「Chapter 9」

2.7K 485 34
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

[standard disclaimer applied]

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Perasaan bersalah dan menyesal telah membayang-bayangi Haechan minggu ini, ia merasa sangat bersalah karena telah mengatakan kata-kata kasar pada Renjun minggu lalu dan yang lebih membuatnya menyesal adalah ketidak hadiran Renjun di sekolah selama hampir satu minggu ini. Haechan memang memiliki sifat yang sangat straightforward, karena itu sedikit sulit untuknya menyadari apa saja hal salah yang telah ia lakukan. Tapi, untuk kesalahan yang satu ini, Haechan sepenuhnya menyadari kesalahannya dan bahkan ia juga sangat sadar saat mengatakan kata-kata kasar tersebut tepat dihadapan Renjun.

Permintaan maaf sungguh ingin Haechan persembahkan untuk Renjun. Bahkan jika Renjun memintanya untuk berlutut dan memohon maaf pun akan Haechan lakukan dengan senang hati selama permintaan maafnya diterima.

Haechan tidak memiliki kontak telepon Renjunㅡtidak ada satu pun teman sekelas mereka yang memilikinya kecuali Jaemin mungkinㅡdan ia sendiri tidak ingin merepotkan dirinya untuk berurusan dengan wali kelas mereka demi mendapatkan informasi pribadi Huang Renjun. Karena tidak bisa mengirimkan pesan ataupun memberikan panggilan telepon pada teman sekelasnya itu, Haechan berinisiatif untuk memberikan permintaan maaf secara langsung dengan bertamu di rumah teman sekelasnya itu pada hari minggu yang indah ini. Bagaimana Haechan bisa mengetahui alamat Renjun?

Jawabannya, mengikuti rumor.

Rumah tua di ujung kota yang selama ini telah disebut-sebut sebagai tempat tinggal Huang Renjun adalah tempat yang dituju Haechan saat ini, jaraknya cukup jauh dari sekolah mereka dan ini kali pertama Haechan berjalan jauh dari pusat kotaㅡtempat dimana rumahnya berada. Berada di ujung kota dan di jalan utama menuju hutan membuat suasana didaerah rumah itu terlihat sangat sepi serta suram. Setiap kali melangkah, Haechan merasakan bahwa ada sesuatu yang mengamatinya atau bahkan mengikutinya. Tidak terhitung sudah berapa kali ia berhenti melangkah hanya dan menoleh kebelakang hanya untuk menemukan bahwa tidak ada siapapun yang mengikutinya.

Akhirnya perjalanan Haechan berakhir, ia sudah berdiri tepat didepan rumah tua yang dirumorkan itu. Kedua matanya menatap kesekeliling, keraguan muncul dihatinya dan dengan ragu Haechan memyentuh pintu pagar rumah itu. Perlu beberapa menit bagi Haechan memantapkan hatinya untuk membuka pintu pagar tersebut, tapi sebelum tindakan itu terjadi, ada yang tiba-tiba mengintrupsi.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Haechan tersentak lalu menoleh dan menemukan sepasang mata yang menatapnya tajam. "Jaemin?"

"Apa yang kamu lakukan disini?" Jaemin mengulang pertanyaan yang sama dengan dingin.

"Aku...," Haechan secara bergantian menatap Jaemin dan rumah tua di sampingnya. "Aku juga dapat menanyakan hal yang sama kepadamu."

Kedua mata Jaemin sedikit menyipit, memberikan tatapan merendahkan pada pemuda dihadapannya sambil menilai penampilan pemuda itu dari bawah keatas. Jaemin tidak pernah tahu bahwa seorang Lee Donghyuck bisa seberani itu terhadapnya. "Berjalan-jalan. Rumahku berada di sekitar sini."

Kaget, Haechan sama sekali tidak menyangka bahwa Jaemin akan menjawabnya dengan tenangㅡsetelah memberikan tatapan merendahkan. "Aku ingin pergi ke rumah Renjun."

"Untuk apa?" Jaemin kembali memberikan pertanyaan, kali ini dengan lebih santai. Ia terlihat sama sekali tidak terganggu dengan jawaban Haechan yang harusnya sedikit bisa mengejutkannya.

"Aku ingin bertemu dengannya...," bisik Haechan sebagai jawabannya.

"Heh," Jaemin mengendus geli dan menunjukkan senyuman miring. "kamu pikir dia ingin bertemu denganmu?"

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang