Epilog

42 3 0
                                    

Mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang baru,
Terasa sangat benar ketika berada bersamamu,
Dan sekarang kulihat matamu,
Kurasakan di hatiku,
Sebuah awal yang baru.

Seminggu kemudian Abby sudah keluar dari rumah sakit, namun masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Sebulan setelahnya, ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Melakukan semuanya sendiri. Hidupnya sudah menjadi jauh lebih baik dari tahun-tahun yang lalu. Hari ini ia memutuskan untuk pergi ke toko swalayan yang berada di dekat rumah orang tuanya. Di tengah-tengah perjalanan pulang, mobilnya tiba-tiba berhenti.

"Hah... Kenapa berhenti?", sambil berusaha menyalakan ulang mobilnya.

Dicobanya berulang-ulang. Tidak membuahkan hasil sama sekali. Ia keluar dan membuka kap depan mobilnya. Ketika dibuka, asap putih membumbung dan membuatnya batuk. Dikipasnya asap tersebut dengan kedua tangannya dengan harapan asap tersebut menghilang. Ia mencoba untuk mengutak-atik mesinnya. Dua puluh menit berlalu, tidak terjadi apa-apa. Keringatnya sudah bercucuran tanpa ampun, ditambah siang hari ini suhu mencapai 38ºC. Ia putus asa dan akhirnya duduk di pinggir trotoar.

"Noah... help me, pleasee", ucapnya dalam hati sambil menengadah ke langit.

"Permisi, Bu", ucap seseorang dengan suara berat, suara laki-laki pastinya.

Suara itu membuat Abby kaget dan langsung menengok ke arah kirinya. Pandangannya membuat ia terkejut. Seorang lelaki yang bisa dikatakan cukup tampan dan tinggi. Matanya birunya memiliki beribu kisah. Ia bisa merasakan itu.

"I-iya, ada apa ya?", tanya Abby sambil berdiri dan memperbaiki rambut serta bajunya.

"Ada yang bisa saya bantu? Nampaknya Anda memiliki sebuah masalah di sini", sambil menunjuk ke arah mobil Abby.

Ia langsung melonggarkan dasinya dan menggulung kemejanya.

"Yaa seperti yang Anda lihat saja. Sudah dua puluh menit aku di sini dan tidak membuahkan hasil apapun", jawab Abby kembali sambil bertolak pinggang.

Tanpa banyak bicara lelaki yang tak diketahui namanya itu langsung membantu Abby. Tak banyak bicara dan hanya bekerja. Matanya nampak fokus dengan mesin-mesin di kap mobilnya. Lima menit kemudian mobil Abby telah selesai diperbaiki.

"Um... Saya sudah selesai membereskannya, tadi hanya ada sedikit komplikasi... Namun tidak perlu dikhawatirkan lagi", ucap lelaki itu sambil menyeka keringat dengan kemejanya.

"Terima kasih banyak! Tuan...", sahut Abby menyodorkan tangan kanannya.

"Gavriel. Panggil saja Keegan", jawabnya sambil mengembalikan salam.

"Abigail, panggil saja Abby", balas Abby dengan senyum.

"Nama yang indah, sama seperti pemilik namanya", ucap Keegan masih menatap dan menggenggam tangan Abby.

Pipi Abigail langsung memerah. Tak dapat dipungkiri ada sebuah percikan di dalam hatinya yang muncul kembali. Ia langsung berkata dalam hatinya, "Ahh! Apa yang harus kulakukan?! Noah!! Kalau dia yang akan menggantikanmu, beri aku 3 tanda! Pertama, dia akan mengajakku makan siang. Kedua, dia akan membukakan pintu mobil seperti yang dulu kamu lakukan. Ketiga, ketika aku tanya apa film favoritnya, ia harus menjawab film favorit kita"

"Hey! Kenapa melamun?", suara Keegan mengembalikan Abby dari dunianya.

"Eh, um... Hehehe", Abby hanya bisa tertawa, ia bisa dianggap gila jika ia mengatakan yang sebenarnya.

"Oh iya, maaf jika lancang, tapi apakah aku boleh mengajakmu makan siang? Kau nampaknya kelelahan dengan urusan mobil ini hehehe...", tanya Keegan sambil mengantongi tangannya di kantong celana.

Abby terkejut. Tanda pertama.

"Tawaran asyik! Boleh. Kita ke mana?", tanya Abby kembali.

"Hmm... aku tahu sebuah tempat makan kecil... makanan Itali. Tempat favoritku sejak kecil", ucap Keegan dengan senyum manisnya.

"Bagaimana kau tahu aku juga suka makanan Itali?! Umm... Kau bawa mobil, bukan?", tanya Abby lagi.

"Hehehe... Iya aku bawa. Bagaimana jika kita bertemu di sana?", tawar Keegan kembali.

"Baiklah! Sampai jumpa!", lalu Abby membalikkan tubuhnya ke mobil dan membuka pintu.

Ternyata tangan Abby kalah cepat. Dengan sigap Keegan langsung membukakan pintu mobil untuk Abby. Abby langsung kaget dan teringat akan tanda kedua yang ia minta dari Noah. Ia berpikir Noah sudah gila dan betul-betul menginginkan seorang pendamping baru bagi Abby. Abby hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum karena tidak percaya.

"Terima kasih, Keegs", ucap Abby memberikan senyuman indahnya.

"Sama-sama", kemudian ia berjalan kembali ke mobilnya.

Tak lama setelah Abby menyalakan mesin mobilnya, kaca depan sebelah kirinya diketok.

"Um... Keegs??", tanya Keegan bingung.

"Oh hehe maaf, itu nama panggilanmu dari aku... Aku bisa berhenti me-", jelas Abby.

"Tidak, tidak. Aku menyukainya. Lalu... boleh aku bertanya?", jawab Keegan menyela Abby.

"Tentu saja! Eh, bagaimana kalau kamu masuk dulu ke mobilku, di luar panas sekali", tawar Abby.

"Jika kau tidak keberatan", balasnya dengan senyum.

Keegan lalu masuk ke mobil Abby dan duduk di kursi samping pengemudi.

"Mau tanya apa?", tanya Abby kembali.

"Aku tahu ini terkesan terlalu cepat, tapi... ap-apakah kau memiliki waktu senggang setelah kita makan siang?", tanya Keegan dengan wajah ditundukkan lalu mengarah ke Abby.

"Sepertinya tidak... Kenapa?", lantur Abby penasaran.

"Kau mau menonton film bersamaku? Mungkin kita bisa rental film, aku kenal baik pemiliknya", ujar Keegan sambil membetulkan posisi duduknya.

"Boleh! Aku suka nonton! Kita mau nonton apa?", tanya Abby.

Di dalam hatinya, ada keinginan agar Keegan menjawab film favorit Noah dan dirinya, namun ada juga keinginan agar ia menjawab yang lain. Abby merasa bahwa dirinya belum cukup siap.

"The Good Will Hunting", jawab Keegan singkat jelas padat.

Jawaban Keegan membuat Abby terkejut. Mulutnya sedikit terbuka dan itu membuat Keegan bingung.

"Kamu tidak suka ya? Kita bisa menonton ya-", lanjut Keegan dengan gugup.

"I love it. Itu film favoritku", jawab Abby memberikan kelegaan dalam hati Keegan.

"Kau tahu, Abby? Aku memiliki intuisi yang baik mengenai kita", ucap Keegan melihat tepat ke mata Abby yang menawan.

"Apakah aneh jika aku merasakan hal yang sama?", balas Abby tenggelam dalam mata birunya.

Abby mengerti sekarang. Noah memang tidak ada tandingannya. Namun, pria yang diperhadapkan dengan dirinya sekarang, bisa membuatnya menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Semua itu berkat Noah. Jika Noah tetap berada di sisi Abby hingga akhir hayatnya, ia tidak bisa tumbuh menjadi seorang wanita dewasa dan kuat. Mulai sekarang, Abby harus belajar untuk memberi dirinya waktu dan ruang untuk bertumbuh dan menjadi orang yang lebih baik bagi dirinya maupun orang lain, terutama Keegan. Ini bukan merupakan akhir dari perjalanannya, namun sebuah permulaan.

Ingat, terkadang kita harus terjatuh dulu, baru bisa terbang.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang