Salahkah diriku terus mencari jejakmu? Salahkah diriku terus menantikanmu?
Ketika ia akan menutup kotak itu, ada sebuah hal lain yang menangkap perhatian Abby. Sebuah buku catatan kecil bersampul kulit. Di sampul bagian bawah terdapat 3 huruf kapital, N, E, dan V. Singkatan nama lengkap Noah, Noah Edward Verbeck. Buku kecil ini dilengkapi dengan pensil kecil yang terikat di sampingnya. Abby mengambil lalu membuka halaman pertama. Tertulis bahwa itu adalah semacam buku harian Noah sekaligus berisi daftar harapan dalam hidupnya. Beberapa sudah ada yang tercentang, beberapa belum.
Abby membuka halaman selanjutnya.
12 Desember 2015
Siang tadi aku sedang duduk di perpustakaan. Duduk menatap buku Biologi Campbell edisi 5 yang tidak ada habisnya. Mau tidak mau aku menelan semua informasi ini. 2 jam kemudian pintu perpustakaan terbuka dengan suara kencang. Seorang gadis masuk dan langsung ke meja depan. Aneh, ia nampaknya terburu-buru. Aku tetap membaca bukuku. Tak lama ada yang menghempaskan sebuah buku tebal di depanku. Aku kaget bukan main. Aku lalu mendongak.
Mataku terpana padanya. Gadis tadi yang masuk dengan buru-buru. Rambutnya yang agak sedikit kacau dan hidung serta pipinya yang memerah karena musim dingin di luar. Ia duduk, melepaskan sarung tangan serta topi kupluk merahnya. Kupelajari semua detail mengenai dirinya. Buatku, ia sangat menarik. Matanya lalu bertemu denganku. Aku langsung mengembalikan pandangan ke buku.
"Hai", sapanya manis.
Suaranya bagaikan suara malaikat di telingaku.
"H-Hai", balasku malu, jantungku berdegup kencang.
"Hmm... Sepertinya buku kita sama... Aku tidak mengerti sama sekali buku ini. Nampaknya aku tersesat di dalam bahasa latin dan bahasa aneh ini", sambil mengerutkan dahinya dan menyodorkan bukunya.
Singkat cerita akhirnya kita mengobrol, namanya Abby. Nama yang indah, cocok dengan pribadinya. Kita bertukar nomor telepon. Aku sangat bahagia
Setelah selesai membaca, ia langsung membalikkan kertas tersebut, hatinya mulai berbunga-bunga. Ternyata Noah masih ingat bahkan ia menuliskan apa yang menjadi isi hatinya di buku ini. Abby membaca buku harian itu sampai selesai, tak ada selembar pun yang tidak menceritakan tentang dirinya. Mulai dari cara Abby tertawa yang dianggap lucu oleh Noah, padahal ia sangat membencinya, hingga raut wajah Abby yang bisa berubah dari sedih atau marah ke senang sesaat setelah ia disuguhi kudapan manis. Ia tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Semua detail tentang dirinya dielaborasikan dengan detail, bahkan digambar oleh Noah. Abby merasakan kesenangan yang melimpah dalam dirinya. Sebuah kebagahiaan yang mengalir tanpa henti dari hatinya.
Terdapat beberapa bagian yang menjadi bagian favorit dari buku harian Noah.
Pertama, terdapat sebuah halaman yang berisi beberapa puisi yang menjadi pilihan Noah. Puisi-puisi ini akan diberikan kepada Abby. Ia ingat, hampir setiap harinya ia mendapatkan secarik kertas yang berisi puisi indah dilengkapi dengan coklat atau kudapan kecil. Setiap hari Abby bersama Noah menjadi hari-hari favoritnya. Di buku tersebut terdapat sebuah puisi yang menjadi favorit Abby tersendiri.
Kurasa alam semesta sedang memihak kepadaku
Langit dan bumi akhirnya selaras
Hari-hariku menjadi cerah
Dan begitulah seharusnyaApakah kau lihat bintang jatuh itu malam ini?
Apakah kau terpesona oleh rasi bintang yang sama?
Apakah kau dan Jupiter bersekongkol untuk mendapatkanku?
Kurasa kau, rembulan, dan Neptunus berhasil memikatku
Karena kini, aku bersinar terangKedua, yang menjadi bagian favoritnya adalah sebuah sketsa dirinya. Dari pemandangannya Abby bisa menafsirkan bahwa itu adalah kencan pertama mereka. Sketsa itu menggambarkan dirinya dari belakang yang sedang berjalan ke arah kincir ria yang besar. Kencan pertamanya bersama Noah juga merupakan salah satu memori yang takkan pernah ia lupakan. 12 Januari 2016 mereka habiskan di sebuah festival musik yang dilengkapi dengan stan makanan ringan. Mereka datang ke acara tersebut kurang lebih pukul 5 sore, mereka berkeliling dan membeli makanan ringan. Setelah selesai makan, mereka berdua bergabung dengan lautan manusia lainnya yang juga datang untuk menikmati festival musik tersebut. Terdapat sebuah lagu yang pada akhirnya menjadi lagu milik mereka, yaitu Die A Happy Man oleh Thomas Rhett. Ada sebuah lirik yang menyebabkan mereka jatuh hati pada lagu ini.
"Jika aku tak sempat melihat aurora, atau jika aku tak sempat melihat Menara Eiffel saat malam hari, namun jika yang kupunya dalam genggaman tanganku adalah tanganmu, maka semua itu lebih dari cukup. Aku bisa pergi dengan bahagia"
Mereka masih menikmati festival musik tersebut hingga pukul 11.30 malam. Untuk menutup kencan pertama, mereka mengantre wahana kincir ria. Abby ingat betul ia disuruh untuk menunggu sebentar di antrian dan Noah pergi entah kemana. 3 menit kemudian ia kembali. Tak berapa lama merupakan giliran mereka untuk naik dan masuk ke salah satu kotak tersebut. Mereka menikmati langit malam berdekorasi jutaan bintang. Udara yang masih dingin karena peralihan musim dingin membuat semuanya lengkap. Mereka duduk berdekatan, Abby mengistirahatkan kepalanya ke bahu Noah.
Tepat ketika mereka berada di puncak kincir ria, mereka berhenti sejenak. Noah lalu mengarahkan tubuhnya ke arah Abby. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil. Abby terkejut dan matanya berkaca-kaca.
"Happy birthday, Abs. Anggap saja cincin ini adalah hadiah ulang tahunmu sekaligus menjadi pertanda bahwa suatu saat aku akan menggantikan cincin ini dengan cincin pernikahan", ucap Noah dengan penuh percaya diri.
Abby kehabisan kata-kata, ia bahkan tidak mengingat bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya. Sudah beberapa tahun ia bahkan lupa dengan ulang tahunnya sendiri. Abby hanya bisa memeluk Noah dengan erat dan mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Setelah turun dari kincir ria, Noah mengantarkan Abby pulang ke rumahnya. Di kamar, Abby hanya bisa memandangi cincin tersebut dan betapa ia mencintai cincin perak simpel yang melekat di jari manisnya. Dua puluh menit kemudian telepon genggamnya berbunyi. Tertera nama Noah di layar teleponnya.
"Hai", sapa Noah lembut.
"Hai juga", balas Abby sambil menahan senyum.
"Suka?", tanyanya kembali.
"Mhm... Suka banget", sambil menghempaskan tubuh mungilnya ke ranjang.
"Bagus, deh. Berarti kamu akan suka dengan cincin pernikahan kita", jawab Noah dengan nada sedikit congkak.
"Percaya diri banget kalau aku akan menikahi kamu!", balas Abby sambil tertawa.
"Harus! Karena menurut prinsipku, apa yang kamu yakini, itu yang akan terjadi... dan..."
"Dan apa?", balas Abby sigap.
"Dan aku yakin suatu hari nanti kamu akan menjadi istriku", jawab Noah tegas namun menimbulkan sebuah ketenangan dalam hati Abby.
"Kalau begitu, aku juga yakin..."
"Yakin apa?", tanya Noah kembali.
"Ada deh... Noey, ak-"
"Noey? Siapa itu?", tanya Noah bingung.
"Panggilanku untukmu. Boleh?", tanya Abby ragu.
"Umm... boleh deh",jawab Noah kembali.
"Eh, tadi kamu mau ngomong apa, Abs?", tanyanya lagi.
"Aku ngantuk, lanjut besok ya", ucap Abby sambil menguap.
"Ohh begitu... Sip! Seperti biasa, sebelum mata ini terpejam dan terbuka lagi besok pagi, aku hanya ingin mengingatkan kamu kalau aku cinta padamu", lantur Noah.
Abby merasa ia terbang hingga langit kesembilan.
"Aku juga...", balas Abby tersipu malu.
"Juga apa?", tanya Noah kembali.
"Juga ci-cinta padamu. Selamat malam", jawabnya cepat dan jantungnya berdegup kencang.
Abby lalu mematikan panggilan tersebut, ia menaruh tangannya di atas dada kirinya, jantungnya serasa ingin melompat ke luar.
Kembali lagi ke realita, sebuah senyum lebar terlukis di wajah Abby. Setelah mengingat kencan pertama, memori akan kencan-kencan selanjutnya membanjiri benaknya. Terlalu bahagia dirinya mengingat segala detail satu per satu.
Noah memang gemar menulis puisi dan memiliki kelebihan dalam aspek linguistik serta seni. Sungguh, sekarang tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan perasaan Abby. Kali kedua ia merasakan hal ini, yang pertama adalah hari pernikahan mereka. Secara keseluruhan, itulah dua hal favorit dari buku harian Noah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel
FanfictionAbigail, seorang wanita berusia 27 tahun yang menjalani hari-harinya dengan monoton. Hal ini berubah ketika ia menemukan sesuatu di rumahnya. Langkah kakinya yang kecil membawanya ke sebuah destinasi yang indah. Sebuah destinasi yang membuatnya engg...