menghiasi langit. Tapi, siapa yang peduli? Jeno dan Jaemin bahkan dengan santainya menyelipkan jari-jari mereka pada jari-jari Renjunㅡmereka saling bergenggamanㅡdan Renjun pun tidak mempermasalahkan hal itu, ini bisa dibilang adalah hal yang biasa.
Mereka membeli cukup banyak, itu hal biasa. Lagipula mereka terus memasukkan banyak hal kedalam troli belanja tanpa repot-repot melihat harga, bahkan Jaemin dengan mudahnya memasukan sebuah gelas dengan motif Moomin ke dalam troli khusus untuk Renjun begitu juga Jeno yang dengan randomnya mengambil bantal besar bergambarkan Moomin dan Snufkin. Renjun sendiri lebih fokus untuk membeli makanan, Jaemin dan Jeno adalah vampire, mereka sedikit sensitif dengan pilihan makanan manusia biasa.
Jaemin tidak suka (tidak bisa memakan) daging dengan kualitas rendah seperti yang ada pada sandwich yang di jual di kantin sekolah mereka sedangkan Jeno tidak akan mau repot memakan daging yang sulit dikunyah dan ditelan. Lagipula, kedua vampir itu punya motto bahwa mereka tidak berasal dari sisi severity jadi mereka tidak perlu terus-menerus makan daging bar-bar dengan cara bar-bar. Setidaknya, kedua vampir itu tidak terlalu pilih-pilih untuk memakan makanan herbivora. Renjun memasukan sebotol sausㅡbahan terakhir untuk rencana barbeque party merekaㅡdan ia tersentak saat menemukan troli mereka sudah penuh dengan barang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』
Fiksi PenggemarHuang Renjun, salah satu siswa dari Daehan High School yang tahun ini ada ditingkat keduanya. Renjun memiliki sifat pendiam serta misterius dan ia hanya memiliki satu orang 'teman' yaitu Zhong Chenle yang berada satu tingkat dibawahnya. Sejak awal m...