1.6

8.5K 2.2K 825
                                    

Hyunjin sama Jisung masih diem dieman selama kurang lebih lima belas menit. Hyunjin lagi duduk sambil minum teh anget, sementara Jisung lagi asik ngotak ngatik mesin, gatau mesin apaan.



Sekarang mereka lagi di ruang konseling. Gak ada yang mau ngomong, dua duanya sama sama membisu.



Karena gemes sendiri, Hyunjin menghampiri Jisung kemudian berjongkok disebelahnya. "Lagi apa?"



Jisung melirik Hyunjin sekilas. Ia melepas sarung tangannya, merebut gelas yang ada ditangan Hyunjin kemudian meneguknya.



"Liat cahaya yang tadi?" tanya Jisung sambil menulis sesuatu diatas kertas.



"Liat, dari mayat hidup-"



"Itu bukan mayat hidup."potong Jisung kemudian menatap cowok didepannya. "Mereka itu parasit, namanya Souls. Mereka butuh inang buat bertahan hidup."



Hyunjin clueless. Dia gangerti. Hyunjin tau Jisung pinter, tapi dia gak nyangka berkurangnya paparan radiasi sinar matahari dalam skala besar mampu membuat sel otak cowok bergigi hamster itu berkembang lebih banyak.



Jisung nunjukin jurnalnya yang ditulis dibelakang buku tulis matematika, "Cara mereka berkembang biak itu dengan menatap langsung calon inang baru, lewat cahaya biru yang keluar dari mata mereka selama lima detik."



"Itu pengamatan gua selama beberapa hari, dan ini hasilnya."



Jisung menepuk mesin didepannya, yang lebih mirip seperti penyedot debu rusak. "Ini namanya Han, bahan utamanya dari Graphene."



Hyunjin masih anteng dengerin. Dia tau kalo saat ini Jisung lagi pamer hasil karya dari otak cemerlangnya. Biarin aja, biar seneng.



"Graphene nanotekstur punya efek dapat menyalurkan cahaya ke dalam ruang sempit di antara struktur nano, jadi-" menyadari Hyunjin yang menganga Jisung mendecih pelan, "ah lu gabakal ngerti, lu kan bego."




Kedua mata Hyunjin berotasi. Mau menyangkal, tapi ucapan Jisung memang ada benarnya juga.



"Intinya buat mindahin cahaya kedalam tabung ini."



Jisung nepuk nepuk mesinnya lagi, tapi gak lama karena sengatan listrik terasa menusuk kulitnya, membuat helaian rambut yang lain kini berdiri keatas.



"Itu rambut lu.."



"Iya, kesetrum, gausah ketawa."



Hyunjin ketawa. Awalnya dia kira Jisung lagi dandan jadi anak rock dadakan dengan rambut spike yang menjulang keatas kaya sutet dibelakang rumahnya.



"Dibilang gausah ketawa." ujar Jisung ketus, seketus ketusnya orang ketus.



Hyunjin mengusap sudut matanya yang sedikit berair, "Iya maap."



"Maap yang mana nih?"



Mendengar ucapan Jisung barusan, Hyunjin hanya terdiam. Jisung menghela nafas, memilih untuk melunturkan egonya sesaat. "Masih gak mau cerita?" tanyanya dengan pelan.



Hyunjin tersenyum miris, "gak bakal ada yang percaya juga kan?"



Jisung diem. Dia menepuk bahu Hyunjin, "cerita, gua percaya."



"Lu tau kan gua, Sunwoo, sama Jinyoung itu sahabatan dari kecil?"



Perlahan kepala Jisung mengangguk. Setelah pindah ke distrik lima, Jisung emang teman pertama yang Hyunjin punya. Cowok itu pernah cerita tentang kedua sahabatnya yang tinggal sama sama didistrik dua, terus pindah ke distrik enam, yang terakhir kesini, distrik lima.



Siapa sih yang gak tau Sunwoo? Putra tunggal salah satu pembesar distrik satu, keluarga yang paling dipandang. Sementara Jinyoung, kakaknya adalah mantan ketua keamanan sebelum turun jabatan karena kelalaian yang ia perbuat.



Pokoknya semua orang pasti kenal kedua cowok itu, terutama Sunwoo. Makanya begitu Hyunjin pindah, banyak yang langsung mendekatinya.



Tapi tidak lagi begitu ada sebuah rumor meluas dikalangan mereka.



"Tau pepatah ga, persahabatan itu gaada yang murni. Bisa jadi salah satunya saling suka-"



Jisung mengerjapkan kedua matanya, gak percaya pengakuan itu keluar dari mulut temennya sendiri. "Hah?"



Hyunjin mengangguk pelan, "Iya, gua orangnya."

***

Jangan hujat aq.

[2] DISTANT SKY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang