Lisa mengetuk ngetukkan jarinya diatas meja di ruangan Jennie. Jennie yang sedang mengambil secangkir kopi pun datang dengan senyum hangatnya.
"Kenapa gugup sekali, Lalisa?" Jennie duduk lalu menyerahkan secangkir kopi itu kepada Lisa.
"Hanya kurang terbiasa, Nona" Jennie tertawa.
"Lisa, berapa tinggi badanmu?" Jennie menatap Lisa.
"167cm Nona, ada apa?"
"Aku rasa kau lebih cocok menjadi model disini, Lisa" Lisa terkejut bukan main.
"Nona, aku sangat jelek dan tidak terurus untuk menjadi model. Aku juga tidak terbiasa didepan kamera dibanding memegang kamera. Maafkan aku Nona" Jennie menyender.
"Kau itu cantik. Dipoles sedikit, kau akan menjadi Barbie. Aku tidak merasa ada model lain yang cocok" Lisa mengerenyitkan dahinya. Seperti Jennie meyangkut pautkan dengan sesuatu.
"Agensi Bangtan melakukan tanda tangan untuk pemotretan mereka selama 2 minggu. Dan aku ingin meletak salah satu staff ku untuk menjadi modelnya. Aku memilihmu, Lalisa Manoban. Kumohon ringankan sedikit saja bebanku. Ini tidaklah berat" Jennie terdengar sedikit sendu. Lisa tidak bisa melakukan banyak hal. Ia hanya mengangguk.
"Pulang kerja, temani aku minum capuccino diluar" Jennie tersenyum.
***
"Apa lagi yang bisa ku lukis?" Gadis cantik berambut blonde lurus itu gergumam. Ia mengetuk ngetuk kuas ke dahinya dan berharap inspirasi akan muncul. Terlebih ia sedang berada di cafe. Seharusnya imajinasinya dapat muncul dengan baik diiringi dengan segelas teh.
Gadis itu hanya meringis. Susah sekali mendapat inspirasi. Ia mengotak atik ponselnya. Nihil. Sampai akhirnya ia membuka kamera dan tidak sengaja memotret seorang gadis cantik yang baru saja masuk ke dalam Cafe.
"Astaga aku tak sengaja memotretnya. Bagaimana ini?" Chaeyoung. Gadis itu kebingungan. Padahal itu hanyalah kesalahan kecil. Gadis yang ia potret mulai duduk dan memainkan ponselnya. Selang 5 detik, Chaeyoung memperhatikan foto gadis yang baru saja ia potret. Tanpa berpikir panjang, Chaeyoung meletak kuas dan mengambil pensilnya. Ia mulai membuat sketsa. Sekitar 15 menit, gambar itu selesai.
"Bagaimana bisa aku menggambar seperti ini! Aku harus minta maaf" Chaeyoung mendekat kearah gadis itu. Gadis itu hanya duduk dan menenggelamkan wajah dilipatan tangannya diatas meja. Chaeyoung mulai duduk dihadapannya.
"Ah permisi, apa anda sedang sibuk? Maaf mengganggu tapi aku datang hanya ingin meminta maaf" gadis itu mengangkat kepalanya. Matanya sembab dan berair. Ia sedang menangis.
"Ah! Maaf! Aku benar benar tidak--"
"Tidak apa, kenapa kau minta maaf? Apa kau melakukan kesalahan?" gadis itu mengelap air matanya. Chaeyoung semakin merasa bersalah.
"Aku.. Aku tidak sengaja memotretmu, lalu menggambar wajahmu. Aku melakukannya karena aku butuh inspirasi untuk menggambar. Yah hanya hobi tapi kurasa aku butuh mengasahnya juga. Tapi maaf, aku tidak melakukannya dengan izinmu. Maafkan aku" Chaeyoung berdiri lalu membungkukkan badannya. Gadis itu tersenyum dan menyuruh Chaeyoung duduk.
"Kau lucu sekali. Aku rasa itu bukan masalah besar" Chaeyoung hanya tersenyum kikuk.
"Ah, Namaku Park Chaeyoung. Kalau boleh tau.. Siapa namamu? Ah dan juga umur? Aku tidak terbiasa memanggil 'kau' pada orang yang baru saja kukenal. Aku takut kau lebih tua dariku"
"Astaga kau ini sopan sekali. Aku Kim Jisoo. Panggil saja Jisoo. Umurku 23 tahun. Kalau lebih tua, panggil saja unnie" Jisoo tersenyum.
"Berapa tahun lahirmu unnie? Aku ingin tau umur internasional, bukan korea"
"95-line" Jisoo tersenyum lagi. Chaeyoung ber-oh ria.
"Kau pandai sekali menggambar. Kau seniman?" Jisoo memperhatikan setiap lekuk gambaran Chaeyoung. Nyaris sempurna. Benar benar mirip dengannya.
"Ah bukan, aku juga sedang mencari pekerjaan. Aku baru saja wisuda" Jisoo mengangguk.
"Unnie tidak memesan minuman? Akan aku pesankan"
"Ah jangan, aku tidak haus sebenarnya. Hanya sedang mencoba menikmati waktu senggang saja" Chaeyoung menyipitkan matanya.
"Ini hari ketiga ku tinggal dikorea. Sebelumnya aku tinggal di Australia. Jadi Unnie, mau menjadi teman pertamaku?" Chaeyoung mengulurkan tangannya. Jisoo menyambut dengan senyum tentunya.
"Kim Jisoo, sahabat pertama Park Chaeyoung"
***
Jungkook tersenyum. Ia tengah berada di balkon dorm nya. Menatap birunya langit dengan sepiring ramen. Sesekali tertawa. Ia bahagia.
"Aku harap kau waras, Jungkook" Jin datang dan duduk disampingnya. Jungkook tertawa.
"Tebak apa yang baru saja aku lakukan?" Jungkook menatap Jin.
"Photoshoot?""Bingo, tapi bukan hanya itu. Aku bertemu noona pemilik perusahaan itu. Ia sangat cantik dan elegan. Benar benar tipeku" Jungkook bersandar. Senyumnya semakin lebar.
"lalu?" Jin bertanya. Sedikit Mengerenyitkan dahi.
"Hyung, kurasa aku menyukainya. Tapi V hyung juga akan melakukan hal yang sama. Dia ingin bertaruh"
"Jungkook" Jin menatap Jungkook serius. Sedikit senyum diwajah Jungkook menghilang.
"Berhenti melakukan hal bodoh. Kau dan Taehyung itu berbeda" Jungkook menunduk.
"Orang tuaku--"
"Berhenti membawa embel embel orang tuamu. Mereka hanya takut kau tidak menemukan pasangan. Hanya itu. Bukan berarti dia ingin kau menemui banyak gadis dan mengencaninya"
"Kau hanya menyukai nya karena dia tipemu. Suka dan mencintai berbeda. Sama dengan Taehyung. Dia hanya brengsek. Dan kau berbeda" Sambung Jin.
"Sebisa mungkin, berhenti. Aku juga akan menasehati Taehyung lagi. Aku tidak suka wanita dipermainkan atau kalian mempermainkan wanita. Berhenti mengikuti jejak buruk Taehyung atau aku tidak akan pernah memaafkanmu" Jin berlalu dengan wajah masam dan hati yang memanas. Jungkook mulai menghilang kan senyumannya dan menghela nafas.
"Aku hanya ingin berkenalan dengan noona itu. Dan lewat dia, aku akan rubah V hyung. Maaf Hyung, aku memilih caraku sendiri untuk mengubahnya. Harus nya kau mengerti, aku tidak mungkin bermain dengan wanita. Ini bahkan pertama kalinya aku terjun langsung dan memberanikan diri bertemu wanita. Hanya untuk V hyung" gumam Jungkook. Ia kembali menyeruput ramen dihadapannya.
"Dan aku pastikan, noona ini yang terakhir untuknya"
KAMU SEDANG MEMBACA
BB - In Your Area
FanfictionYa ini drama. Ya ini permulaan. Ya ini kisah Cinta. Dan semua berawal dari Kim Jennie, yang mencari anggota untuk grubnya. Kisah ini, akan dimulai.