Lisa melangkahkan kakinya menuju apartemen. Hari ini cukup melelah kan. Namun ia cukup antusias dengan hal yang akan ia jalani nantinya. Menjadi trainee. Lisa sangat ingin menuangkan bakat nya tersebut namun tak memiliki waktu yang pas. Sekarang, perjalanan Rantau nya tak sia sia.
Lisa membuka pintu apartemen nya. Melepas coat panjang yang tadi ia kenakan. Seketika ia membelalakan matanya saat melihat ruang bersantai nya sangat berantakan. Makanan berserakan dimana mana. Dan sepasang kaki panjang menjuntai di sofa ruang santai Lisa. Perlahan ia mendekati orang tersebut, dan bingo. Lisa langsung melempar bantal sofa tepat diwajah orang tersebut.
"YA! Apa apaan ini! Seperti kandang hewan!" Lisa berteriak kesal. Orang yang dimarahi hanya bisa mengusap matanya dan merasa terkejut karen dibangunkan dengan teriakan dan lemparan bantal tadi.
"Aku sangat lelah, kau tidak kasihan padaku?" orang tersebut menampakkan wajah sedih. Berharap Lisa merasa iba padanya. Namun alih alih merasa iba, Lisa melipat kedua tangan didepan dadanya.
"Kau punya rumah, satu apartemen asli dan satu lagi apartemen rahasia mu. Kenapa harus kerumahku ha?"
"Haish manager pasti akan mencariku kesana. Lagipula di apartemenku yang satu lagi ada wanita itu kan? Ah bagaimana keadaannya?" Lisa menurunkan bahunya yang tadi naik. Ia lalu duduk disebelah orang itu.
"Dia sudah baikan, dan sudah pulang. Oh Sehun-ah, kau tidak ada pekerjaan? Kau ini selebritis super sibuk, kenapa bisa kesini?" Lisa menatap Sehun disampingnya. Lelaki tinggi itu menghela nafas berat.
"Aku lelah. Aku sedang berusaha menghindari semua pekerjaan itu. Syukur sekali kau hanya bekerja di perusahaan fotografi, dan tidak menjadi sepertiku. Lelah sekali."
"Heh.. Kau yang menginginkan jadi Idol sejak kecil. Kenapa mengeluh dengan mimpi mu itu?"
"Rasanya menyesal, dan aku muak dengan segala hal. Ya, jangan sampai kau seperti ku. Kau tidak akan tahan." Sehun membalik badannya mengarah ke Lisa.
"Wae? Bagaimana jika aku kuat? Bagaimana jika aku jadi sepertimu? Kita tidak tau jalan takdir." Lisa menggerutu.
"Aku benar benar marah jika kau memilih jalan sepertiku." Senyum Sehun membuat Lisa mengalihkan pandangannya. Ia memilih berdiri. Sekarang masalah kembali berkecimpung di pikirannya.
"Ada apa denganku? Kenapa sekarang aku diantara rasa ragu dan rasa bersalah seperti ini?" Lisa memilih pergi kedapur dan menuju kulkas. Ingin mengambil minuman dan menyegarkan kepalanya.
***
Jisoo duduk disofa panjang itu. Menatap setiap sisi rumah Chaeyoung yang memang dihiasi dengan lukisan lukisan indah buatan tangan Chaeyoung. Mata Jisoo berhenti berputar menatap sekeliling saat melihat gambar sketsa buatan Chaeyoung yang sempat dibuatnya saat pertama kali mereka bertemu.
"Chaeyoung-ah, kau membingkai gambar ini dan meletaknya disamping vas bungamu?" Jisoo bertanya saat Chaeyoung datang dengan dua gelas jus dan beberapa makanan untuk mereka berdua.
"Ah, ya Unnie. Baru kali itu aku suka dengan gambar buatanku sendiri."
"Wae?"
"Karena kau memujinya." Jisoo tersenyum. Ia lalu duduk dihadapan Rose. Menatap gadis berpipi chubby yang tengah mengunyah roti dimulutnya. Perasaan Jisoo bergejolak. Ia rindu keluarga, yang tak menganggapnya keluarga lagi. Jisoo lebih memilih bersandar disofa tepat dihadapan Chaeyoung. Ia tidak berselera makan ataupun minum. Terkesan tidak sopan karena Chaeyoung memang sudah menyuguhkan makanan itu khusus untuk dirinya, tapi Jisoo merasa benar benar lelah sekarang.
"Jisoo unnie wae? Kau lelah?" seakan peka, Rose memperhatikan keadaan Jisoo. Jisoo hanya menggeleng kecil dan tersenyum. Ia menegakkan kembali tubuhnya yang semula bersandar.
"Chaeyoung-ah, boleh aku bercerita?" Chaeyoung mengangguk masih dengan kondisi mulut penuh. Terlihat sangat imut.
"Kita akan menjadi sebuah grub. Sebelumnya aku hidup dalam kesendirian, kemiskinan dan kekelaman. Aku tak punya teman, keluarga. Agensi memperlakukanku dengan buruk dan aku merasa hidupku hancur. Aku benar benar berniat ingin mengakhiri hidupku. Aku bahkan tidak punya makanan untuk dimakan. Kini rumahku disita dan aku tidak punya rumah." Chaeyoung masih mendengarkan.
"Kondisi ku mungkin yang terburuk diantara kalian, tapi aku berjanji akan menjaga kalian seperti adik adikku. Apakah boleh aku seperti itu? Aku tidak punya adik, tapi melihat kalian aku merasa senang." Chaeyoung tersenyum.
"Jangan berfikiran untuk mengakhiri hidupmu. Sekarang kau sudah punya alasan untuk bangkit." Jisoo ikut tersenyum. Senang rasanya. Sudah beberapa waktu dia habiskan dalam kesendirian. Tak ada yang memberi semangat atau bahkan tak ada yang mengajak mengobrol, untuk sekedar berbagi cerita.
Bell rumah Chaeyoung berbunyi. Chaeyoung beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu. Ia melihat Jennie yang terlihat kesusahan karena menenteng banyak tas belanja dikedua tangannya. Chaeyoung dengan cepat mengambil sebagian tas tas belanja itu dan mempersilahkan Jennie masuk. Cukup terkejut, Jisoo dan Jennie melihat satu sama lain. Jennie pikir, Chaeyoung tengah sendirian dirumah.
"Jen, apa isi tas tas belanja ini?" Chaeyoung meletak tas tersebut didekat Jisoo.
"Makanan, minuman, beberapa film, baju juga untukmu. Ah Jisoo unnie, aku tidak membelikan baju. Aku tidak tau kau disini." Jisoo mengangguk mengerti. Sedangkan Chaeyoung membelalakkan matanya. Mulutnya terbuka karena kaget.
"Untuk apa semua ini? Kupikir kau hanya akan datang untuk bersantai."
"Bukankah itu bersantai? Kita akan menonton film sambil makan. Baju itu hanya bonus." Chaeyoung menggelengkan kepalanya pelan dan tertawa kecil.
"Aku ada beberapa film, jangan membeli lagi. Simpan saja uangmu Jen." Chaeyoung tertawa. Ia lalu mengajak Jennie dan Jisoo untuk keruang santainya. Menonton bersama sembari makan.
Hai
Kambek dan short banget
Maaf ya, author lg sakit, jd belum bisa maksimal. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BB - In Your Area
FanfictionYa ini drama. Ya ini permulaan. Ya ini kisah Cinta. Dan semua berawal dari Kim Jennie, yang mencari anggota untuk grubnya. Kisah ini, akan dimulai.