「Chapter 21」

1.6K 291 29
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡ

standard disclaimer applied

ㅡㅡㅡㅡㅡ

Jaemin mendecih tidak suka saat ia menemukan tatapan mata berbinar milik Renjun yang tidak di tujukan kepadanya itu, dan ini meski hampir selamanya sejak Jaemin melihat tatapan ituㅡbukan, tepatnya ini memang pertama kalinya Jaemin menemukan tatapan berbinar Renjun yang begitu berbinar seperti saat ini. Renjun terus menatap bahagia Jeno yang telah duduk di depannya, mengabaikan sepenuhnya guru yang tengah mengajar di depan kelas dan buku besar di atas mejanya yang harusnya dibacanya. Kedua tangan Jaemin terkepal di atas meja, jika tatapan bisa membunuh mungkin Jeno sudah terlihat terkapar dengan banyak darah.

Entah sudah berapa ribu kali Jaemin mengatakan dalam batinnya bahwa, ia tidak membenci Lee Jeno. Sejujurnya, Jaemin memang tidak membenci Jeno. Dia hanya membenci keberadaan seorang Lee Jeno. Lagipula, mereka adalah teman sejak lamaㅡbersama dengan Renjun. Mereka juga memiliki banyak kemiripan sehingga sering kali orang-orang disekitar mereka mengatakan bahwa Jeno adalah sang mentari sedangkan Jaemin adalah sang purnama. Salah satu hal yang juga tidak bisa Jaemin terima, semua orang tahu bahwa bulan bersinar karena matahari dan itu secara tersirat mengatakan bahwa Jaemin hanyalah bayangan yang tidak bisa berdiri tanpa Jeno.

"Jaemin-hyung!" Seseorang memanggil Jaemin untuk yang kesekian kalinya dan menguncang bahu pemuda bermarga Na itu.

"Ah...," Jaemin menoleh, menemukan Chenle yang menatapnya sebal. "Apa yang kamu lakukan disini?"

"Dan apa yang kamu lakukan terdiam disini dengan tatapan kosong?" Chenle membalas dengan pertanyaan lain. "Renjun-hyung menghilang."

"Apa?!" Jaemin segera menoleh ke samping hanya untuk menemukan bangku Renjun yang telah kosong. "Lee Jeno...," bisiknya dengan kesal.

"Right. Lee Jeno-ssi telah menculik Renjun-hyung, dan kamu malah berdiam duduk di sini hingga petang hari." Chenle menjelaskan dengan datar.

Merasa ada yang aneh dengan perkataan Chenle, Jaemin segera menatap pemuda yang lebih muda. Benar saja, Chenle tidak memakai seragam sekolahnya melainkan sebuah pakaian casual dengan kaos berlengan pendek dan celana pendek. Jaemin segera menatap jam yang ada ditangannya, pukul 6 tepatㅡsekolah sudah berakhir sekitar 3 jam yang lalu. Ia diam selama beberapa saat sebelum mengukir senyuman miring diwajahnya dengan kepala yang tertunduk.

"Bagaimana kamu tahu aku masih disini?" tanya Jaemin yang menata beberapa barangnya ke dalam tas.

"Orang-orang dari sisi severity memiliki penciuman yang baik," kata Chenle dengan nada yang menyebalkan.

Jaemin menatap Chenle tajam. "Kamu sepertinya mengerti banyak hal."

Chenle menunjukkan senyuman polos. "Oh? Apa? Apa saja yang aku pahami?"

"Kamu kenal Lee Jeno, bagaimana bisa?"

"Aku tidak kenal, hanya tahu namanya. Dia sering disebut-sebut dalam setiap 'rumor' Renjun-hyung. Bahkan penjaga sekolah yang baru saja mungkin pernah mendengar nama itu," jelas Chenle dengan santai sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari kelas dan diikuti oleh Jaemin.

"Aku masih tidak mengerti kenapa kamu begitu berusaha untuk mendekati Renjun." Jaemin berhenti tepat di ambang pintu, menatap punggung milik Chenle yang telah berdiri di lorong.

Tidak ada respon yang langsung diberikan dan lampu-lampu di sekolah mulai dinyalakan.

"Aku hanya ingin berteman." Chenle menoleh lalu menunjukan senyuman miring yang mengintimitasi. "Aku bukan seperti kalian yang mendekatinya untuk bertahan hidup seperti parasit."

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang