Seminggu setelah kejadian dimana Chanyeol terjatuh dari tangga. Chanyeol merasa hidupnya tidak tenang. Bahkan beberapa hari belakangan ini dirinya selalu diteror dengan sebuah gulungan kertas yang bertulisan. Seminggu itu juga ia rajin terapi untuk kakinya. Bahkan Chanyeol sebentar lagi bisa berjalan.
'Anak sial'
'Anak yang menyusahkan'
'Anak tak tau diri! Kenapa kau tidak mati saja!'
Seperti itu kata-kata yang selalu ia dapat.
Setiap malam dirinya selalu mendapat ketukan dari arah jendela kamarnya. Ia berjalan ke arah balkon tapi selalu tidak ada orang melainkan yang ia dapatkan hanya setarik kertas. Keluarganya tidak mengetahui hal ini.
Tengah malam ini Chanyeol mendapat ketukan lagi. Ia bangun dari tidurnya, ingin melihat apa orang itu masih menerornya?
Chanyeol tidak tahu tujuan orang itu apa. Bahkan ia sendiri bingung, seingatnya ia tidak mempunyai musuh.
Ketukan itu semakin terdengar. Tidak lebih tepatnya orang itu mengetuknya dengan melempar sebuah batu. Terpaksa. Chanyeol bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah balkon menggunakan tongkat. Sebelum itu ia meminum obatnya. Uluh hatinya terasa sakit saat makan malam tadi.
Kali ini Chanyeol tidak mendapat segulung kertas melainkan sebuah kotak kecil berwarna hitam. Kotak itu terletak di ujung balkon. Ia mengambil kotak itu.
Tapi saat ingin kembali masuk ke kamar dirinya terpeleset pada lantai yang licin.Chanyeol terjungkal. Untung dirinya langsung memegang pagar pada balkon. Ia menggantung.
"Eomma, appa, hyungdeul, Jimin Tolong aku
Akkhh..., " Chanyeol tidak kuat. Uluh hatinya masih terasa sangat sakit. Tapi ia berusaha agar tetap berpegangan.
"Hyung," Chanyeol masih berusaha berteriak.
Seokjin terbangun dari tidurnya karena mendengar suara teriakan yang sangat dikenalnya. Kamar dirinya bersebelahan dengan dongsaengnya Chanyeol.
Buru buru Seokjin segera keluar dari kamarnya. Bertepatan saat ia membuka pintu, ia melihat Irene, Suho, dan juga Yoongi membuka pintu kamar mereka.
"Apa kalian mendengar sebuah teriakan? Bukan kah itu suara Chanyeol?" Tanya Suho. Yoongi dan Seokjin mengangguk.
"Appa!" Terdengar kembali sebuah teriakan. Buru-buru mereka berlari kearah kamar Chanyeol.
Kosong itu yang mereka lihat saat masuk kamarnya. Tapi pintu yang kearah balkon terbuka. Mereka kaget melihat Chanyeol.
Jujur Chanyeol sangat lelah. Dirinya tidak kuat. Perlahan pegangannya mulai mengendur. Ia menyerah. Tapi tiba-tiba saat ingin melepaskan tangannya ada yang memegang.
Seokjin dan Suho mencoba menarik Chanyeol. Sedangkan Yoongi menenangkan Irene.
"Chan jangan lepaskan! Appa akan membantu mu," Mereka berdua masih berusaha untuk menarik Chanyeol.
Setelah beberapa waktu akhirnya Chanyeol berhasil diselamatkan. Suho memegang bahu Chanyeol.
Chanyeol limbung, badannya terasa lemas. Tidak. Chanyeol tidak pingsan hanya saja ia merasa pusing dan uluh hatinya masih memberontak. Ia membutuhkan obatnya.
Seokjin membawa Chanyeol kembali ke kasurnya. Irene memberi minum. Lalu memeluk anaknya.
"Kenapa bisa kau disana?" Tanya Suho.
"Ch... Chan hanya ingin mengambil sesuatu tapi tiba-tiba terpeleset," ungkap Chanyeol jujur.
"Apa ini yang akan kau ambil? Sebuah kotak?" Chanyeol menatap Yoongi lalu mengangguk.