BB - In Your Area

12. Training

Seminggu berlalu. Saat sang presdir perusahaan agensi mereka telah memutuskan kapan memulai masa trainee mereka, dan sekarang lah dimulai. Mereka akan tinggal di Dorm, dan hanya diperbolehkan untuk pulang pada waktu tertentu saja.

Presdir sudah memutuskan nama grub yang akan mereka miliki. Mulai menyusun jadwal, dan pelatihan bagi Jennie, Jisoo, Chaeyoung dan Lisa. Lisa terpaksa berbohong dengan Sehun dan mengatakan bahwa dia harus pulang ke Thailand untuk sementara waktu. Meskipun dia tau, Sehun pasti akan sangat marah saat melihat wajah Lisa terpampang di layar televisi saat 3 bulan mendatang.

Mungkin bisa dikatakan mereka adalah grub Khusus yang akan didebutkan. Tata pelatihan, segala bentuk kematangan diprioritaskan ke 'BlackPink'. Nama grub mereka.

Seperti hari hari yang akan mendatang, dipagi hari mereka akan melakukan olahraga pagi seperti senam dan Yoga. Dilanjutkan sarapan sehat dan mulai latihan vokal. Latihan vokal tidak akan berlangsung begitu lama, mungkin sekitar 3-4 jam. Dilanjutkan dengan latihan dance yang memakan waktu lebih lama, bisa sampai malam hari. Bagi yang mengisi Rapp, mereka akan latihan setelah latihan dance, bisa sampai larut malam. Seminggu sekali Presdir akan melihat perkembangan mereka. Tentunya itu sebuah tuntutan untuk mereka agar bisa menguasai segala aspek ke'idol'an agar bisa unggul dengan para Idol lainnya nanti.

Jangan salah, bukan berarti 3 bulan dilalui dengan hal hal seperti itu saja. Mereka akan merasakan hawa dingin dari trainee lain yang merasa di'anak tirikan' oleh presdir mereka. Tak sedikit masalah yang terjadi diantara mereka, termasuk 'mereka' yang dari Blackpink sendiri. Terkadang mereka beradu konflik, ada yang lelah, ada yang ingin menyerah. Namun disitulah peran Jisoo keluar sebagai member tertua, seperti yang terjadi saat ini.

"Lisa, berhentilah menangis." Chaeyoung terus membujuk Lisa yang masih terduduk disudut kamarnya sembari memeluk kedua lutut. Hal ini kerap kali terjadi. Trainee lain melakukan hal terlalu pada mereka berempat. Seperti membuat jebakan jebakan kecil dengan merusak barang mereka, meletak sampah, atau menghilangkannya. Terlebih parah jika Trainee lain sudah beradu mulut dan melakukan hal fisik pada mereka. Sebenarnya, jika mau bisa saja mereka membalas. Namun itu tidak mungkin dan tidak boleh sampai terjadi. Mereka harus debut.

Jisoo tak henti hentinya memijit pelan dahi mulusnya yang tengah berkerut sedari tadi. Jennie hanya bisa menghela nafas kasar sambil menatap nanar kearah Lisa. Ini bahkan belum sebulan, tapi mereka sudah merasakan hal yang tidak mengenakkan. Jennie sangat merasa bersalah. Dan pada fakta bahwa mereka melakukan dan menerima semua sampai sekarang ini sebenarnya hanya untuk Jennie. Itu pahit. Teramat.

"Kita bisa membelikan kamera baru Lisa, tidak apa." Jennie mengusap kepala Lisa yang masih tenggelam dibalik kedua lututnya. Bahunya bergetar.

"Kamera itu berharga nona, berisikan foto foto berharga dengan keluarga. Diberikan oleh kakekku saat aku berumur 15 tahun. Hanya itu obat rinduku." wajah Lisa memerah. Matanya sudah bengkak. Jisoo mendekat, memegang dagu Lisa.

"Luka apa ini?" Lisa mendelik. Menatap mata Jisoo yang menajam. Sudut bibir Lisa masih terasa perih.

"Mereka menghancurkan kameramu, lalu memukulmu kan?" Lisa hanya menunduk pelan. Tak berani menatap manik mata hitam itu. Chaeyoung dan Jennie cukup terkejut, mereka tidak tau akan hal itu. Karena sedari tadi Lisa hanya menunduk saja.

Jisoo yang semula berjongkok mulai berdiri sembari mengangkat tubuh Lisa yang melemas. Ia memeluk tubuh tinggi Lisa dan mengusap punggungnya.

"Obat rindumu adalah kami. Berhentilah menangis, kau kan masih bisa menghubungi keluargamu via telfon. Soal kakekmu, dia pasti akan mengerti. Sekarang ayo makan malam, Jennie akan mengambilkan kotak P3K untukmu." Jisoo tersenyum dan mengusap kedua air mata yang mengalir di pipi Lisa lalu menariknya ke dapur. Jennie beranjak mencari kotak P3K. Ia mengambil kotak itu di laci kamar Lisa sendiri, dan terpaku diam membisu. Chaeyoung yang melihat Jennie berdiam diri lalu menghampirinya.